Timnas Indonesia Digilas Australia 1-5, Pengamat: Patrick Kluivert Termakan Ambisi Pribadi

Bermain di markas Australia, Timnas Indonesia babak belur dihajar Timnas Australia dengan skor 1-5.

BolaCom | Gatot Sumitro Diperbarui 21 Mar 2025, 13:45 WIB
Pemain Australia, Jackson Irvine, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Timnas Indonesia dalam matchday ketujuh Grup C di Sydney Football Stadium, Sydney, pada Kamis (20/3/2025) sore WIB. (AP Photo/Mark Baker)
Pemain Australia, Jackson Irvine, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Timnas Indonesia dalam matchday ketujuh Grup C di Sydney Football Stadium, Sydney, pada Kamis (20/3/2025) sore WIB. (AP Photo/Mark Baker)

Bola.com, Jakarta - Pengamat sepak bola nasional, Toni Ho, menilai kekalahan telak Timnas Indonesia dari Australia pada laga ketujuh putaran ketiga Grup C kualifikasi Piala Dunia 2026, disebabkan ambisi pribadi Patrick Kluivert yang terlalu tinggi.

"Di tim manapun, setiap pelatih baru pasti ingin menunjukkan kapasitas dan hasil jerih payahnya lebih bagus dari pelatih lama," kata Toni Ho.

Advertisement

"Tetapi, saya anggap Patrick Kluivert terlalu berani dan bernafsu dengan ambisi pribadinya itu. Jika dia ingin mengubah cara bermain Timnas Indonesia, harusnya secara pelan-pelan," lanjutnya.

Tim Garuda bertandang ke markas Australia di Sydney Football Stadium, Sydney, Kamis (20/3/2025) sore WIB. Bermain di markas lawan, Jay Idzes dkk. babak belur dihajar Timnas Australia dengan skor 1-5.

Kelima gol kemenangan Socceroos dicetak Martin Boyle pada menit ke-18, Nishan Velupillay menit ke-20, Jackson Irvine menit ke-34 dan 90', serta Lewis Miller menit ke-61. Adapun gol tunggal Timnas Indonesia dicetak Ole Romeny pada menit ke-78.

 

2 dari 4 halaman

Seharusnya Tak Frontal

Skuad Garuda harus mengakui keunggulan tuan rumah dan menyerah dengan skor telak 1-5. (AFP/David Gray)

Dari analisa pertandingan Timnas Indonesia sebelumnya, Patrick Kluivert dan staf pelatih seharusnya tahu mana yang harus diperbaiki di Timnas Indonesia. Selain itu, Kluivert juga menyetel step by step sesuai taktik yang diinginkannya.

"Jadi tidak frontal seperti lawan Australia itu. Timnas Indonesia bagus di awal, tetapi setelah penalti Kevin Diks gagal, performa tim terus menurun," ucap Toni Ho.

"Kalau pun masih menyerang, tapi tidak konsisten. Karena Australia pintar dengan pressing di atas yang membuat Indonesia sulit mengalirkan bola," ujar mantan pelatih Persipura Jayapura tersebut.

 

3 dari 4 halaman

Kurang Rapi

Gelandang Timnas Indonesia, Thom Haye, saat tampil menghadapi Australia pada laga ketujuh putaran ketiga Grup C kualifikasi Piala Dunia 2026 di Sydney Football Stadium, Sydney, Kamis (20/3/2025) sore WIB. Sayangnya, Thom gagal menghindarkan Tim Garuda dari kekalahan 1-5 lawan Australia. (AFP/Saeed KHAN) 

Toni Ho juga menilai game plan yang dipakai Patrick Kluivert kurang rapi. "Cara bertahan, bagaimana kerja lini tengah, dan menyusun serangan tampak amburadul. Karena Patrick Kluivert salah memilih pemain. Terutama di pertahanan dan gelandang," ucapnya.

Di posisi bek tengah, Patrick Kluivert lebih percaya Mees Hilgers sebagai tandem Jay Idzes alih-alih menduetkan dengan Rizki Ridho yang sudah punya chemistry lebih bagus.

"Banyak orang menilai penampilan Rizki Ridho di Persija turun. Tetapi jangan salah, di Timnas Indonesia dia sangat harmonis dengan Jay Idzes menjaga lini belakang. Keduanya sudah duet di beberapa pertandingan Timnas Indonesia. Kalau Hilgers berapa kali dia main bareng Jay Idzes?" kata Toni Ho.

 

4 dari 4 halaman

Seharusnya Duet Thom Haye-Joey Pelupessy

Patrick Kluivert pasti juga sudah tahu bila lini tengah menjadi area lemah Timnas Indonesia. "Dia lebih memilih Nathan Tjoe A-On yang minim menit bermain di Swansea untuk duet dengan Thom Haye."

"Kalau mau eksperimen harusnya jangan tanggung. Sekalian dijajal duet Thom Haye-Joey Pelupessy yang lebih punya pengalaman dan senior. Kasihan Thom Haye, perannya jadi tak jelas."

"Apakah jadi gelandang bertahan, playmaker, atau gelandang serang. Karena dia lebih padu jika main dengan Ivar Jenner. Marselino Ferdinan juga seperti mati permainannya. Saya tak tahu apa tugas yang diberikan Patrick Kluivert untuk Lino," ucapnya.

Berita Terkait