Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Paris, Prancis Prancis boleh saja berbangga bisa menggelar pesta akbar sepak bola bernama Piala Eropa 2016. Namun, di balik gempita turnamen paling bergengsi tersebut masih terselip berbagai masalah, salah satunya gelandangan atau tuna wisma.
Advertisement
Baca Juga
Pengangguran memang sempat menjadi masalah besar di Prancis dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, pada periode Desember 2015, tercatat warga yang tidak pekerjaan di negara berpenduduk 66 juta jiwa itu mencapai angka 10 persen atau sekitar 3,57 juta orang.
Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi pengangguran di Prancis setelah naik 0,1 persen dari periode 2014. Sebab, sebelumnya, pada kuartal III 2014, Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat persentase pengangguran di Prancis sebesar 9,9 persen atau 2,84 juta jiwa.
Presiden Prancis, Francois Hollande, sempat berjanji akan memfokuskan penciptaan lapangan kerja bagi para pengangguran di Prancis. Tidak hanya itu, Hollande juga menyatakan, jika gagal memenuhi janji dirinya tidak akan lagi mencalonkan diri pada pemilihan umum presiden 2014.
Meski masih memiliki waktu, setidaknya selama satu tahun lagi, tingkat pengangguran di Prancis memang cukup terasa tinggi, khususnya di Paris, sebagai pusat pemerintahan. Kota berpenduduk 2,2 juta jiwa itu pun merupakan salah satu pusat penyelenggaraan Piala Eropa 2016.
Para gelandangan dan tuna wisma amat mudah ditemui, baik di pinggir jalan, pintu masuk jalur kereta bawah tanah, hingga di taman-taman kota. Ada yang terangan-terangan mengemis, ada pula yang hanya duduk sembari menaruh kertas bertuliskan meminta sedekah.
Jika sudah larut malam, para gelandangan tersebut berpusat di satu tempat untuk tidur bersama keluarga, atau rekan-rekannya di pinggir jalan. Mereka biasanya baru bangun pada pagi buta untuk kembali "bekerja", sebelum masyarakat sekitar menjalankan aktivitasnya.