Sukses


Profil: Orang-orang di Balik Sukses Lionel Messi

Bola.com, Jakarta - Pada 1987, penduduk Argentina mencapai sekitar 31,25 juta orang. Satu dari 31,25 juta orang itu bernama Lionel Andres Messi Cuccittini .

Messi lahir di Rosario, Argentina, pada 24 Juni 1987. Ia memulai karier sepak bola di tim anak-anak bernama Grandoli, pada 1995. Grandoli bermarkas di sebuah lapangan kecil dengan permukaan tak rata dan kurang terawat, tak jauh dari Sungai Parana.

Sejak menjadi bagian Grandoli, Messi menumbuhkan harapan publik Rosario, bahwa kota itu akan memiliki seorang pemain besar, seperti Diego Maradona, Marcelo Bielsa, dan Gerardo Martino.

"Dalam waktu singkat, ia menarik perhatian masyarakat lokal. Ia sangat berbeda dari yang lain. Ia akan mendapatkan bola, menggiringnya melewati empat atau lima pemain, dan mencetak gol. Untuk anak-anak seusianya (saat itu), hal itu adalah sesuatu yang sangat langka," ujar Presiden Grandoli, David Trevez, seperti dilansir BBC, pada 4 Juni 2010.

"Orang-orang mengatakan bahwa Grandoli memiliki Maradona baru dan ketika (Messi) bermain, orang-orang yang bahkan tidak berkaitan dengan klub ini akan datang. Semua orang di sekitar sini akan menyaksikan pertandingan sepak bola itu," lanjutnya.

Messi memang belum membawa La Albiceleste meraih penghargaan sejak Olimpiade 2008. Meski begitu, siapa yang bisa membantah bahwa Messi adalah, setidaknya, salah satu pesepak bola terbaik saat ini? Bersama Barcelona, ia telah meraih segalanya, baik penghargaan kolektif maupun individu.

Messi bukannya tidak pernah mengalami pasang surut. Messi punya masalah kelainan hormon sejak lahir dan itu membuatnya tak bisa tumbuh dengan normal. Orang tua Messi, Jorge dan Celia, punya masalah finansial, sehingga tak bisa memberikan perawatan terbaik bagi Messi berkaitan dengan masalah hormon itu. Selain dari hal itu, orang tua Messi, Jorge dan Celia, selalu memberikan dukungan terhadap Messi, terutama soal sepak bola.

Jorge dan Celia mendukung Messi mengembangkan minat dan bakatnya akan sepak bola dan mengirimnya ke Newell's Old Boys pada 1995. Pada 1999, Messi mendapatkan jalan menuju panggung sepak bola yang lebih besar.

Seorang kerabat Messi yang tinggal di Catalunya membuat Barcelona mendengar kemampuan Messi, yang oleh kakaknya dijuluki "Si Kutu". Carlos Rexach kemudian berangkat ke Argentina untuk melihat langsung Messi, yang dijuluki "Si Kutu" oleh kakaknya.

Kepada Messi, Rexach tak hanya menawarkan kontrak, tetapi juga pengobatan penuh berkaitan dengan masalah hormonnya. Pada Desember 2000, Messi dan Rexach menandatangani kontrak kerja sama informal.

Messi tak lantas menjadi bintang di Barcelona. Postur tubuh yang mungil membuat rekan-rekan dan pelatih ragu akan kemampuannya. Namun, Messi hanya diam dan tiba-tiba menjawab keraguan itu di lapangan.

"Aku ingat ketika pertama kali ia berlatih dengan kami. Ia sangat mungil sehingga kami takut menyentuhnya karena kami berpikir kami akan mencederainya. Namun, kemudian kami semua sadar bahwa kemampuannya memainkan bola tidak buruk," ujar bek Gerard Pique.

"Beberapa pelatih mengatakan kepada kami untuk tidak menekelnya terlalu keras. Namun, jika kami ingin menekelnya dengan keras pun, kami tak bisa mendekatinya. Ia sangat cepat. Mustahil menjatuhkannya," lanjut Pique.

Messi akhirnya mendapatkan perhatian penuh dari dunia, pada 2009. Pada tahun itu, ia menjadi pemain yang berkontribusi besar dalam keberhasilan Barcelona menjuarai enam trofi, yaitu Copa del Rey, Primera Division La Liga, Liga Champions, Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Di enam ajang itu, Messi mencetak 42 gol dalam 55 penampilan.

Barcelona berpeluang mengulang sejarah 2009 itu pada 2015 ini. Mereka menutup musim 2014-2015 sebagai juara Copa del Rey, Primera Division, dan Liga Champions, dengan Lionel Messi sebagai protagonis. Ia mencetak 60 gol dalam 60 penampilan.

Pencapaian Messi di level klub memang tak bisa dibandingkan dengan di tim nasional. Bersama Argentina, Messi dua kali tampil di final dalam dua ajang besar secara berturut-turut, yaitu final Piala Dunia 2014 dan final Copa America 2015.

Pada final Piala Dunia 2014, Argentina kalah 0-1 dari Jerman. Gol Der Panzer diciptakan Mario Gotze pada menit ke-113. Sementara pada final Copa America 2015, Argentina kalah adu penalti 1-4 dari Cile. Adu penalti dilakukan setelah skor 0-0 tak berubah hingga akhir babak tambahan.

Siapa pun bisa kalah, tetapi hanya juara yang mampu bangkit setelah jatuh. Selama ini, Messi telah menunjukkan mampu bangkit setelah jatuh. Apakah kali ini Messi mampu bangkit? Yang jelas, Messi tidak kehilangan sumber kekuatan yang menjadikannya seperti saat ini.

"Menciptakan pemain bagus itu perlu waktu. Anda melihat banyak pemain bagus di sini, tetapi keberhasilan itu bergantung kepada siapa yang merawat anak-anak ini. Karakter masyarakat tempat Anda tinggal bisa menciptakan perbedaan besar bagi seorang pemain," ujar Ernesto Vecchio, pelatih Messi ketika masih di Newell's Old Boys.

Bagaimana dengan Indonesia?

Baca juga: 

Timnas Argentina Mustahil Tanpa Messi

Stop Hujat Messi Warga Argentina

Rakitic: Tak Mudah Setim dengan Lionel Messi

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer