Bola.com, Jakarta - Banyak hal bakal terjadi ketika Benfica bersua Zenit St Petersburg, pada Babak 16 Besar Liga Champions 2015-2016. Pada dua pertemuan, Selasa (16/2/2016) dan Rabu (9/3/2016), sisi beraroma memori akan terlihat dominan.
Semua itu berlatar nilai sentimental yang dibawa beberapa penggawa kedua kubu. Bagi Pelatih Zenit, André Villas-Boas misalnya, akan kembali ke tanah kelahiran. Suasana semakin spesial, karena ia berhadapan dengan musuh bebuyutan eks tim asuhannya di Portugal, Porto.
Hal yang tidak jauh berbeda juga akan dialami gelandang serang Zenit, Daniel “Danny” Gomes, yang juga asal Portugal dan pernah membela Sporting Club. Namun, rasa nostalgia akan paling dirasa Axel Witsel. Gelandang bertahan Zenit asal Belgia tersebut pernah membela Benfica pada 2011-2012.
Advertisement
Baca Juga
Namun, Zenit yang lolos ke perdelapan final sebagai juara Grup H tidak boleh lengah kala bertandang ke Estadio da Luz. Sang tuan rumah sedang menjalani rentetan 12 kemenangan beruntun di Liga Portugal. Sebaliknya, Zenit dalam 12 pertandingan terakhir di liga hanya mencatat 3 kemenangan dan 6 kali imbang.
Begitu juga saat Benfica melawat ke markas Zenit. Apapun yang terjadi pada pertemuan pertama, tim berjuluk Los Águias ini dilarang lengah, dan terus bermain agresif agar tak kehilangan kans.
Pertempuran kedua tim bakal diwarnai saling adu serang. Karakter dua pelatih, Rui Vitória dan Andre Villas-Boas, sangat terlihat jelas di lapangan. Ngotot khas anak muda, ditambah serangkaian perubahan taktik yang cermat, menjadi magnet tersendiri.
Rui Vitória dan Villas-Boas sangat menyukai tekanan di lini tengah. Hal itu pula yang sepertinya bakal menjadi andalan kedua tim. Kebetulan, di sektor ini, duo arsitek muda tersebut memiliki modal pemain dengan daya jelajah tinggi dan kreasi yahud.
Benfica memiliki Ljubomir Fejsa, Andreas Samaris, Nicolás Gaitán, Ola John, Filip Đuričić, Bryan Cristante, Mehdi Carcela-González, João Teixeira dan Renato Sanches. Kombinasi siapapun yang diturunkan memiliki level tinggi dan punya kapasitas untuk mengejutkan Zenit St Petersburg.
Tak mau ketinggalan, Zenit juga punya senjata ampuh di lini tengah. Pada area dapur serangan, wakil Rusia tersebut memiliki gelandang kreatif Axel Witsel, Javi García, Viktor Fayzulin, sayap kiri Yuri Zhirkov, Aleksandr Ryazantsev, Mauricio dan sang kapten asal Portugal, Danny.
Tak pelak, berbekal komposisi tersebut, duel kedua tim ini tak bisa dianggap remeh. Di antara 16 tim di perdelapan final, Zenit memiliki catatan rata-rata penguasaan bola terendah (43%).
Zenit mengimbangi catatan minor tersebut dengan keberhasilanmencetak 13 gol dan kebobolan 6 gol di babak grup. Di sisi lain, Benfica yang lolos sebagai runner-up Grup C hanya mencetak 10 gol dan kebobolan 8 kali.
Zenit lebih baik dalam menyelesaikan peluang ketimbang Benfica. Pada 6 pertandingan fase grup, tim dengan warna kebesaran biru muda ini tercatat melepaskan 64 upaya tembakan yang 31 di antaranya menemui sasaran.
Angka tersebut melahirkan persentase akurasi tembakan Zenit sebesar 57%. Di sisi lain, Benfica mencatat 88 upaya tembakan, namun hanya 34 yang mengarah ke gawang. Itu berarti, persentase akurasi tembakan Benfica berada di angka 51%.
Baik Zenit dan Benfica punya catatan yang buruk di fase penyisihan grup. Zenit tercatat melakukan 98 kali pelanggaran, sementara Benfica 80 kali. Jika diurutkan dengan 16 tim lain di perdelapan final, angka pelanggaran Zenit dan Benfica ada di urutan 3 dan 5.
Rekor kedisiplinan kedua tim dalam hal hukuman kartu merupakan yang terburuk di antara tim-tim 16 besar. Zenit mengantongi 22 kartu kuning dan 1 kartu merah, sementara Benfica sedikit lebih baik dengan catatan 19 kartu kuning dan 1 kartu merah.
Head to Head: Zenit Lebih Unggul
Zenit dan Benfica sebelumnya sudah bertemu sebanyak 4 kali di ajang Liga Champions. Pada edisi 2011-2012, mereka bertemu di babak 16 Besar. Saat itu, Zenit menang 3-2 di St. Petersburg, namun Benfica membalikkan keadaan di Lisbon dengan kemenangan 2 gol tanpa balas, sehingga unggul agregat 4-3.
Musim lalu, kedua tim tergabung di Grup C bersama AS Monaco dan Bayer Leverkusen. Dalam dua kesempatan, Zenit berhasil menaklukkan Benfica dengan hasil akhir 2-0 di Lisbon dan 1-0 di St. Petersburg.
Namun, dua kemenangan atas Benfica tersebut tidak berarti banyak karena Zenit gagal lolos ke 16 Besar dan harus puas ‘terbuang’ ke Liga Europa. Sedangkan Benfica angkat koper sebagai juru kunci.
Zenit punya catatan apik dalam menghadapi tim-tim asal Portugal selain Benfica di ajang Eropa. Dalam 9 laga, Zenit punya rekor 5 kemenangan, 3 imbang, dan sekali kalah. Di sisi lain, catatan Benfica saat berhadapan dengan tim-tim asal Rusia selain Zenit di ajang Eropa tidak sebaik Zenit. Dalam 10 kesempatan, Benfica mencatat 4 kemenangan, 4 hasil imbang, dan dua kali kalah.
Memorable Match: 16 Besar Liga Champions 2011-2012
Bermain di Stadion Petrovsky, St. Petersburg, Zenit yang lolos ke fase 16 Besar sebagai runner-up Grup G mampu menundukkan Benfica. Saat itu, tim tamu berstatus sebagai juara Grup C.
Pertandingan berlangsung seru dan cukup dramatis. Benfica sempat menyamakan kedudukan sebelum akhirnya takluk dengan skor 2-3. Roman Shirokov menjadi bintang di pertandingan tersebut dengan torehan 2 golnya, yang salah satunya adalah gol kemenangan bagi Zenit.
Pada pertandingan yang dipimpin wasit Jonas Eriksson, Benfica unggul terlebih dahulu lewat gol Maxi Pereira di menit ke-21. Ia memanfaatkan bola muntah hasil sepakan Oscar Cardozo. Enam menit berselang, Shirokov berhasil menyamakan kedudukan lewat sepakan voli memanfaatkan umpan silang Tomas Hubocan.
Usai rehat, tepatnya pada menit ke-71, Sergei Semak membawa Zenit unggul dengan gol yang berunsur akrobatik. Ada 2 sepakan tumit terjadi dalam proses gol tersebut. Pertama, Alexandr Kerzhakov memberikan umpan back heel kepada Vladimir Bystrov yang langsung meneruskan bola ke depan gawang Benfica.
Berada dalam pengawalan ketat Pereira, Semak melakukan improvisasi dengan membelokkan bola ke tiang jauh dengan tumitnya. Bola akhirnya bersarang di gawang Artur setelah memantul tiang dalam.
Benfica belum menyerah dan akhirnya berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-87. Adalah Cardozo yang berhasil memanfaatkan kemelut di depan gawang Yuri Zhevnov setelah sebelumnya Benfica mampu memperagakan serangan balik cepat dengan baik.
Namun, hanya berselang beberapa detik, Shirokov kembali mencatatkan namanya di papan skor dan memastikan kemenangan Zenit atas Benfica. Gol tersebut tercipta berkat kesalahan Pereira dalam mengantisipasi umpan silang Aleksandr Anyukov. Skor akhir 3-2 untuk Zenit.