Bola.com, Piraeus - Josep Guardiola Sala atau yang lebih dikenal dengan panggilan Pep Guardiola merupakan salah satu fenomena terbesar seorang pelatih sepak bola. Bagaimana tidak? Hanya dengan bermodal melatih Barcelona B selama satu tahun (2007-2008), Guardiola naik pangkat menjadi pelatih Barcelona dan sukses menyabet semua gelar di domestik, Eropa, maupun dunia hanya dalam kurun waktu empat musim. Namun semenjak menjadi pelatih Bayern Munchen mengapa Guardiola tampak kesulitan mengulang prestasi tersebut, khususnya di Eropa?
Didapuk sebagai pelatih Bayern pada 16 Januari 2013 usai rehat selama satu tahun dari dunia sepak bola, prestasi Guardiola bisa dibilang biasa saja. Memang pria berkepala botak ini masih tetap bisa menjaga dominasi Bayern di Bundesliga dengan torehan dua trofi dalam dua tahun berturut-turut. Tapi itu merupakan hal yang wajar mengingat materi pemain yang dimiliki Bayern masih sangat superior untuk disejajarkan dengan rival-rivalnya seperti Borussia Dortmund, Wolfsburg, Schalke 04 dll.
Baca Juga
Advertisement
Berbeda saat Bayern berlaga di kancah Eropa. Materi pemain mentereng dalam skuat The Bavarians terlihat sebagai hal yang wajar jika bersanding dengan klub-klub raksasa Eropa seperti Real Madrid dengan Cristiano Ronaldo, Barcelona dengan Lionel Messi, bahkan Juventus dengan talenta muda paling bersinar di dunia Paul Pogba. Apakah memang faktor pemain yang memengaruhi seretnya prestasi Guardiola di Eropa?
Jika mundur ke belakang tepatnya pada musim 2013-2014, Guardiola masih bisa dibilang aman dengan keberhasilannya membawa Bayern menembus babak semifinal. Hingga akhirnya mereka bertemu Real Madrid yang mengandaskan mereka dengan agregat 0-5 dalam dua leg. Sorotan untuk Guardiola atas kegagalan ini masih dalam hal yang wajar. Orang-orang mungkin berpikir 'Ah ini baru musim pertama, mungkin Guardiola masih beradaptasi dengan kultur klub'.
Musim berikutnya, kiprah Guardiola bersama Bayern langsung melesat bak roket. Kepercayaan diri tinggi berbagai pihak bahwa Bayern akan juara Liga Champions 2014-2015 terpancar. Alasannya, Bayer berulang kali meraih kemenangan telak seperti menang 7-1 atas Roma yang merupakan rekor kemenangan tandang terbesar di Liga Champions, kemudian menang 7-0 atas Shakhtar Donetsk dan terakhir mengalahkan Porto 6-1 di babak perempat final. Optimistis tinggi jajaran manajemen serta pendukung Bayern langsung membumbung tinggi, hingga pada akhirnya Guardiola harus berhadapan dengan Barcelona, mantan klubnya di semifinal.
Leg pertama di terjadi di Camp Nou dan Bayern keok 0-3 dari Barcelona. Rasa optimistis yang tadinya tinggi langsung menurun drastis. Menjalani leg kedua meski masih ada kesempatan, Bayern ternyata hanya mampu mengalahkan Barcelona 3-2 dan harus angkat koper setelah kalah agregat 3-5 dari El Barca.
Berdasarkan kisah tadi benarlah sudah kisah Guardiola di Eropa masih dalam batas biasa saja. Bahkan eks pemain Bayern, Dietmar Hamann, hanya memberikan nilai sangat kecil untuk kinerja Guardiola. "Jika saya harus memberi nilai Guardiola dari nol sampai 10, saya akan memberikannya lima. Di liga mereka memang tim juara, tapi di Liga Champions mereka telah mencoba dua kali dan selalu gagal," ungkap Hamann.
Kendati demikian, kesempatan Guardiola untuk membuktikan diri sebagai pelatih sepak bola jempolan di dunia belumlah habis. Guardiola akan mendapatkan kesempatan ketiga pada Liga Champions 2015-2016. Ujian pertama datang ketika melawan wakil Yunani, Olympiakos, di Stadion Georgios Karaiskaki dalam pertandingan pertama Grup F, Kamis (17/9/2015) dini hari WIB.
Berbekal amunisi baru seperti Douglas Costa dan Arturo Vidal, Guardiola menatap pertandingan ini dengan percaya diri. Formasi unik Guardiola 3-1-2-1-3 yang telah membawa Bayern tidak terkalahkan di Bundesliga dalam empat pertandingan dan mencetak 12 gol akan kembali diterapkan kontra Olympiakos. Kekuatan penuh seperti trisula lini depan, Robert Lewandowski, Douglas Costa, dan Thomas Muller akan langsung diturunkan sejak menit pertama. Tidak ada strategi menyimpan pemain, Guardiola dipastikan akan menurunkan skuat terbaik menghadapi Olympiakos.
"Semua pemain harus memberikan 100 persen kemampuan terbaik. Jika tidak, kami bisa kesulitan," kata Guardiola optimis.
Pada laga nanti Bayern dipastikan tidak bisa menurunkan Javi Martinez, Arjen Robben, Mehdi Benatia, Holger Badstuber dan Franck Ribery yang masih berkutat dengan cedera.
Beralih ke kubu tuan rumah, pelatih Olympiakos, Marco Silva mengaku tidak gentar dengan nama besar Bayern. Silva yang sukses sejauh ini mengantarkan Olympiakos di puncak klasemen Liga Yunani dengan koleksi sembilan poin dari tiga pertandingan kemungkinan akan tetap menurunkan formasi andalan, 4-2-3-1 dengan mengandalkan Ideye Brown di lini depan untuk mendobrak pertahanan Bayern.
"Kami akan memulai pertandingan dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang kami inginkan. Kami juga memiliki fans yang luar basa dan kami butuh bantuan mereka," ujar Silva.
Dengan ditutupnya lewat pernyataan Silva, itu berarti kedua kesebelasan telah siap untuk bertanding malam nanti. Apakah Guardiola bisa melewati ujian pertama dan mengantarkan Bayern merengkuh trofi Liga Champions musim ini? Kita tunggu.
Prakiraan susunan pemain:
Olympiakos: Jimenez; Manuel da Costa, Siovas, Masuaku, Cambiasso, Durmaz, Milivojevic, Alabdellaoui, Dominguez, Pardo, Ideye
Bayern Munchen: Neuer; Alaba, Boateng, Rafinha, Xabi Alonso, Thiago Alcantara, Philipp Lahm, Arturo Vdal, Douglas Costa, RObert Lewandowski, Thomas Muller.
5 Pertandingan terakhir
Olympiakos
Olympiakos 3-1 Platanias
Levadiakos 0-2 Olympiakos
Olympiakos 3-0 Panionios
Olympiakos 1-1 Qatar
Olympiakos 2-1 Besiktas
Bayern Munchen
Bayern Munchen 2-1 Augsburg
Jahn Regensburg 3-1 Bayern Munchen
Fanclub Red Power 0-5 Bayern Munchen
Bayern Munchen 3-0 Bayer Leverkusen
Hoffeinheim 1-2 Bayern Munchen
Prediksi Bola.com: Olympiakos 0-3 Bayern Munchen
Baca juga :
Bayern Munchen Susah Payah Tundukkan Augsburg
Bayern dan Dortmund Ikut Andil Selamatkan Pengungsi Suriah
"Jangan Tinggalkan Bayern, Guardiola!"