Bola.com, Manchester - Venue Wolkswagen Arena, Rabu (9/12/2015) menjadi saksi peristiwa dramatis yang melibatkan Manchester United. Pada Matchday 6 Grup B Liga Champions tersebut, Setan Merah merasakan kebahagiaan dan rasa sedih.
Pada satu titik, ketika mereka sedang berjibaku kontra tuan rumah Wolfsburg, ada kabar gembira yang datang dari Eindhoven. Pesaing mereka, PSV Eindhoven tertinggal via penalti pemain CSKA Moskow, Sergei Ignashevich, pada menit ke-76.
Advertisement
Setelah itu, gambaran untuk lolos ke fase knock-out terlihat jelas ketika bek Wolfsburg, Josuhan Guilavogui melakukan gol bunuh diri, enam menit setelah PSV tertinggal. Hasil seri sebenarnya sudah cukup untuk mengantarkan The Red Devils menuju babak berikutnya.
Sayang, asa itu mulai menguap tatkala gawang David de Gea justru kembali bobol via aksi Naldo pada menit ke-84. Di saat hampir bersamaan, PSV Eindhoven menuai gol kemenangan via aksi Davy Propper pada menit ke-86. Sebelumnya, Luuk de Jong menyamakan kedudukan 1-1.
Alhasil, musim ini, ketika Manchester United kembali ke panggung Liga Champions dengan modal banyak pemain bintang, harus berakhir menyesakkan. Aksi come back mereka justru terhalang batu karang Wolfsburg dan PSV Eindhoven.
Di luar prediksi awal, klub yang bermarkas di Stadion Old Trafford tersebut justru harus angkat koper terlalu dini. Berikut tiga faktor yang membuat Manchester United layak tersingkir dari turnamen kasta tertinggi antarklub Eropa tersebut.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Pemain Anyar Belum Padu
1. Pemain Anyar Belum Padu
Idiom belanja banyak belum tentu sepadan dengan hasil cemerlang, ternyata berlaku untuk Manchester United. Setelah hancur lebur musim lalu dengan modal pembelian luar biasa, musim ini Manajer Louis van Gaal melakukan kesalahan yang sama.
Seolah tak percaya diri dengan beberapa pemain yang direkrut pada bursa transfer musim panas tahun 2014, eks manajer timnas Belanda di putaran final Piala Piala Dunia 2014 tersebut mendatangkan segepok pemain berharga tinggi.
Sebut saja nama pemuda asal Prancis, Anthony Martial yang mengharuskan manajemen mengeluarkan uang setidaknya Rp 720 miliar. Begitu juga dengan jagoan asal Belanda, Memphis Depay yang dibeli dengan mahar Rp 560 miliar.
Setelah itu menyusul Morgan Schneiderlin (Rp 500 miliar), bek kanan timnas Italia, Matteo Darmian (Rp 260 miliar) dan gelandang Bayern Munchen, Bastian Schweinsteiger (Rp 140 miliar).
Sayang, asa untuk melihat corak permainan indah, agresif dan menuai kemenangan demi kemenangan, tak sepenuhnya menjadi milik fans Manchester United. Sebaliknya, mereka justru kerap dibikin 'jantungan' dengan apa yang ditampilkan Wayne Rooney dkk.
Beberapa pihak menilai sentuhan Louis Van Gaal dan Ryan Giggs, sebagai Asisten Manajer, tak mampu menyatukan deretan bintang baru, dengan pemain lama. Kondisi semakin ironis, karena pemain yang musim sebelumnya dibeli, juga tak sanggup bermain lebih kolektif.
Situasi tersebut kurang menguntungkan ketika mereka bermain di turnamen sekelas Liga Champions. Jadi, tak heran jika mereka dianggap pantas gagal melangkah ke babak berikutnya.
Advertisement
Inkonsistensi Permainan
2. Inkonsistensi Permainan
Pemain baru identik dengan usaha keras untuk menyatu dengan yang lain. Tak hanya itu, persaingan berebut satu tempat di starling eleven juga jadi sisi menarik lain. Imbas yang paling realistis, bisa saja para pemain ingin 'saling jegal'.
Itu juga yang kemungkinan terjadi di kubu Manchester United. Suasana latihan di Carrington terkadang digambarkan panas, terutama setelah Setan Merah menuai hasil kurang bagus di sebuah pertandingan.
Hasil-hasil yang didapat Manchester United sepanjang musim ini juga menggambarkan inkonsistensi penampilan di lapangan. Bahkan, armada Louis van Gaal tersebut bisa takluk di tangan tim yang seharusnya bisa dengan mudah mereka taklukkan jika melihat komposisi pemain.
Sebelum terbang ke Wolfsburg, Manchester United juga membawa modal tak bagus. Pada tiga laga sebelumnya, mereka hanya mampu bermain imbang tanpa gol dengan PSV Eindhoven di rumah sendiri (26/11/2015).
Tiga hari berselang, giliran Leicester City sukses menahan rival sekota Manchester City tersebut (1-1). Lagi-lagi skor tanpa gol dihasilkan Manchester United saat menjamu West Ham United di pentas Premier League (5/12/2015).
Jadi, melihat hasil pertandingan yang sudah dilakukan Manchester United, Soccernet menulis kalau mereka memang tak layak untuk menemani Wolfsburg ke babak berikutnya.
Badai Cedera tak Berhenti
3. Badai Cedera tak Berhenti
Alasan permainan buruk selalu identik dengan komposisi pemain yang ada. Situasi sulit menjadi 'makanan' Louis van Gaal setiap pekan. Para pemain inti silih berganti cedera, sehingga faktor kemapanan permainan tak bisa tercapai.
Itu pula yang terjadi ketika Manchester United takluk di markas Wolfsburg. Armada Van Gaal tak lengkap. Sebut saja Marcos Rojo, Phil Jones, Luke Shaw sampai Antonio Valencia. Kondisi ini saja sudah menggambarkan posisi lemah di area bek kiri. Sang pengganti, Gullermo Varela, terlalu minim pengalaman, sehingga tak banyak berkontribusi.
Kondisi semakin runyam, karena di tengah pertandingan, tepatnya di menit ke-43, bek Matteo Darmian harus keluar lapangan. Sosok Cameron Borthwick-Jackson memang sempat menonjol di Premier League, tapi bermain di kelas Liga Champions jelas punya standar berbeda.
Tak heran, pada babak kedua, kerja keras diperlihatkan Daley Blind dan Chriss Smalling untuk menjaga gawang David de Gea. Sayang, usaha duo tersebut gagal diimbangi pergerakan Cameron dan Varela.
Kondisi cedera yang dianggap paling menonjok adalah apa yang menimpa Wayne Rooney. Anthony Martial, yang dipatok sebagai penyerang tunggal, sempat memberi harapan dengan gol pembuka ke gawang Wolfsburg.
Namun, setelah itu ia tak bisa banyak berbuat. Pengoleksi dua gol di Liga Champions 2015-2016 tersebut seperti orang kebingungan, terutama di babak kedua. Sepanjang 90 menit, Martial hanya mampu mengirim dua tendangan tepat sasaran, yang satu di antaranya berujung gol.
Sumber : UEFA, ESPN
Advertisement