Sukses


    Indonesia Diprediksi Sulit Raih Medali di Tinju Asian Games

    Jakarta - Pengamat dan eks petinju Indonesia, Syamsul Anwar Harahap memprediksi Indonesia sulit meraih medali pada cabor Tinju di Asian Games 2018.

    "Kalau pun mendapatkan medali, perunggu saja sudah bagus sekali," kata legenda tinju Indonesia itu di Jakarta, Kamis (14/12/2017), seperti dinukil dari Antara.

    Mantan atlet yang pernah menjadi kampiun di Kejuaraan Tinju Amatir Asia 1977 itu memprediksi negara-negara pecahan Uni Soviet akan mendominasi cabang olahraga tinju pada Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia. Sementara Indonesia cuma punya kans 10 persen untuk mengalahkan para petinju dari negara bekas Uni Soviet tersebut.

    "Lihat saja di kejuaraan Asia lalu di Uzbekistan, tuan rumah sangat mendominasi. Lawan-lawannya dibuat seperti mainan," ujar Syamsul.

    Yang dimaksud Syamsul adalah Kejuaraan Tinju Amatir Asia yang digelar di Tashkent, Uzbekistan, pada 30 April - 7 Mei 2017.

    Indonesia gagal merebut medali pada turnamen itu. Sementara tuan rumah Uzbekistan menjadi juara umum dengan menyapu bersih semua kelas dan total merengkuh sembilan medali emas.

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 2 halaman

    Prestasi Terbaik

    Legenda tinju Indonesia Syamsul Anwar (ketiga dari kanan). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

    Sebagai informasi, prestasi terbaik tinju Indonesia pada Asian Games ditorehkan pada Asian Games 1978 di Bangkok. Saat itu, Indonesia meraih satu medali emas melalui Wiem Gomies, satu perak disumbang oleh Johnny Riberu, dan dua medali perunggu lewat Benny Maniani serta Krismanto.

    Menurut Syamsul, salah satu anggota tim di Asian Games 1978, alasan keberhasilan tim tinju Indonesia meraih hasil terbaik di Asian Games 1978 adalah persiapan yang matang. "Ketika itu kami berlatih di Yugoslavia dan bertanding di liga tinju di sana setiap malam minggu selama enam bulan. Itu yang membuat naluri bertinju kami menjadi tajam ketika Asian Games," ucap pria berusia 65 tahun.

    Persiapan dengan intensitas seperti itu yang dianggap Syamsul tidak terlihat pada tinju Indonesia saat ini. Dia menyayangkan sedikitnya jam terbang petinju sebelum terjun ke pertandingan kompetitif seperti Asian Games.

    "Idealnya, petinju latihan bulan ini untuk pertandingan bulan depannya. Jadi memang ada persiapan matang. Saat ini kan tidak, latihan sekarang pertandingan masih delapan bulan lagi. Ini yang membuat prestasi jadi turun," imbuh pria yang memiliki rekor 123 kali menang, 16 kalah dari 139 pertandingan tinju amatir yang telah dijalaninya.

    Video Populer

    Foto Populer