Bola.com — Satu di antara kota tua yang menjadi bagian program re-desain kawasan dari Badan Internasional PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya (UNESCO). Setelah era Romawi dan Spanyol, kota ini menjelma menjadi kawasan ekonomi yang paling maju di kawasan Timur Prancis, terutama pada akhir abad 18.
Advertisement
Kota ini berubah di era yang disebut sebagai Revolusi Industri di Prancis. Saint-Etienne menjadi pusat dari industri alat-alat berat dan besi baja terkoneksi. Pada awal abad 19, kawasan ini menjadi area terbesar pertambangan. Hal itu menjadikan Saint-Etienne sebagai kota pertama yang memiliki jaringan kereta api, yang digunakan sebagai alat transportasi pengangkut hasil besi baja dan pertambangan.
Sayang, perekonomian kota ini terpuruk pada 1970-an. Penyebabnya terjadi kemunduran bisnis di industri alat-alat berat dan pertambangan, serta kalah kompetitif dengan area lain di sekitar Eropa. Alhasil, Saint-Etienne mengalami kesulitan ekonomi yang membuat mereka menuai banyak masalah demografi.
Seiring proses perbaikan yang dilakukan pemerintah Prancis, Saint-Etienne mulai menggeliat. Pemerintah kota berhasil mengembalikan gairah ekonomi, terutama dengan mengandalkan bisnis di industri pariwisata. Di level ini, Saint-Etienne menawarkan wisata kota dan musik.
Khusus untuk musik, pemerintah kota Saint-Etienne sudah memiliki satu di antara gedung pertunjukan terbesar di kawasan Eropa, yakni Le Fil. Tak hanya itu, mereka juga memiliki satu gedung yang menjadi pusat para arsitektur untuk menggali ide-ide brilian, yang diberi nama gedung Biennale Internationale Design.
Kota ini juga memiliki museum Musée d'Art Moderne et Contemporain. Koleksi yang ada di museum ini menjadi terbesar kedua di Prancis setelah Centre Pompidou.
Di dunia sepak bola, Saint-Etienne memiliki sejarah panjang. Awal keberadaan sepak bola di kota ini berasal dari hobi yang dilakukan para pekerja untuk memanfaatkan libur dan waktu luang. Sebagian besar pekerja yang bermain sepak bola berasal dari karyawan yang bekerja di sektor kasino.
Pada akhirnya, mereka sepakat membentuk tim bernama AS Saint-Etienne, yang biasa disingkat St-Etienne, pada 1912. Pihak manajemen klub dan para pemain sepakat memilih kostum berwarna hijau, sesuai warna rumput tempat mereka menyepak si kulit bundar.
St-Etienne tumbuh menjadi tim yang cukup disegani. Pada 1961, sosok Roger Rocher menjadi tiang awal datangnya trofi juara. Saat ini, St-Etienne menjadi klub dengan koleksi trofi terbanyak di Ligue 1. Momen emas terjadi kala mereka mampu tampil di final Piala Champions edisi 1976. Sayang, mereka takluk di tangan Bayern Munchen dengan skor 0-1. Meski gagal, fans tetap berpesta di area sekitar layar raksasa Champs-Élysees.
Data Kota
Nama: Saint-Etienne
Provinsi: Auvergne-Rhône-Alpes
Populasi: 515.240 jiwa
Ketinggian: 529 meter di atas permukaan laut
Jarak ke venue Euro 2016 lain
Lyon: 65 km
Marseille: 335 km
Nice: 500 km
Paris: 525 km
Saint-Denis: 540 km
Toulouse: 540 km
Bordeaux: 540 km
Lens: 735 km
Lille: 750 km
Sumber: Berbagai sumber