Bola.com, - Sesuatu yang tampaknya mustahil kadang bisa digapai berkat perjuangan keras. Salah satu contohnya adalah kisah “Gadis Bola Basket” muda asal Yunan, Tiongkok. Meski kehilangan kedua kakinya karena kecelakaan, gadis bernama Qian Hongyan tersebut mampu bangkit dan kini menjadi langganan juara turnamen renang.
Dia bahkan sudah berani bermimpi untuk merengkuh medali emas di ajang Paralimpiade. Kisah Qian berhasil menginspirasi ribuah penyandang disabilitas yang tersebar di berbagai sudut Tiongkok.
Advertisement
Seperti dilansir Daily Mail, Kamis (24/9/2015), Qian Hongyan yang kini berusia 16 tahun mulai menyedot perhatian publik saat fotonya yang sedang berjalan dengan bantuan bola basket menjadi headline di sebuah surat kabar pada 2005. Kini, gadis yang sama telah menjelma menjadi sosok yang sangat berbeda.
Pada 2009, Qian berhasil menjadi juara nasional di Kompetisi Renang Paralympiade Nasional Tiongkok. Kemudian pada September tahun lalu, dia kembali memenangi medali emas lomba renang gaya dada nomor 100 meter di Paralympic Games Provinsi Yunnan. Jika menengok ke belakang, apa yang diraihnya saat ini benar-benar sangat luar biasa. Semuanya berkat semangat tak kenal menyerah yang dimiliknya.
Cobaan besar dalam hidup Qian Hongyan datang saat usianya baru menginjak empat tahun. Kedua kakinya harus diamputasi setelah mengalami kecelakaan pada tahun 2000 yang nyaris merenggut nyawanya. Keluarganya sangat miskin. Mereka bertani dan memproduksi kain sutra untuk menyambung hidup.
Menurut People's Daily Online, dengan sumber daya yang sangat terbatas, kakek Qian Hongyan harus memutar otak untuk membantu sang cucu. Akhirnya dia berinisiatif mengiris bola basket usang untuk menggantikan bagian bawah tubuh sang cucu. Sang gadis kecil kemudian belajar berjalan menggunakan tangannya dengan dibantu bantalan kayu yang berpegangan.
Bola basket yang dipasang di bagian bawah tubuh membantunya tetap bisa berdiri dan bisa jadi sandaran untuk beristirahat saat dia lelah. Bertahun-tahun dia menghabiskan masa kecilnya dengan menyandang julukan “Gadis Bola Basket”. Julukan tersebut diberikan oleh masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Bantuan Kaki Palsu
Bagi Tiongkok, di mana penyandang disabilitas nyaris tak pernah dibahas, kisah Qian Hongyan menjadi titik balik. Hal tersebut juga menjadi titik balik kehidupan sang bocah yang saat itu berusia 10 tahun. Berkat bantuan para donatur, dia mendapat kesempatan terbang ke Beijing dan mendapat hadiah sepasang kaki palsu.
Setiap fase perjalanan hidup sang bocah kemudian menjadi kisah yang menyedot perhatian publik. Selain itu, secara tidak langsung juga mengungkap cerita pedih para penyandang disabilitas di Tiongkok.
Tapi, kisah Qian Hongyan tak selalu manis. Pukulan menyesakkan datang pada 2007. Berkat bantuan dari berbagai pihak, dia memang mampu melanjutkan belajar hingga lulus sekolah dasar. Sayangnya, menurut agen berita Xinhua, dia harus menghadapi kenyataan bahwa keluarganya tak punya cukup uang untuk membiayai kelanjutan pendidikannya. Qian Hongyan terpaksa berhenti sekolah.
Namun, dia tak patah semangat. Dia mulai melukis sendiri takdirnya. Qian Hongyan memutuskan pulang ke Yunnan dan dengan berani bergabung ke South of the Cloud, klub renang lokal untuk para penyandang disabilitas. Ini adalah salah satu klub renang disabilitas pertama di Tiongkok.
Bagi Qian Hongyan yang kakinya diamputasi hingga pangkal paha, belajar renang benar-benar sulit. Dalam sebuah wawancara dengan China Daily, dia mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya. “Sepertinya tak ada cara supaya saya bisa mengapung di air. Saya selalu tersedak,” ujarnya.
Qian Hongyang tetap berusaha. Hatinya sudah benar-benar didedikasikan untuk olahraga air ini. Hanya dalam tempo beberapa tahun dia bisa menyabet medali emas di kompetisi nasional dan bertekad mewakili Tiongkok di Paralimpiade di London pada 2012.
Disambut Bak Pahlawan
Pada 2009, nama Qian menghiasi halaman utama berbagai media setelah memenangi satu medali emas dan dua medali perak di ajang Chinese National Paralympics Swimming Competition. Dia kembali merebut tiga medali perak di kompetisi yang sama setahun berselang. Namun, pada 2011, setahun menjelang kualifikasi Paralimpiade, ayah Qian meninggal.
Saat kualifikasi, dia sebenarnya sukses merengkuh medali perunggu, tapi tak cukup mengantarnya masuk tim Paralimpiade Tiongkok. Merasa gagal, Qian memilih menghindari sorotan publik untuk beberapa waktu. Dia memutuskan pulang ke rumah dan disambut bak pahlawan oleh kedua adiknya.
Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan, Qian kembali berlatih dan rutin memenangi berbagai medali. Namun, untuk tampil di Paralimpiade, performa Qian saat itu agak kurang meyakinkan.
Dalam suatu wawancara dengan Xinhua pada 2014, Qian baru membuat pengakuan. Saat menyatakan ingin tampil di Paralimpiade beberapa tahun lalu, sebenarnya Qian tak tahu dengan detail tentang event bergengsi itu. Alhasil, dia baru menyadari impian itu datang terlalu dini dan membuatnya memanggul tekanan besar.
Tapi, tak ada hal mustahil untuk seseorang yang punya mental baja dan semangat tak kenal menyerah. Pada September 2014, Qian memenangi lomba renang gaya dada nomor 100 meter di Yunnan Provincial Paralympic Games. Keberhasilan tersebut kembali membuat sosoknya kembali jadi sorotan publik.
Yang jelas, Qian telah berhasil mengubah masa kecilnya yang menyesakkan menjadi sebuah kehidupan yang sarat inspirasi. Hanya segelintir orang bisa menyamai kisah hidupnya. Rasanya tak mustahil jika suatu saat nanti impiannya menjadi juara Paralimpiade bakal menjadi kenyataan. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Baca Juga:
Demi Pengidap Kanker Payudara, Legenda Liverpool Jual Medali