Bola.com, Kuala Lumpur - Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) pada awal ini dijatuhi sanksi oleh FIFA terkait insiden kericuhan yang terjadi kala pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia kontra Arab Saudi (8/9/2015) di Stadion Shah Alam.
FIFA menjatuhi hukuman FAM beragam, mulai peringatan, sanksi denda sebesar 40 ribu franc swiss (setara Rp 600 juta), sanksi menggelar pertandingan tanpa penonton (untuk partai kualifikasi Piala Dunia 2018 vs UEA di Malaysia pada 17 November 2015), hingga memberikan kemenangan WO (skor 3-0) pada Arab Saudi.
Sanksi terakhir itulah yang dianggap paling berat. Tak lama setelah sanksi FIFA turun pada 5 Oktober 2015, FAM sempat berencana menempuh banding untuk mengurangi hukuman.
Akan tetapi, setelah lewat 10 hari sejak dijatuhkannya sanksi sebagai batas akhir mengajukan banding, FAM ternyata memutuskan untuk tidak mengajukan banding. Ada beberapa hal yang jadi pertimbangan batalnya banding.
Advertisement
Baca Juga :
Wakil Presiden FAM, Datuk Mokhtar Ahmad, seperti dikutip di laman Utusan Malaysia, Kamis (29/10/2015), mengungkapkan, FAM memang memiliki peluang mengajukan banding apalagi mereka sempat tidak sepakat atas hukuman yang dijatuhkan itu.
"Namun, setelah mencermati tiap butir sanksi, kami memutuskan untuk tidak menempuh banding. Kami memprediksi peluang banding diterima cukup tipis. Selain itu, bila dibandingkan dengan sanksi yang dijatuhkan FIFA untuk anggota lain dengan kasus sama, sanksi yang kami terima jauh lebih ringan. Seperti sanksi menggelar pertandingan tanpa penonton yang hanya berlaku untuk satu pertandingan saja. Begitu pula dengan sanksi denda," ujar Datuk Mokhtar Ahmad.
"Selesainya" urusan terkait sanksi FIFA tak lantas menjadikan FAM tenang. Pasalnya, FAM juga dalam masa menanti keputusan dari Komisi Olahraga Malaysia. Tak lama setelah insiden di Stadion Shah Alam, Selangor, Menpora Malaysia, Khairy Jamaluddin, langsung menyerukan reformasi di tubuh FAM.
Maklum, tak hanya kericuhan itu, timnas Malaysia di berbagai tingkatan dianggap mengalami penurunan prestasi yang dibuktikan dengan kekalahan 0-10 dari Uni Emirat Arab di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia, lima hari sebelum aksi anarkistis pecah di Shah Alam.
Melalui Komite Olahraga, pemerintah Malaysia meminta keterangan dan jawaban dari FAM atas statisnya perkembangan sepak bola di Negeri Jiran. FAM sudah mengirimkan surat jawaban dan kini mereka tinggal menanti keputusan apakah yang akan dijatuhkan Komite Olahraga Malaysia.
Di sisi lain, tindakan itu mencemaskan FAM lantaran bisa saja FIFA menganggap hal itu sebagai sebuah campur tangan dari pemerintah. Seperti diketahui, sanksi pembekuan bisa dijatuhkan bila negara anggota FIFA terbukti "direcoki" oleh pemerintah.
"Kami menanti jawaban dari Komisi Olahraga. Kami sedih karena masalah ini mendapat perhatian luas dari media. Kami khawatir FIFA menilai hal ini sebuah ancaman dari pemerintah untuk mencampuri urusan FAM," jelas Datuk Mokhtar Ahmad, di Utusan Malaysia.