Bola.com, Jakarta - Asian Games 2018 menjadi panggung pembuktian untuk cabang olahraga panahan. Para atlet mendapatkan beban yang terbilang cukup berat yakni meraih satu medali emas dari nomor mana saja. Artinya, beban itu pun juga dipikul pepanah putri Indonesia, Dellie Threesyadinda.
Sekilas memang tak ada yang berbeda antara Dellie Threesyadinda dan pepanah lainnya. Namun, jika ditarik ke belakang berdasarkan keturunan, Dellie memiliki DNA panahan dari sang ibu, Lilies Handayani.
Baca Juga
Advertisement
Nama Lilies Handayani tentu sudah tak asing lagi buat bangsa Indonesia. Lilies bersama Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani sukses mempersembahkan medali perak di Olimpiade Seoul 1988 dari nomor beregu putri.
Itu merupakan medali pertama yang diraih panahan sekaligus Indonesia untuk level Olimpiade. Ketiga atlet itu kemudian dikenal sebagai Trio Srikandi Indonesia yang melegenda.
DNA Lilies sebagai legenda panahan akhirnya mengalir jelas di dalam diri Dellie Threesyadinda. Wanita kelahiran 12 Mei 1990 itu pun memilih mengikuti jejak sang ibunda sebagai atlet panahan.
Berbagai prestasi pun berhasil dipersembahkan Dellie dari nomor compound individu maupun beregu. Contohnya meraih emas di Asian Grand Prix 2013 dan perunggu di Asian Grand Prix 2009. Adapun untuk nomor beregu, Delli sukses mempersembahkan perak di Kejuaraan Panahan Dunia 2007 dan perunggu di Kejuaraan Dunia Panahan 2016.
Kini, Dellie menatap optimistis peluang dirinya untuk meraih medali di Asian Games 2018. Apalagi edisi pesta olahraga elite antarnegara Asia itu terasa spesial karena diselenggarakan di negara sendiri.
Kepada Bola.com, Dellie Threesyadinda menceritakan misi meraih prestasi di Asian Games 2018 dan ambisi untuk membanggakan Indonesia dan keluarganya. Berikut petikan wawancara bersama Dellie Threesyadinda:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Untuk Bangsa dan Keluarga
Bagaimana awal mula jatuh cinta pada olahraga panahan?
Semuanya karena Mama. Sejak kecil saya sudah diajak untuk ke lapangan dan melihat beliau berlatih. Kemudian setelah itu saya mulai menyukai olahraga ini. Pada usia lima tahun, saya dikasih busur panah yang membuat saya semakin menyukainya.
Anda terlahir sebagai putri sulung dari legenda panahan Indonesia, Lilies Handayani, apakah itu sebuah kebanggaan atau malah menjadi beban?
Kalau itu jadi beban sih tidak. Ya menjadi motivasi aja sih, kalau bangga pastinya karena orang tua ibaratnya menjadi inspirasi buat saya. Jadi, ya inspirasi saya tidak perlu jauh-jauh untuk mencari sosok lain, akan tetapi dari orang tua saja saya bisa meniru dan terinspirasi bagaimana untuk bisa berprestasi. Intinya, beban sih tidak karena Mama bukan tipikal orangtua yang banyak menuntut jadi semuanya dikembalikan lagi ke saya.
Sebesar apa peran Ibunda dalam setiap langkah karier Anda di panahan?
Beliau berperan besar dalam setiap langkah karier saya. Contohnya kalau mau pertandingan pastinya beliau memotivasi. Kalau ada masalah ya kami saling sharing dan mencari solusinya seperti apa. Mama lebih memberikan motivasi dan sangat mendukung sih.
Prestasi yang pertama kali Anda raih dan semakin yakin untuk berkarier sebagai pepanah?
Ketika itu saya kalau tidak salah berusia tujuh tahun. Artinya sejak dua tahun sebelumnya diberikan busur oleh mama, saya semakin giat berlatih. Saya ikut kejuaraan prajunior. Hasilnya cukup mengagetkan karena saya sukses meraih tiga medali emas. Sejak saat itu saya semakin dilirik dan masuk dalam kontingen PON 2004 mewakili Jawa Timur
Bagaimana prestasi Anda di PON ketika itu?
Alhamdulillah, saya sukses menyabet tiga medali emas dan tiga perunggu. Pada 2012 juga saya meraih dua emas. Hanya pada 2016 saya gagal membawa satu pulang medali pun.
Â
Advertisement
Pembuktian Sebenarnya di Asian Games
Anda sukses meraih beberapa medali dari nomor individu maupun beregu di beberapa edisi SEA Games yang diikuti. Apa sebenarnya rahasianya?
Ya, saya sukses meraih beberapa medali seperti perak di 2007, dua perunggu di 2009, dan satu emas dan satu perak di 2013. Intinya percaya pada diri sendiri saja. Fokus berlatih dan jangan merasa terbebani apapun. Just do your best aja kalau sudah di lapangan sih.
Saat ini Anda berada di peringkat ke-64 ranking pepanah dunia. Bagaimana peta persaingan untuk Asian Games nanti?
Realistis saja memang kalau peringkat dunia itu sekarang dikuasai Korea Selatan. Jadi, untuk compound dan recurve di Asian Games nanti kami sudah mengupayakan yang maksimal dengan latihan setiap hari. Semuanya sudah dicukupi dan hasilnya tinggal liat saja di Asian Games. Intinya, cita-cita kami bersama inginnya mempersembahkan medali emas. Akan tetapi, kalau kita bicara realistisnya ya memang Korea Selatan saat ini nomor satu dan itu tidak bisa dimungkiri. Cuma, kami berharap ada keajaibanlah.
Asian Games 2018 menjadi tolok ukur kesiapan Anda untuk mengikuti Olimpiade 2020 nanti, apa saja yang sudah Anda persiapan untuk meraih medali?
Persiapannya ya latihan terus dan saat ini latihannya sudah mulai dengan intensitas tinggi. Saya dan lainnya juga sudah mulai di karantina secara intensif lagi. Tinggal persiapan mental saja. Lebaran saya tinggal pamit dengan orang tua untuk meminta restu dan siap untuk bertanding.
Prestasi di ajang apakah yang ingin Anda raih sebagai pembuktian kepantasan sebagai putri dari Lilies Handayani?
Pastinya, setiap event apapun itu mau nasional atau internasional sama pentingnya. Dalam setiap event atau momen tentu saja saya ingin memberikan yang terbaik. Kesuksesan itu juga kalau bukan buat diri saya sendiri pasti juga buat orang-orang disekitar saya seperti keluarga. Jadi, dari saya sendiri ya pembuktiannya kepantasan sebagai putri seorang Lilies Handayani ya dengan prestasi. Kalau saya berprestasi Mama dan Papa tentu saja senang dan itu juga membuat mereka bahagia.
Target Anda di Asian Games dan apa rencana kedepannya setelah tampil dalam karier?
Seandainya saya meraih medali emas di Asian Games nanti, saya ingin gantung busur (pensiun). Saya ingin mencari kesibukan lain. Kalau gagal meraih medali atau bukan medali emas berarti cita-citanya harus dikejar dong. Akan tetapi, kalau nanti meraih medali emas saya ingin istirahat dulu. Apakah saya akan kembali lagi atau benar-benar pensiun kita tidak tahu yang terjadi nanti. Saya sih ingin mencoba berwirausaha.