Bola.com, Jakarta - Duel babak 16 besar Asian Games 2018 yang mempertemukan Timnas Indonesia U-23 kontra Uni Emirat Arab (UEA) di Stadion Wibawa Mukti, Bekasi, Jumat (24/8/2018) sore jadi hari penghakiman bagi Luis Milla. Jika Tim Merah-Putih terlempar dari persaingan Asian Games 2018 sudah dapat dipastikan pelatih asal Spanyol itu bakal dipecat PSSI.
Peringatan soal itu sudah disampaikan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, sejak jauh-jauh hari. Secara tegas ia menyebut kelangsungan karier sang mantan pemain Barcelona dan Real Madrid itu bergantung pada pencapaian Asian Games 2018.
Baca Juga
Advertisement
PSSI mematok target minimal Timnas Indonesia U-23 lolos ke semifinal. Jika Evan Dimas dkk. kalah dari UEA, sudah barang tentu hal itu tak sesuai ekspektasi.
Luis Milla dikontrak mulai 20 Januari 2017 hingga 20 Januari 2019. Dengan tambahan klausal, kontrak bisa diputus di tengah jalan jika PSSI melihat prestasi Timnas Indonesia di tangan sang mentor tidak sesuai harapan.
Kinerja Luis Milla sebelumnya sudah disorot saat gagal mengantarkan Timnas Indonesia U-23 jadi jawara SEA Games 2018 Malaysia. Tim Garuda Muda hanya menduduki posisi tiga besar.
Sempat mencuat isu kalau Milla bakal dipecat seiring kegagalan itu. Namun, PSSI memutuskan kembali memberi kesempatan kepada sang pelatih.
Pertimbangannya, sekalipun gagal meraih medali emas, Luis Milla dianggap sukses menyajikan permainan sepak bola indah di Timnas Indonesia U-22. Hansamu Yama cs. disebut-sebut sebagai juara tanpa mahkota.
Tapi tentu saja toleransi hanya sekali saja dilakukan PSSI. Di era kepemimpinan Edy Rahmayadi, PSSI dikenal tangan besi dalam urusan memvonis kinerja pelatih timnas.
Tengok saja Alfred Riedl, yang tetap diberhentikan dari jabatannya sekalipun ia sukses mengantar Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2016, dalam kondisi persiapan hanya tiga bulan saja.
Di sisi lain, Indra Sjafri sempat diberhentikan dari posisi pelatih Timnas Indonesia U-19 gara-gara kekalahan memalukan dari Malaysia di fase Kualifikasi Piala AFC U-19 2018 lalu. Walau akhirnya arsitek asal Sumatra Barat itu kembali diberi kesempatan menukangi Tim Garuda Nusantara.
Gertakan yang dilontarkan Edy Rahmayadi jelang Asian Games 2018 bisa jadi membuat Luis Milla tak bisa tenang. "Kami akan cari pelatih baru jika memang hasil Asian Games melupakan. Ngapain kita pakai pelatih yang gagal mewujudkan target," ujar Edy yang sempat menjadi pejabat Pangkostrad TNI AD itu.
Jika bisa lolos dari lubang jarum, tugas selanjutnya Luis Milla adalah menukangi Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 yang digelar mulai medio November nanti.
Luis Milla ketika ditanya soal masa depannya mengaku belum tahu. "Saya serahkan ke PSSI. Tugas saya melatih hingga Asian Games. Setelah itu mereka yang memutuskan," ujarnya.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Sempat Minta Maaf
Perjalanan Timnas Indonesia U-23 di Asian Games tak mulus. Saat mengarungi persaingan penyisihan Grup A, Tim Merah-Putih sempat kalah 1-2 kontra Palestina.
Luis Milla sadar betul hasil negatif tersebut mengecewakan banyak orang. "Saya minta maaf jika hari ini kami gagal memberikan kebahagiaan buat masyarakat Indonesia. Kami akan memperbaiki diri, tampil lebih baik untuk memastikan tiket lolos ke babak 16 besar," ujar pelatih kelahiran 12 Maret 1966 itu.
Pria asal Kota Teruel, Spanyol, membuktikan ucapannya. Di dua laga lanjutan penyisihan Grup A melawan Laos, Timnas U-23 menang 3-0. Di laga penutup secara dramatis Timnas Indonesia U-23 mengalahkan Hong Kong 3-1 sekaligus mengunci posisi pemuncak klasemen akhir.
"Terima kasih semuanya atas dukungannya. Tugas selanjutnya kami adalah memenangi laga babak 16 besar," kata Milla.
Uni Emirat Arab jelas bukan lawan enteng. Milla tahu benar tim asuhannya kerap kesulitan menghadapi tim yang memiliki postur tinggi besar. "Pertandingan melawan Palestina memberi pembelajaran bagi pemain. Kami harus lebih tenang menghadapi pertandingan dengan tensi tinggi," ujarnya.
Sulit menebak isi hati Luis Milla. Ia tipikal pelatih yang ekspresif meluapkan emosinya di pinggir lapangan. Saat anak-asuhnya bertanding Milla terlihat kalem, ia lebih banyak mengamati pergerakan permainan.
Saat kondisi timnya terpuruk sang pelatih tak juga lantas bermuram durja meladeni pertanyaan jurnalis. Saat konfrensi pers pasca laga kontra Palestina dengan senyuman ia sempat berujar suasana ruangan agak berbeda dibanding biasanya. "Saya tahu kenapa berbeda. Karena kami hari ini kalah. Tenang, perjalanan Timnas belum berakhir," ujar Luis Milla dengan gestur muka santai.
Akankah Luis Milla sukses melewati batu sandungan bernama UEA kali ini?
Advertisement