Sukses


Prediksi Final Copa America 2015: Saatnya Akhiri Puasa Gelar

Bola.com, Santiago - Copa America 2015 akan segera berakhir. Cile dan Argentina bertemu di partai final yang berlangsung di Estadio Nacional, Santiago, Minggu (4/7/2015) dini hari WIB.

Bisa dikatakan jika ini adalah final ideal dari turnamen antarnegara Amerika Selatan tersebut. Keduanya merupakan tim yang paling konsisten performanya sepanjang gelaran Copa America kali ini.

Keduanya juga punya ambisi kuat untuk menjadi juara. Tuan rumah Cile belum pernah meraih gelar juara Copa America. Prestasi terbaik mereka “hanya” peringkat kedua dalam empat edisi, yaitu 1955, 1956, 1979, dan 1987.

Inilah kesempatan emas mereka setelah terakhir kali melaju ke final pada 28 tahun silam. Saat itu, La Roja dikalahkan oleh Uruguay. Hal ini akan jadi motivasi terbesar bagi Arturo Vidal dan kawan-kawan.

Sementara Argentina sedang mengincar gelar ke-15 sepanjang sejarah. Trofi yang amat dinantikan mengingat terakhir kali mereka juara sudah 22 tahun yang lalu, yakni tahun 1993.

Jika juara, mereka akan menyamai jumlah gelar Copa America yang dimiliki Uruguay. Bagi sang kapten, Lionel Messi, gelar juara bersama tim nasional akan semakin melengkapi kariernya sebagai salah satu pesepak bola terbaik dunia.

Lalu, siapa yang akan unggul? Peluang keduanya sama besar. Cile punya konsistensi yang mereka tunjukkan sejak partai perdana.

Faktor tuan rumah juga menjadi nilai lebih bagi anak asuh Jorge Sampaoli. Sang lawan, La Albiceleste punya skuat yang tak diragukan lagi kehebatannya dan meningkat permainannya dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya.

Performa konsisten Cile sejak babak grup
La Roja punya performa konsisten sejak babak grup. Mengawali turnamen dengan mengalahkan Ekuador 2-0, Cile sempat ditahan imbang 3-3 oleh Meksiko. Tapi, di partai terakhir mereka membenamkan Bolivia lima gol tanpa balas untuk memuncaki Grup A.

Di perempat final, giiran Uruguay yang dikalahkan dengan skor tipis 1-0 melalui gol Mauricio Isla. Peru kemudian dihajar dengan skor 2-1 berkat dua gol Eduardo Vargas.

Kolektivitas permainan Cile menjadi kunci mereka untuk bisa melaju hingga final. 13 gol telah dicetak dan hanya kebobolan empat gol. Lini depan yang tajam dengan membuat 77 percobaan tendangan dengan 29 di antaranya menemui sasaran, 33 meleset, serta 15 tembakan diblok lawan.

Dengan akurasi tembakan 48%, jelas Cile punya kapasitas untuk menantang Argentina. Lini tengah Cile juga bisa jadi pusat permainan yang membuat setiap pertandingan bisa dikuasai.

Total 1.847 umpan dilepaskan dengan akurasi 91% atau 1.677 umpan sukses dilakukan. Itu membuat mereka selalu mendominasi setiap pertandingan dengan rata-rata penguasaan bola 61%.

Yang tak kalah mengilap adalah performa lini belakang. Dikomandoi Gary Medel, aksi bertahan Cile tercatat melakukan 76 tekel dengan persentase kesuksesan 83%, lalu 45 kali memotong bola, dan 88 kali sapuan. Claudio Bravo yang berada di bawah mistar sejauh ini membuat sebelas kali penyelamatan.

Argentina mulai menemukan ketajaman
Meski dihuni penyerang papan atas seperti Lionel Messi, Sergio Aguero, Carlos Tevez, dan Gonzalo Higuain, Argentina kesulitan mencetak gol. Hingga perempat final mereka hanya mencetak empat gol saja. Baru pada pertandingan semifinal, anak asuh Gerardo Martino menemukan ketajamannya. Enam gol berhasil dicetak dalam kemenangan meyakinkan 6-1 atas Paraguay.

Tren positif ini tentu diharapkan suporter Argentina akan mencapai klimaksnya saat partai final. Apalagi dari catatan statistik, tim Tango lebih sering mengkreasi peluang dibanding Cile di mana mereka melakukan 81 percobaan tendangan dengan 34 di antaranya menemui sasaran, 27 melebar, dan sisanya diblok oleh lawan.

EPA/FERNANDO BIZERRA JR.

Apabila akurasi tendangan yang bagus ini bisa dikonversi menjadi gol seperti ketika bersua Paraguay di mana 10 tembakan yang menemui sasaran enam di antaranya berbuah gol, tentu Argentina lebih layak diunggulkan jadi juara.

Argentina semakin layak diunggulkan mengingat lini tengah dan belakang mereka juga punya performa mengilap. 2.559 umpan dilepaskan dengan 2.347 di antaranya sukses atau akurasinya mencapai 91,3%.

89 tekel dilakukan dengan persentase kesuksesan 74,2%, 57 intersepsi, serta 86 sapuan. Performa apik itu membuat Sergio Romero tak terlalu bekerja keras.

Dia cukup membuat sembilan penyelamatan sepanjang lima pertandingan yang telah dijalani. Hanya tiga gol saja yang masuk ke gawangnya. Uniknya ketiga gol tersebut terjadi saat dua kali bertemu Paraguay.

Argentina unggul rekor pertemuan
Selain punya keunggulan dari sisi statistik performa meski tak mencolok, Argentina juga unggul rekor pertemuan. Mereka pernah mengalahkan Cile sebanyak 57 kali. Sementara Cile hanya sempat enam kali menang. Selain itu keduanya pernah bermain imbang sebanyak 22 kali.

Kemenangan terakhir Argentina terjadi pada 16 Oktober 2012 dalam ajang kualifikasi Piala Dunia 2014. Meski bermain di kandang Cile, Argentina berhasil memetik kemenangan 1-2.

Sebelumnya di Argentina, La Albiceleste menang 4-1 pada 7 Oktober 2011 dalam ajang yang sama sama. Sementara kemenangan terakhir Cile atas Argentina terjadi pada kualfikasi Piala Dunia 2010, tepatnya pada 15 Oktober 2008 saat mereka menang tipis 1-0.

Wasit jadi sorotan
Wasit akan menjadi sorotan pada final Copa America 2015. Hal tersebut terjadi menyusul adanya tudingan korps pengadil kerap menguntungkan Cile. Sang tuan rumah disinyalir diuntungkan dengan kepemimpinan Jose Argote saat bersua Peru di semifinal.

Carlos Zambrano sudah diusir wasit pada menit 20 setelah menerima kartu kuning kedua. Kartu kuning tersebut dinilai tidak layak karena Zambrano berusaha menyapu bola, sementara Charles Aranguiz yang dianggap dikasarinya justru sengaja menabrakkan diri.

Selain itu, Arturo Vidal lolos dari hukuman meski dia terlihat menampar Zambrano di sudut lapangan sebelum sang pemain meninggalkan lapangan. Itu masih ditambah dengan proses gol Eduardo Vargas pada menit 35 yang dinilai offside.

Di perempat final, Cile juga diuntungkan ketika Edinson Cavani diusir wasit meski “tamparan” pada Gonzalo Jara tidak benar-benar terjadi melainkan akting Jara yang berlebihan. Pemain Cile tersebut juga tidak dihukum meski mengasari Cavani dengan mencolek pantat Cavani.

Kepemimpinan Wilmar Roldan, wasit asal Kolombia, akan menentukan partai final berjalan adil atau tidak. Tentu publik sepak bola dunia berharap kontroversi tak terlalu banyak mewarnai pertandingan final. Mereka yang menang adalah yang bermain lebih baik, bukan yang diuntungkan oleh keputusan wasit.

Prakiraan Susunan Pemain Kedua Tim:
Cile (3-4-1-2): Claudio Bravo; Miiko Albornoz, Gary Medel, Eugenio Mena; Marcelo Diaz, Charles Aranguiz, Arturo Vida, Mauricio Isla; Jorge Valdivia; Alexis Sanchez, Eduardo Vargas.

Argentina (4-3-3): Sergio Romero; Pablo Zabaleta, Ezequiel Garay, Nicolas Otamendi, Marcos Rojo; Javier Pastore, Javier Mascherano, Lucas Biglia; Lionel Messi, Sergio Aguero, Angel Di Maria.

Baca Juga: 

Jelang Final Copa America 2015, Argentina Siap Hancurkan Cile

Cari Cara Hentikan Messi, Pemain Cile Gunakan Play Station

Jelang Final Copa America 2015, Cile Tak Takut Lionel Messi

 

 

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer