Bola.com, Manchester - Manchester United tersingkir dari persaingan Liga Champions 2015-2016. Tak hanya terkait permainan, penyebab lain datang dari eksternal. Satu di antara yang sedang menjadi pembicaraan hangat adalah perlakuan tuan rumah Wolfsburg yang tak bagus ketika Matchday 6 Grup B Liga Champions.
Juan Mata dkk. menganggap mereka tak nyaman dengan kondisi ruang ganti pemain yang terasa panas. Setelah pemain, kali ini giliran Manajer Manchester United, Louis van Gaal yang mengungkapkan kondisi tak ideal tersebut. Hal itu dirilis The Sun, Jumat (11/12/2015)
Advertisement
Baca Juga
Pada pertandingan di Volkswagen Arena tersebut, Manchester United tersingkir secara dramatis, setelah takluk dari Wolfsburg dengan skor tipis, 2-3, Rabu (9/12/2015) dini hari WIB. Tiga gol kemenangan Die Wolfe, julukan Wolfsburg, dicetak Naldo pada menit ke-13 dan 84', serta satu dari gelandang Vieirinha (29'). Dua gol tim tamu disumbang Anthony Martial (10') dan gol bunuh diri Joshua Guilavogui (82').
Kekalahan tersebut membuat Manchester United berada di peringkat tiga klasemen akhir Grrup B dengan nilai delapan hasil dari enam pertandingan. Mereka tertinggal empat poin dari Wolfsburg yang menempati posisi satu. Kondisi tersebut membuat armada Old Trafford hanya mampu berlaga di Liga Europa 2015-2016.
Usai laga, kandasnya United di ajang Liga Champions dikabarkan karena kondisi pemain terganggu, akibat panasnya suhu di ruang ganti pemain Volkswagen Arena. Hal tersebut membuat para pemain tak mendapatkan situasi bagus sebelum pertandingan dan saat jeda babak pertama.
Alhasil, pemain Manchester United bermandikan keringat saat berada di ruang ganti. Seperti dilansir The Sun, Louis van Gaal juga terganggu dengan panasnya temperatur di ruang tertutup tersebut.
Kubu Wolfsburg membantah sengaja membuat suhu di ruang ganti pemain menjadi panas. Wolfsburg menjelaskan jika suhu ruang ganti sudah sesuai dengan standar Bundesliga dan Eropa.
Selain menyalahkan panasnya ruang ganti pemain, Manchester United juga mengkambinghitamkan operator Premier League. Mereka mengeluh terkait padatnya jadwal, sehingga tersingkir dari Liga Champions karena faktor kebugaran yang tak pernah maksimal saat berada di zona Eropa.
Sumber: The Sun