Bola.com, Jakarta - Julukan Ratu Lari Jarak Jauh atau Ratu Maraton Asia Tenggara melekat pada Triyaningsih. Entah sejak kapan julukan tersebut muncul dan diidentikkan dengan atlet berusia 31 tahun itu. Yang jelas, Triyaningsih mengklaim tak tahu menahu asal muasalnya.
Advertisement
Baca Juga
Julukan tersebut sulit didebat. Triyaningsih layak menyandang gelar itu jika menilik prestasinya dalam lima SEA Games terakhir. Pada pesta olahraga antar negara Asia Tenggara tersebut, Triyaningsih bergelimang prestasi.
Koleksi 11 medali emas dalam lima episode SEA Games menjadi bukti Triyaningsih merupakan pelari jarak jauh yang istimewa. Podium tertinggi pada 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton sudah pernah dicicipinya. Nama Triyaningsih seolah menjadi garansi datangnya medali emas.
Tak heran, sosok Triyaningsih menjadi satu di antara tumpuan harapan Indonesia pada ajang Asian Games 2018. Tapi Asian Games adalah panggung yang berbeda. Lebih keras, lebih sulit, lebih megah, dan lebih menantang. Dia sudah mencicipinya sekali pada 2010. Empat tahun lalu, Triyaningsih terpaksa absen dari Asian Games 2014 karena masih dibebat cedera.
Mampukah Sang Ratu Maraton Asia Tenggara menalukkan pertarungan di kancah lebih bergengsi? Harapan selalu ada. Apalagi Triyaningsih akan berjuang di kandang sendiri, dengan limpahan dukungan dan cinta langsung dari keluarga, sahabat, dan pendukung Tim Merah Putih.
Meski terlihat optimistis, Triyaningsih memilih berhati-hati bicara tentang target dan ambisinya di Asian Games 2018. Adik mantan pelari andalan Indonesia, Ruwiyati, itu berusaha tetap menjejak ke bumi.
Namun, bukan berarti Triyaningsih tak menyimpan ambisi besar. Pelari berpostur 147 sentimeter tersebut mengaku siap memberikan yang terbaik untuk Tim Merah Putih. Dia juga tak main-main dalam mempersiapkan diri. Triyaningsih sepenuhnya fokus menyongsong Asian Games 2018.
Pada Asian Games 2018, Triyaningsih akan turun di nomor maraton. Delapan tahun lalu, Triyaningsih hanya menempati posisi keempat. Dia kalah bersaing dengan atlet China, Zhou Chunxiu dan Zhu Xiaolin yang menempati podium pertama dan kedua, serta jagoan Korea Utara Kim Kum Ok yang menyabet medali perunggu.
Apakah peta persaingan masih seperti delapan tahun lalu, saat atlet-atlet China dan Korea Utara menjadi ancaman terbesar bagi Triyaningsih?
Berikut ini petikan percakapan Bola.com dengan Triyaningsih tentang harapan, impian, dan ambisinya, termasuk persiapannya menghadapi Asian Games 2018.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Tak Mau Mengingat Momen Pahit
Triyaningsih, ini adalah Asian Games kedua setelah pada 2010. Seperti apa bedanya kedua event tersebut?
Bedanya tahun ini saya bertanding di negara sendiri, karena Indonesia jadi tuan rumah. Pada 2010, saya bertanding di negara orang.
Persiapan menghadapi kedua event tadi apakah juga berbeda?
Ada bedanya. Dulu persiapan di Salatiga, sekarang di Pangalengan (Jawa Barat). Lebih dingin cuacanya (sambil tertawa kecil).
Empat tahun lalu gagal tampil di Asian Games 2014 karena cedera. Seperti apa rasanya saat itu?
Biasa saja. Memang belum saatnya.
Apa momen terburuk dalam sejarah karier di dunia atletik?
Saya tak pernah mengingat ke belakang. Apapun yang terjadi lihat ke depan. Bagi saya momen terburuk menjadi pembelajaran. Tapi, cukup untuk disimpan untuk diri sendiri saja.
Seorang atlet pasti pernah mengalami keterpurukan atau titik terendah dalam kariernya. Bagaimana cara bangkit dari keterpurukan seperti itu?
Banyak hal yang bisa membuat saya bersemangat lagi atau bangkit dari keterpurukan. Tapi, motivasi terbesar tentu saja tanggung jawab untuk bangsa dan negara.
Advertisement
Jalani Satu Persatu
Dengan bermodal 11 medali emas di SEA Games, punya target khusus di Asian Games 2018?
Bagi saya, suatu pertandingan itu selalu baru. Yang pasti harapannya ingin yang terbaik, pastinya yang juga diharapkan semua orang. Saya tidak mau muluk-muluk, jalani saja prosesnya. Kalau ada hasil luar biasa, maka itu adalah reward.
Selain berprestasi Asian Games, apa yang ingin dicapai lagi dalam karier?
Tahun ini Asian Games dulu. Saya ingin menjalaninya satu persatu terlebih dahulu. Kenapa satu-persatu? Biar lebih fokus saja.
Apa tips untuk menjaga konsentrasi dan fokus?
Tidak ada tips khusus sebenarnya, yang terpenting menjalaninya dengan ikhlas.
Saat ini berlatih di Pangalengan, seperti apa resep menjaga fokus untuk menghadapi Asian Games?
Gak ada resepnya. Hanya kebetulan, Pangalengan itu tempatnya jauh dari mana-mana, kayak di pegunungan itu. Kalau mau hangout paling dekat ke Bandung, itu pun butuh waktu perjalanan sekitar 2 jam. Kalau macet malah bisa 3 atau 4 jam. Lebih nyaman berlatih saja, otomatis jadi fokus.
Selain berlatih, apa saja kegiatan yang bisa dilakukan di Pangalengan?
Menikmati alam, agar selalu bersyukur dengan anugerah Sang Pencipta. Saya tidak suka menyesali keadaan. Cari happy saja supaya auranya positif.
Menjalani Proses
Bagaimana peta persaingan pada Asian Games 2018, apakah China dan Korea Utara masih menjadi rival terkuat?
Peta persaingan jelas berubah. Bukan hanya China dan Korea Utara yang harus diwaspadai, juga Qatar, bahkan atlet-atlet Asia Tenggara. Mereka sudah mempersiapkan latihan di negara-negara Eropa sejak tahun lalu.
Beberapa waktu lalu pergi ke New York, apakah itu ada hubungannya dengan persiapan menghadapi Asian Games 2018?
Iya, saya ikut Brooklyn half marathon dari sponsor, tentu ada hubungannya dengan persiapan Asian Games. Hasilnya bagus. Tanggal 1 Juli ada agenda lagi, yaitu tryout ke Gold Coast.
Ada target khusus pada tryout ke Gold Coast?
Target khusus tidak ada. Pertandingan di sana untuk parameter hasil latihan, terutama persiapan umum. Setelah tryout itu, ada persiapan khusus selama dua bulan.
Lebaran ini katanya memilih tetap di Pangalengan. Ada alasan khusus?
Tidak ada alasan khusus. Memang ingin berlebaran di Pangalengan bareng adik-adik junior yang tidak mudik. Selain itu juga mematangkan latihan persiapan pertandingan di Gold Coast. Ternyata asyik juga Lebaran di Pangalengan, tetap ada masakan khas Lebaran seperti ketupat dan opor.
Ada nazar khusus jika nanti bisa berprestasi di Asian Games 2018?
Saya tak terbiasa bernazar, khawatir tidak bisa memenuhi janji. Intinya saya harus selalu bersyukur, apapun hasilnya nanti.
Asian Games sudah semakin dekat. Bagaimana mempersiapkan mental menghadapi event penting tersebut?
Alhamdulillah sampai hari ini saya merasa nyaman-nyaman saja. Yang penting percaya kepada Yang Maha Kuasa. Garis start milik semua orang, tapi garis finis milik Yang Maha Kuasa. Saya berusaha menjalani semua prosenya dengan sebaik mungkin.
Advertisement