Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Paris, Prancis Jika ditanya kawasan mana yang paling cantik di Paris, Prancis, tanpa ragu saya akan menyebut Montmartre. Bukan karena hanya ada Bassilique du Sacre-Coeur yang megah, melainkan jalan-jalan sunyi di Montmartre yang bisa membuat hati para pejalan terasa damai dan tentram.
Advertisement
Baca Juga
Jalan bekelok dan menanjak, lalu bukit-bukit pinus yang masih terawat membuat pemandangan di tempat tersebut kian istimewa. Hamparan keindahan kota Paris yang terlihat dari ketinggian pun membuat Montmartre begitu elegan menampilkan aura yang memesona.
Untuk menuju Montmartre, perjalanan dimulai di stasiun Metro Abbesses, yang masih memiliki desain unik karya seniman Hector Guimard. Dekornya stasion menyerupai "labirin" rumah keong yang seolah-olah menjembatani "dunia bawah tanah" dengan kehidupan nyata di jalan raya.
Begitu menginjakkan kaki, aroma segar tanah yang baru tersiram air hujan menerpa hidung. Perlahan saya memutar dan mendaki anak tangga yang merupakan "jalan setapak" di bukit pinus. Tak berselang lama, ketinggian wajah Kota Montmartre pun terhampar di hadapan
Jika menyusuri Place du Tertre, berbagai galeri, restoran, wisatawan, hingga seniman terlihat berbaur menjadi satu. Sebagian karya seniman Montmartre tersebut dijejerkan di tepi-tepi jalan. Ada berupa lukisan yang orisinal, namun banyak juga yang sudah berupa cetakan.
Di beberapa sudut jalan terlihat beberapa seniman mengikuti kerumunan turis yang datang, lalu menawarkan jasanya membuat sketsa wajah. Ada pula para turis wanita maupun pria sedang duduk di bangku kecil karena wajahnya sedang dilukis oleh para seniman tersebut.
Bergegas saya turuni jalanan yang menikung tajam menuju rue Azais. Basilique du Sacre-Coeur kini berada di hadapan mata. Bangunan bergaya neo-Byzantine ini dibangun pada 1876 dan tercatat sebagai salah satu bangunan tertinggi di kota Paris, mengalahkan Eiffel.
Pada awalnya masyarakat Prancis kurang mengapresiasi bangunan ini dan menyebutnya sebagai Notre-Dame-de-la-Galette, sebuah ungkapan sinis yang membandingkan sesuatu yang tak berarti dengan keanggungan Katedral Notre Dame.
Namun, seperti juga Eiffel yang pada awalnya dicemooh, Sacre-Coeur perlahan mendapat tempat di hati masyarakat Prancis. Kini, bangunan itu pun menjadi salah satu landmark Paris, yang besok bakal dijadikan pusat laga final Piala Eropa antara Prancis melawan Portugal.