Bola.com, Jakarta - Masih ingat Kurnia Meiga? Ia pernah menjadi satu di antara kiper termoncer yang pernah dimiliki Indonesia.
Aksi ciamiknya bersama di bawah mistar gawang tak hanya membawa Arema FC ke podium tertinggi Liga Super Indonesia 2009/2010, tetapi juga mendapuknya sebagai Pemain Terbaik kompetisi saat itu.
Di Timnas Indonesia, pemilik nama lengkap Kurnia Meiga Hermansyah tersebut juga memesona. Dua di antaranya yang layak dikenang adalah dua kali runner-up Piala AFF, yakni pada 2010 dan 2016.
Pada Piala AFF 2016, adik almarhum Achmad Kurniawan, yang juga berprofesi sebagai penjaga gawang, sukses menggondol gelar individu bergengsi yakni Penjaga Gawang Terbaik.
Kini, meski tak lagi beraksi di lapangan hijau, Kurnia Meiga sampai kapan pun tak akan pernah lepas dari sejarah sepak bola nasional.
Merasakan Pujian, Hinaan, dan Cacian
Lewat kanal YouTube Bicara Bola besutan Akmal Marhali belum lama ini, alumnus Diklat Ragunan Jakarta itu kembali mengenang masa-masa indah ketika masih menjadi pesepak bola.
"Masa-masa indah main bola itu mungkin pas di zaman profesional dari 2008 sampai 2017," kata Kurnia Meiga.
"Karena masa-masa itu ngerasain dapat pujian, dapat hinaan, dapat cacian dari supoter. Mungkin dari manajemen kita dapat tekanan kita harus menang. Itu sih," imbuh pria kelahiran Jakarta 7 Mei 1990 tersebut.
Jadi Cambuk
Dia pun menerima setiap cacian yang ditujukan kepadanya. "Kalau saya pribadi hinaan itu malah jadi pujian. Biar jadi cambukan buat kita," jawabnya diplomatis.
Sebelum bertanding, Kurnia Meiga punya 'ritual' khusus untuk meningkatkan performanya di bawah mistar.
"Pasti yang saya lakuin nelepon orang tua atau keluarga. Itu pasti saya lakukan sebelum bertanding. Minta doa, minta kemenangan, minta keselamatan, supaya main bagus," tukasnya.
Didukung Orang Tua
Ditanya soal apakah kedua orang tua mendukungnya menjadi pemain bola, eks Akademi Perijap Jepara tersebut kontan mengamini.
"Orang tua sih setuju. Cuma tidak di posisi penjaga gawang. Karena bapak sama abang itu sudah jadi kiper. Terus akhirnya kalau boleh jangan jadi kiper lagi karena apa ya. Abang sama bapak itu ngingetinnya kalau (jadi kiper) kalau menang enggak dianggap, kalau kalah disalahin," ujarnya sembari tersenyum.
"Sebetulnya secara pribadi enggak mau sih jadi kiper. Tapi mungkin emang udah genetiknya dari bapak dan abang udah jadi penjaga gawang, ya tetap aja balik lagi jadi penjaga gawang. Kemauan sendiri," tukas Kurnia Meiga.
Tempaan yang Berat
Selama menjadi kiper, Kurnia Meiga juga mengenang betapa tempaan yang ia terima sungguh berat. Sangat berbeda dengan pemain lain di posisi yang berbeda.
"Sangat capek. Mungkin dua atau tiga kali lebih capek dari pemain yang lain," pungkas Kurnia Meiga.