Bola.com — Lieu mémorable. Frasa kata bahasa Prancis yang berarti 'venue penuh sejarah' melekat di Stadion Nasional Prancis alias Stade de France. Semua itu berawal dari penunjukkan negara pemilik Menara Eiffel tersebut sebagai tuan rumah Piala Dunia 1998.
Advertisement
Baca Juga
Sejak ditunjuk menjadi host gelaran akbar sepak bola seantero jagad raya tersebut, Prancis memberi prioritas pada pembangunan Stade de France. Venue yang terletak di kota satelit Saint-Denis ini menjadi satu di antara stadion baru yang diperuntukkan bagi gelaran empat tahunan tersebut.
Kerja keras untuk menghadirkan sebuah stadion modern berdesain futuristik berjalan lurus dengan prestasi mengesankan timnas Prancis pada perhelatan Piala Dunia 1998. Tim berjuluk Les Bleus tersebut sukses mengangkat trofi juara setelah di babak final mengandaskan perlawanan Brasil dengan skor telak, 3-0.
Sepasang gol Zinedine Zidane pada menit ke-27 dan satu menit injury time babak pertama, dilengkapi sepakan terukur gelandang Emmanuel Petit pada tiga menit tambahan waktu babak kedua. Hasil tersebut sekaligus memberi catatan sejarah tersendiri bagi masyarakat Prancis.
Stade de France menjadi saksi nyata status juara dunia untuk kali pertama bagi Prancis. Biaya pembangunan yang menembus angka 290 juta euro atau sekitar Rp 4,35 triliun, terbayar lunas dengan gelar perdana juara dunia bagi tim Ayam Jantan.
Empat arsitek yang mendesain dan memimpin pembangunan Stade de France, yakni Michel Macary, Aymeric Zublena, Michel Regembal dan Claude Constantini, bakal tersenyum lagi pada musim panas mendatang. Saat itu, mereka bisa saja kembali menyaksikan kehebatan timnas Prancis, kala berstatus tuan rumah perhelatan putaran final Piala Eropa 2016.
Venue berkapasitas 81.338 kursi tersebut menjadi satu di antara stadion dengan status bintang empat. Tak hanya itu, jumlah tempat duduk yang ada menjadikan Stade de France berada di posisi ke-4 dalam kategori daya tampung penonton.
Stadion yang memiliki ukuran lapangan 105 x 70 meter ini menjadi satu di antara favorit penyelenggaraan puncak sebuah kegiatan olahraga. Setelah final Piala Dunia 1998, Stade de France menjadi ajang final perhelatan Liga Champions tahun 2000 dan 2006.
Hebatnya, tak hanya sepak bola, markas timnas Prancis ini juga menjadi venue pertandingan rugby. Di sana pernah terselenggara final Piala Dunia Rugby tahun 1999 dan 2007. Tak heran jika Stade de France menjadi satu-satunya stadion yang mampu menyelenggarakan dunia final piala dunia, yakni sepak bola dan rugby.
Saat ini Stade de France berstatus tuan rumah jika timnas Prancis menjamu tamu. Sementara di hari reguler, ada dua tim rugby asal Paris yang menggunakan venue ini, yakni Stade Français dan Racing Métro 92.
Keberhasilan pembangunan Stade de France tak terlepas dari sejarah venue di Prancis. Bagaimana tidak, keputusan untuk merealisasikan stadion berkapasitas lebih dari 80 ribu penonton tersebut menjadi kali pertama sejak 70 tahun keberadaan stadion pertama yang dianggap terbesar di Prancis, yakni Stade Olympique Yves-du-Manoir.
Ragam rekor mengiringi keberhasilan pembangunan Stade de France. Tak hanya dari sisi jumlah anggaran total, beberapa bagian stadion juga punya catatan tersendiri. Sisi atap misalnya, menghabiskan dana 45 juta euro atau lebih dari Rp 675 miliar.
Dana sebesar itu diperuntukkan bagi sistem pergerakan atap yang bisa menutup bagian tempat duduk penonton tanpa menghalangi masuknya cahaya luar yang menuju ke rumput lapangan. Artinya, sistem penutup modern hasil karya konsorsium fakultas olah raga seluruh universitas di Prancis ini tak sampai menutup 'langit'. Berat total kontruksi baja yang digunakan untuk membuat atap mencapai 13.000 ton.
Aplikasi teknologi juga teraplikasi di sisi pencahayaan dan suara. Di area dalam Stade de France terdapat 550 lampu dengan kekuatan yang bisa diatur sesuai level yang diinginkan, plus 36 blok lokasi untuk speaker, dengan masing-masing blok terdiri dari 5 speaker berkualitas tinggi.
Kekuatan lampu dikombinasikan dengan teknologi rumput yang mampu mereduksi tingkat kepadatan cahaya, sehingga penonton dipastikan tak silau dengan pantulan lampu stadion. Di sisi ini, sang perancang menggunakan sistem radiasi infra-merah, sehingga bisa menyaring secara spesifik warna lampu yang tak diinginkan.
Lokasi yang dekat dengan kota Paris, membuat Stade de France bakal menjadi satu di antara lokasi yang paling menarik bagi penonton yang menyaksikan langsung perhelatan Euro 2016. Suasana kota Saint-Denis yang terkenal memiliki beberapa pemandangan indah, terutama karena kelokan kanal Saint-Denis, akan memberi banyak kenangan indah, apalagi jika tim kesayangan bisa menjadi jawara di Stade de France.
Sumber: Berbagai sumber