Bola.com, East Rutherford - Sosok Lionel Messi kembali menjadi perhatian publik usai Argentina kalah dari Cile, pada laga final Copa Amerika Centenario 2016, di MetLife Stadium, East Rutherford, NewJersey, Minggu (26/6/2016) atau Senin (27/6/2016) dini hari WIB. Ia menjadi satu di antara dua penendang penalti dari Tim Tango yang gagal.
Advertisement
Baca Juga
Kekalahan pada laga pamungkas edisi spesial Copa Amerika tersebut menambah panjang deretan 'kesialan' Messi saat ada di partai final bersama Timnas Argentina. Berikut 3 laga final Messi bersama Argentina yang berakhir duka.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ironi di Piala Dunia 2014
1. Argentina 0-1 Jerman (Piala Dunia 2014)
Estadio do Maracana, di kota Rio de Janeiro menjadi saksi kegagalan Lionel Messi tampil memesona bersama timnas Argentina. Tim Tango melaju ke partai puncak dengan perjuangan yang tak mudah. Messi-pun sebenarnya sudah menunjukkan level permainan bagus sepanjang turnamen.
Pada gelaran final kontra Jerman (13/7/2014) tersebut, Messi sudah bermain maksimal. Ia menjadi pioner pergerakan untuk menjebol sistem pertahanan Der Panzer. Sayang, kekokohan Jerome Boateng dan Mats Hummels, sulit untuk ditembus.
Begitu juga kala berkreasi dari sisi sayap, daya magis Messi seolah lenyap di depan Philipp Lahm dan Benedikt Howedes. Ironis bagi Messi dan Argentina, karena mereka kalah pada momen perpanjangan waktu, setelah bermain imbang 0-0 di waktu normal.
Gelandang serang Jerman, Mario Gotze menjadi pencipta malapetaka. Ia secara cerdik mampu menaklukkan kiper Sergio Romerto, hanya tujuh menit sebelum waktu adu penalti dimulai.
Kegagalan tersebut tergolong menyesakkan, karena Messi mampu tampil bagus sepanjang turnamen. Secara statistik, ia mampu mencetak 4 gol dan 1 assist dalam 7 kesempatan merumput di lapangan hijau.
Tak hanya itu, ia menuai 3,3 tembakan per gim, umpan kunci sebanyak 3,3 per pertandingan, sukses dribel sebanyak 6,6 kali per pertandingan, dan mampu menciptakan 23 peluang bagi rekan-rekannya. Statistik itu lebih unggul dibanding Mesut Ozil (17), Thomas Mueller (17), Xherdan Shaqiri (17) dan Arjen Robben (17).
Advertisement
Ironi di Copa Amerika 2015
2. Argentina 0-0 Cile (Pen. 1-4)
Pada laga di Estadio Nacional, Santiago (4/7/2015), Argentina kalah melalui adu penalti dengan skor 1-4. Pada 2 x 45 menit, ditambah 30 menit perpanjangan waktu, kedua tim hanya sanggup meriah hasil imbang tanpa gol.
Saat adu tendangan 12 pas tersebut, kubu Argentina hanya mampu menuai satu gol via Lionel Messi. Penendang lain, Gonzalo Higuain dan Ever Banega, hanya menjadi pesakitan. Sebaliknya, kubu Cile, yang kala itu berstatus tuan rumah, mampu empat kali merobek jala Sergio Romero.
Lagi-lagi, hasil tersebut sangat mengecewakan bagi Messi yang tampil konsisten sepanjang turnamen. Meski hanya mencetak satu gol, kontribusinya dalam 6 partai dan 602 menit, tergolong besar bagi Argentina.
Sang Messiah mampu mengemas 3 assist, rata-rata 4,5 tembakan per pertandingan, dan akurasi umpang yang berada di angka 83,7 persen. Belum lagi kemampuan membantu pertahanan, yang terbukti dengan rata-rata 1 tekel per pertandingan, lalu 0,2 intersep per gim dan 0,5 pelanggaran per pertandingan.
Kegagalan juga menampar Messi. Semua itu berlatar amunisi Argentina saat itu dianggap menjadi yang terbaik. Selain Messi, Gerardo Martino memiliki Lucas Biglia, Javier Mascherano, Javier Pastore, Sergio Aguero dan Ángel Di María.
Ironi di Copa Amerika Centenario
3. Argentina 0-0 Cile (Pen. 2-4)
Sekali lagi, Messi tampil bagus sepanjang turnamen edisi spesial ulah tahun ke-100 Copa Amerika tersebut. Ia mampu mengemas 5 gol pada akhir turnamen, berselisih satu gol dibanding jagoan Cile, Eduardo Vargas.
Namun, semua yang sudah dilakukan seolah lenyap begitu saja, jusru pada momen krusial pada laga final kontra sang juara bertahan, Cile, Minggu (26/6/2016) atau Senin (27/6/2016) pagi WIB. Ia gagal mengesekusi penalti pertama bagi Argentina.
Akibatnya bisa ditebak, moral rekan-rekannya menurun. Gelandang Lucas Biglia menjadi pesakitan berikutnya, yang gagal menaklukkan kiper Cile, Claudio Bravo. Kekalahan tersebut juga datang pada saat yang tak tepat, karena beberapa hari sebelumnya, Messi merayakan hari ulang tahunnya yang ke-29.
Tentu, kalah dari Cile pada laga pamungkas Copa Amerika Centenario 2016, menjadi kado buruk bagi Sang Messih.
Sumber: Berbagai sumber
Advertisement