Sukses


    Target 2 Emas di Asian Games Tak Tercapai, Ini Komentar PB GABSI

    Jakarta - Timnas Bridge Indonesia gagal mewujudkan target dua medali emas di Asian Games 2018, setelah pada pertandingan hari terakhir yang mempertandingkan tiga nomor final di Jakarta, Sabtu (1/9/2018), hanya meraih dua medali perunggu.

    Tiga nomor final tersebut adalah pasangan putra, pasangan putri dan pasangan campuran. Kedua perunggu tersebut diraih oleh pasangan legendaris Henky Lasut /Eddy Manoppo di nomor pasangan putra dan pasangan campuran Taufik Asbi /Lusje Bojoh.

    Sementara di nomor pasangan putri, pasangan Rury Andhani/Conny Sumampouw hanya menempati peringkat keenam dari total 12 pasangan yang lolos ke putaran final. Sementara dua rekannya, Fera Damayanti /Riantini dan Nunung Yulianti/Nettin Erinda harus puas di urutan ke-8 dan 12.

    Tiga medali emas yang diperebutkan di pertandingan hari terakhir cabor bridge Asian Games 2018 dibagi rata oleh China (pasangan putri), India (pasangan putra) dan Chinese Taipei (pasangan campuran). Usai pertandingan, manajer tim bridge Indonesia Eka Wahyu Kasih menyampaikan permohonan maaf dan menyatakan bertanggung jawab penuh atas kegagalan itu.

    "Indonesia hanya dapat total empat perunggu dari target dua emas, saya mohon maaf kepada pemerintah, KONI , INASGOC dan seluruh masyarakat atas kegagalan ini," kata Eka yang juga Ketua Umum PB GABSI itu.

    "Saya yang paling bertanggung jawab dan saya tidak mau mencari alasan. Seluruh atlet dan pelatih sudah bekerja keras dan uji coba ke luar negeri," ujarnya.

    * Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di sini

    Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

    2 dari 3 halaman

    Kejar Ketinggalan

    Sementara itu, pasangan Henky Lasut /Eddy Manoppo mengakui bahwa meski sudah melakukan uji coba ke luar negeri, ternyata hal itu masih belum cukup untuk mengejar ketinggalan dari negara lain, terutama China.

    Agar cabang bridge di Tanah Air bisa menyamai negara lain, menurut Henky tidak ada cara lain selain atlet benar-benar profesional.

    "Profesional dalam arti atlet benar-benar menekuni bridge sebagai pekerjaan dan tidak menyambi pekerjaan lain, seperti yang dilakukan atlet China dan Singapura," katanya.

    Pasangan campuran Taufik Asbi/Lusje Bojoh mengatakan dalam bridge memang sering terjadi kejutan seperti yang perlihatkan oleh Thailand dan Chinese Taipei.

    3 dari 3 halaman

    Profesional

    "Sebenarnya yang kita perhatikan dan waspadai adalah China dan India, tapi yang melaju justru Taipei dan Thailand," bebernya.

    Lusje juga mengakui bahwa saat ini hampir tidak ada atlet bridge yang benar-benar profesional. "Kalau mau jadi pemain profesional, ya harus mau total menjadikan bridge sebagai pekerjaan dan tidak menyambi pekerjaan lain. Itu tidak ada di Indonesia," terangnya.

    China keluar sebagai juara umum cabang bridge dengan meraih tiga emas dari enam nomor yang dipertandingkan, disusul Chinese Taipei, India dan Singapura yang masing-masing satu emas. Tuan rumah Indonesia berada di peringkat ketujuh dengan empat medali perunggu setelah Hongkong dan Thailand.

    Sepak Bola Indonesia

    Video Populer

    Foto Populer