Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Paris, Prancis ...Nyatanya, praktik prostitusi di Prancis punya banyak cara. Meski sudah menjadi kegiatan ilegal, model-model wanita seperti Jashima mudah ditemui di jalan umum dan hotel dari bintang satu hingga lima. Sasaran mereka pun beragam, mulai dari wisatawan, pebisnis, hingga para pesepak bola.
"SUAMI saya menganggur, jadi saya yang harus memenuhi kebutuhan keluarga," Jashima kembali melanjutkan perbincangan. Bahkan, ia mengaku, sang suami pun mengetahui pekerjaannya sebagai pelaku bisnis prostitusi di Paris. "Saya datang ke sini diantar dia," katanya.
Advertisement
Baca Juga
Pengangguran memang persoalan ruwet lain di Prancis. Teranyar, lihat aksi unjuk rasa warga setempat menentang reformasi perburuhan, di Paris, 31 Maret lalu. Pangka masalah terletak dalam salah satu pasal yang mempermudah pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan oleh perusahaan.
Pada akhir 2015, tingkat pengangguran di Prancis juga tercatat mencapai level 10,4 persen. Jika diamati sepintas, persoalan pengganguran pun sangat terasa, khususnya di beberapa wilayah Paris. Di sudut cafe Rue Saint-Denis, misalnya, yang dipenuhi para tunawisma.
Aksi pencopetan juga secara terang-terangan dilakukan. Saya pun sempat menyaksikan aksi para copet ketika sedang mengunjungi salah satu objek wisata di Paris. Penduduk setempat sudah tidak heran. Mereka hanya meminta korban pencopetan untuk lebih berhati-hati.
Berbagai contoh kesulitan ekonomi itulah yang kiranya menjadi faktor utama Jashima bekerja. Jashima hanya satu di antara puluhan ribu wanita penjaja jasa seksual yang tersebar di Prancis. Toh, merunut sejarah, pelacuran sudah terjadi sejak ratusan tahun silam di negara tersebut.
Imigran
Imigran dan persoalan prostitusi memang menjadi salah satu masalah utama di Prancis. Di tengah arus imigrasi yang kian tak terkendali, jutaan para pendatang, terutama dari Afrika Utara dan Timur Tengah, tentunya akan berjuang mencari cara bertahan hidup setiap hari.
Belum lagi jika para imigran membawa keluarga. Berbagai cara dijadikan opsi, karena pekerjaan utama biasanya menjadi porsi warga asli. Maklum saja, tidak semua anak-anak para pendatang dapat menjadi seperti Zinedine Zidane: bisa bermain bola, kaya, dan keluar dari ghetto.
Jashima adalah salah satu contoh imigran yang kesulitan merasakan janji Egalite (Keadilan) dan Fraternite (Persaudaraan). Berbagai masalah inilah yang pada akhirnya membuat Prancis hingga saat ini belum dapat keluar dari krisis pasca kolonial, salah satunya masalah prostitusi.
Masalah yang juga telah menjadi "aktivitas" rutin dalam sejarah peradaban manusia. Mulai dari persembahan para raja yang berkuasa, cara menyambung hidup, bahkan hingga menjadi tuntutan di saat penyelenggaraan event besar, termasuk dalam dunia olahraga, khususnya sepak bola.
Kata terakhir pun sempat telontar dari mulut Jashima di pengujung pembicaraan. Saat disinggung soal pesepak bola, dengan lugas ia mengatakan, "Ya, mereka juga..."
Bersambung...