Bola.com, Jakarta - Sudah mengenal tenis sejak masih kecil membuat Christopher Rungkat begitu nyaman berkompetisi di dunia olahraga bergengsi tersebut. Christopher Rungkat pun masih memiliki mimpi untuk di dalam dunia olahraga yang sudah menjadi bagian dari hidupnya itu, termasuk bisa meraih medali di Asian Games 2018.
Petenis yang sempat menembus Top 100 dunia dalam peringkat ATP itu adalah langganan medali di level SEA Games. Empat medali di SEA Games 2011, di antaranya tiga medali emas, satu medali perak di SEA Games 2015, dan satu medali perak di SEA Games 2017 adalah prestasi yang sudah diraih petenis berusia 28 tahun itu hingga saat ini.
Advertisement
Baca Juga
Pernah tampil di turnamen grandslam, yaitu Australia Terbuka dan Wimbledon, membuat Christopher Rungkat memang layak menjadi andalan Indonesia di Asian Games 2018. Apalagi petenis yang akan turun di nomor ganda putra dan ganda campuran itu belum pernah sekalipun meraih medali di level Asian Games.
Karakternya yang senang berkompetisi di dalam kehidupan membuatnya memiliki motivasi kuat untuk bisa meraih medali di depan para pendukung tenis Indonesia yang akan memadati lapangan tenis di Jakabaring Sports Complex, Palembang.
Mimpi Christo di dunia tenis pun masih cukup banyak. Tak hanya ingin meraih medali di Asian Games 2018, petenis berwajah imut ini juga masih mengincar untuk bisa bermain di dua turnamen grandslam yang belum pernah diikutinya, yaitu Amerika Serikat Terbuka dan Prancis Terbuka.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Menggeluti Tenis karena Gemar Berkompetisi
Bagaimana cerita awal menekuni tenis secara serius?
Saya bermain tenis itu sudah dari kecil, ketika berusia sembilan tahun sudah ikut kompetisi lokal. Setelah itu juga sempat ikut seleksi dan bermain di Kualifikasi World Youth Cup di Australia dan masuk tiga besar untuk dikirim ke World Youth Cup di Ceko.
Setelah itu saya serius dengan tenis. Ketika masih berusia 14 tahun, Saat saya bertanding ke World Youth Cup di Ceko. Dalam turnamen itu saya melihat pemain-pemain dari Amerika Serikat dan Eropa adalah kontinget terbaik di dunia, dan saya ingin berkompetisi dengan mereka.
Dari momen itu saya mulai serius, akhirnya pada usia 18 tahun ketika sudah lulus SMA saya terjun ke tenis profesional. Sempat masuk rangking 200 dunia dan bermain di turnamen grandslam di Australia.
Bermain tenis sudah sejak kecil, masih ingat turnamen tenis yang pertama kali diikuti?
Hmmm, saya hanya ingat turnamen pertama itu sebuah turnamen lokal interklub di Cinere. Saya ikut kelompok umur di bawah 10 tahun dan kalah di pertandingan final. Mulai dari saat itu saya ketagihan untuk ikut pertandingan di beberapa kota di Indonesia, biasanya ketika saya libur sekolah.
Kapan pertama kali meraih juara?
Pertama kali juara itu turnamen di Bandung, turnamen kelompok umur di bawah 12 tahun. Saya senang bisa mendapatkan piala, bisa bertemu banyak teman dan menang. Sejak kecil memang saya sudah senang berkompetisi, tidak hanya di lapangan tenis.
Anda bilang suka berkompetisi. Apakah Anda ambisius?
Saya merasa lebih suka disebut senang berkompetisi. Kalau ambisius itu bagaimana caranya harus menang, dengan cara apa pun. Sementara saya leih menyukai atmosfer bertanding di kompetisi.
Saya itu merasa seperti adrenaline junkie. Kalau kalah saya bisa menangis dan ingin menang, tapi saya tidak pernah melakukan kecurangan. Ambisius sebenarnya bagus, tapi kalau berlebihan menghalalkan segala cara untuk menang itu tidak bagus.
Menurut Anda, apa yang menarik dari tenis?
Menurut saya tenis menarik karena olahraga ini mengandalkan hand and eye coordination. Jadi bagaimana kita berlari, bergerak, tangan harus memukul bola, semua perlu sinkronisasi yang baik. Saya senang dengan hal itu karena sejak kecil koordinasi tangan dan mata saya sangat baik.
Saya juga bermain tenis karena ada perasaan senang, sehingga saya senang dengan pekerjaan saya ini. Meski tidak ada balik modal karena memang lebih banyak membuang uang, saya merasa senang karena olahraga ini juga memenuhi hobi saya dalam travelling. Jadi saya sudah menganggap tenis sebagai bagian hidup, bukan hanya sekadar profesi.
Saya juga merupakan penggemar fotografi, jadi kalau lagi ikut turnamen di luar negeri saya suka meluangkan waktu untuk jalan-jalan, mengambil foto dan bersantai di kedai kopi.
Advertisement
Tenis Indonesia di Mata Christopher Rungkat
Momen apa yang paling berkesan di dunia tenis?
Ketika saya masuk turnamen grandslam untuk pertama kalinya di Australia Open 2013. Selain itu ketika bermain di Wimbledon pada tahun lalu. Menurut saya, itulah dua momen paling berkesan dalam karier saya.
Selain itu ketika saya masuk ke Top 100 dunia beberapa bulan lalu juga sangat berkesan. Sejak kecil memang saya memimpikan masuk Top 100 dunia dan saya percaya itu mimpi yang realistis. Akhirnya setelah berkarier bertahun-tahun saya bisa mencapainya.
Setelah saya berhasil mencapai mimpi itu, kini saya merasa lapar untuk masuk ke Top 50 dunia.
Apa suka duka menjadi petenis di Indonesia?
Bicara duka, jujur dalam karier saya bantuan dari pemerintah itu sangat minim. Bantuan tersebut terasa sangat minim karena memang tenis itu membutuhkan banyak dana, termasuk harus berpergian mengikuti tur selama 28 hingga 35 pekan selama satu tahun.
Kalau bicara soal sukanya, banyak orang mengatakan tenis itu olahraga yang bergengsi. Menurut saya pun memang begitu karena tidak banyak orang yang melakukannya. Rasanya senang bisa berkarier di dunia olahraga yang bergengsi. Walau minim dukungan pemerintah, olahraga ini punya penggemar yang cukup banyak di Indonesia, terlihat dari antusiasme penonton yang tetap hadir di turnamen lokal.
Apa harapan Anda terhadap tenis Indonesia saat ini?
Saya berharap segera ada penerus saya, tidak hanya untuk menggantikan posisi saya tapi juga punya kualitas yang jauh lebih baik dari saya. Selain itu, saya berharap industri tenis lebih bagus dan perhatian pemerintah lebih baik. Semoga dalam 5 sampai 10 tahun ke depan tenis Indonesia bisa seperti sepak bola atau bulutangkis.
Optimistis Raih Medali di Asian Games 2018
Bagaimana pelatnas tenis untuk Asian Games 2018?
Ada enam petenis putra yang mengikuti pelatnas, termasuk saya. Ada empat petenis yang masih tergolong muda. Saya melihat di Asian Games nanti banyak negara lain yang menurunkan pemain dengan pengalaman internasional. Tentu saja di Asian Games nanti kami akan menghadapi pemain-pemain yang masuk Top 100 dunia. Jadi kami harus sangat siap dengan berlatih keras.
Anda sudah pernah meraih medali di SEA Games, apakah Anda optimistis meraih medali di Asian Games 2018?
Saya optimistis karena dengan kerja keras dan pengorbanan yang saya lakukan dalam beberapa tahun terakhir saya merasa cukup layak untuk bisa meraih medali di Asian Games 2018. Peluangnya memang tidak besar, tapi saya tetap optimistis. Saya turun di nomor ganda putra dan ganda campuran, dan saya optimistis bisa meraih setidaknya satu medali.
Asian Games 2018 itu akan menjadi momen seperti apa bagi Anda?
Satu hal yang pasti, ini momen yang sangat berharga karena akan digelardi Indonesia. Asian Games itu digelar empat tahun sekali dan bisa berkompetisi di level Asian Games sekaligus sebagai tuan rumah pasti sebuah prestise yang luar biasa.
Selain meraih medali di Asian Games, ada mimpi yang masih Anda kejar di dunia tenis?
Saya masih ingin tampil di turnamen grandslam yang belum pernah saya ikuti. Amerika Serikat Terbuka dan Prancis Terbuka. Jadi sebelum saya gantung raket suatu saat nanti, saya harus bermain di dua turnamen tersebut.
Advertisement