Bola.com, Bangkok - Kiprah Timnas Thailand U-23 di pentas Asian Games 2018 sudah berakhir. Mereka gagal melangkah dari fase Grup B ke fase gugur setelah kalah bersaing dengan Uzbekistan dan Bangladesh.
Ini adalah catatan buruk pertama dalam 20 tahun terakhir. Dalam lima edisi terakhir Asian Games, 1998 hingga 2014, Thailand selalu mampu melangkah jauh di cabor sepak bola putra.
Pada Asian Games 1998, 2002, dan 2014, Thailand finis di peringkat keempat sementara pada Asian Games 2006 dan 2010 finis di posisi perempat final.
Advertisement
Baca Juga
Kritik tajam dari berbagai kalangan, terutama pendukung, mengarah pada tim, sang pelatih, dan juga Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) atas hasil di luar dugaan ini.
Meski begitu, FAT pasang badan. FAT menyatakan masih memercayai Worrawoot Srimaka sebagai pelatih kepala Timnas Thailand U-23. FAT menegaskan tak akan gegabah memecat Srimaka dari jabatannya.
"FAT tak akan mendengar kritikan semacam itu. Kami tak bisa mengganti pelatih setiap kali tim gagal memenuhi target," kata Somyot Poompunmuang, Presiden FAT.
"Tak ada pemain atau pelatih yang ingin timnya kalah. Tapi, jika ada yang memiliki motif tersembunyi atau kepentingan lain, itu hal berbeda. FAT akan membuat keputusan berdasarkan dasar logika dan kalangan fans harus logis juga," ucapnya.
"Orang-orang punya harapan tinggi, tapi kita harus menerima hasilnya. Tim-tim lain juga gagal. Lihat saja Jerman di Piala Dunia."
"Saya tak punya alasan untuk kegagalan ini, tapi faktanya, kami sudah khawatir sejak awal karena masa persiapan yang terbatas serta cedera yang dialami pemain-pemain kunci," tutur Somyot.
Timnas Thailand U-23 tersingkir dari Asian Games 2018 karena hanya mampu mengemas dua poin dari tiga pertandingan, hasil bermain imbang masing-masing melawan Qatar dan Bangladesh, kalah dari Uzbekistan.
Sementara target awal, hitung-hitungan aman untuk lolos ke fase gugur adalah dengan mengoleksi poin empat, imbang saat bersua Qatar dan menang atas Bangladesh. Namun, target itu meleset.
Sumber: Bangkok Post