Debut di Milan Berakhir Indah, Sergio Conceicao Tetap Marah-Marah ke Pemainnya: Saya di Sini Bukan untuk Berteman

oleh Aning Jati diperbarui 04 Jan 2025, 07:15 WIB
Pelatih AC Milan asal Portugal, Sergio Conceicao, bereaksi selama pertandingan semifinal Supercoppa Italiana antara Juventus dan AC Milan di Taman Al-Awwal di Riyadh, Sabtu dini hari WIB (4-1-2025). (Fayez NURELDINE/AFP)

Bola.com, Jakarta - Sergio Conceicao mengakui bahwa dirinya "marah" kepada para pemain AC Milan saat jeda babak pertama sebelum mereka melakukan comeback dramatis melawan Juventus di semifinal Supercoppa Italiana, Selasa dini hari WIB (4-1-2025).

"Saya bukan di sini untuk berteman, saya di sini untuk menang," tegasnya.

Advertisement

Laga ini menjadi debut sempurna bagi Sergio Conceicao, yang baru ditunjuk pada Senin lalu setelah pemecatan mengejutkan Paulo Fonseca. Meski sedang menderita flu dengan gejala demam tinggi, ia berhasil memimpin timnya meraih kemenangan.

Juventus sempat unggul lebih dulu melalui gol Kenan Yildiz di Riyadh. Milan terlihat kesulitan menciptakan peluang hingga akhirnya Christian Pulisic dijatuhkan oleh Manuel Locatelli di kotak penalti dan berhasil mengeksekusipenalti tersebut.

Empat menit kemudian, umpan silang Yunus Musah membentur Federico Gatti dan menghasilkan gol bunuh diri yang memastikan kemenangan 2-1 untuk Rossoneri.

Setelah peluit akhir berbunyi, para pemain Milan berkumpul dalam lingkaran untuk merayakan kemenangan.

"Sepak bola adalah tentang hasrat dan kegembiraan, ini adalah momen yang luar biasa," ujar Sergio Conceicao kepada Sport Mediaset.

2 dari 4 halaman

Perubahan Besar di Babak Kedua

Pemain depan AS nomor 11 AC Milan, Christian Pulisic, merayakan gol penyeimbang lewat tendangan penalti selama pertandingan semifinal Supercoppa Italiana antara Juventus dan AC Milan di Taman Al-Awwal di Riyadh, Sabtu dini hari WIB (4-1-2025). (Fayez NURELDINE/AFP)

Conceicao mengkritik penampilan Milan di babak pertama, yang menurutnya terlalu ragu-ragu dalam bertahan dan lamban dalam menggerakkan bola.

"Di babak pertama, saya melihat Milan yang sama seperti beberapa pekan lalu. Pemain terlihat ragu di pertahanan, terlalu lelah saat menguasai bola, dan salah waktu dalam pressing," jelasnya.

Namun, segalanya berubah setelah istirahat.

"Di ruang ganti, kami mengubah beberapa hal, saling menatap, dan pemain harus menyadari apa yang perlu dilakukan untuk memenangkan pertandingan. Tanggung jawab ada pada saya jika kami kalah 0-2 atau 0-3, jadi mereka benar-benar menunjukkan keberanian di babak kedua," tambah Conceicao.

Kendati puas dengan kemenangan ini, Conceicao mengingatkan bahwa perjalanan mereka belum selesai.

"Saya senang, tetapi kami belum mencapai apa pun. Kami berada di final dan harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Inter," katanya.

3 dari 4 halaman

Cedera Leao dan Pertemuan Emosional dengan Anak

Pemain Juventus, Francisco Conceicao melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Cagliari pada laga 16 besar Coppa Italia 2024/2025 yang berlangsung di Juventus Stadium, Turin, Italia, Rabu (18/12/2024) WIB. (AP Photo/LaPresse/Fabio Ferrari)

Conceicao mengomentari kondisi Rafael Leao, yang absen di semifinal dan digantikan oleh Alex Jimenez.

"Kita lihat nanti. Saya rasa dia belum bisa berlatih penuh besok, tetapi mungkin lusa," ungkapnya.

Ada momen emosional setelah pertandingan, ketika Conceicao bertemu dengan anaknya, Francisco, yang awalnya dijadwalkan menjadi starter untuk Juventus, tetapi harus mundur karena cedera otot saat pemanasan.

"Saya lebih bahagia karena kami menang, sementara dia sedih karena mereka kalah. Tetapi, itulah kehidupan dalam sepak bola!" katanya dengan senyuman.

4 dari 4 halaman

Gaya Kepelatihan yang Tegas

Pelatih AC Milan asal Portugal, Sergio Conceicao, memimpin sesi latihan di Riyadh pada 2 Januari 2025, menjelang pertandingan semifinal Piala Super Italia melawan Juventus. (Fayez NURELDINE/AFP)

Conceicao juga berbicara tentang pendekatan tegasnya kepada para pemain, berbeda dengan gaya "bapak-anak" Stefano Pioli atau pendekatan diplomatis Paulo Fonseca.

"Di ruang ganti, saya tidak memberikan ciuman dan pelukan. Saya cukup marah karena mereka tidak melakukan apa yang saya minta. Saya melihat kelompok pemain yang rendah hati, tetapi terkadang mereka kurang determinasi untuk melangkah lebih jauh," akunya.

Pelatih asal Portugal ini menekankan pentingnya kerja keras dan energi positif dalam tim.

"Pemain membutuhkan kata-kata yang baik, tetapi kadang juga kata-kata keras. Saya bukan pelatih yang suka tersenyum atau meyakinkan pemain dengan pelukan. Saya di sini bukan untuk berteman, tetapi untuk menang," tegasnya.

Milan kini bersiap menghadapi Inter di final Supercoppa Italiana yang akan digelar di Kingdom Arena, Riyadh, Selasa dini hari WIB (7-1-2025).

 

Sumber: Football Italia

Berita Terkait