Bola.com - Frank de Boer mengalami nasib sial ketika menjalani pengalaman perdana menangani klub di luar Belanda. Pelatih asal Belanda tersebut hanya bertahan selama 84 hari di Inter Milan dan harus angkat kaki dari Italia usai mencatat hasil buruk.
Advertisement
Baca Juga
Kehadiran De Boer sebagai pengganti Roberto Mancini menghadirkan optimisme tinggi di benak pendukung setia Inter Milan. Dia sempat membawa Inter mengalahkan Juventus, namun inkonsistensi yang ditunjukkan skuat La Beneamata membuat manajemen mengakhiri kerjasamanya dengan De Boer. Selama menangani Inter, pelatih asal Belanda tersebut mencatat tujuh kekalahan dari 14 laga kompetitif.
Berbagai kritikan mengarah kepada Inter yang dianggap tidak memberikan kesempatan kepada De Boer untuk membangun tim sesuai keinginannya. Sejak awal menerima pekerjaan di Nerazzurri, De Boer menyadari tekanan yang akan ia terima dari manajemen. Namun sikap kurang kooperatif yang ditunjukkan manajemen tidak membuat kondisi menjadi lebih baik.
Indikasi terjadinya krisis di manajemen Inter terlihat dari mundurnya Chief Executive Officer (CEO), Michael Bolingbroke, seusai pemecatan De Boer. Bolingbroke disebut sebagai satu di antara direktur klub yang tidak setuju dengan pemecatan mantan pelatih Ajax Amsterdam tersebut.
Saudara kembar De Boer, Ronald, menilai sepak bola Italia bukanlah tempat yang akrab bagi para pelatih muda yang memiliki potensial.
"Klub-klub Italia tidak mempunyai kesabaran terhadap pelatih-pelatih mereka. Mereka hanya menuntut hasil namun sangat minim dalam memberikan kontribusi. Lihatlah yang terjadi dengan Luis Enrique ketika ia menangani AS Roma," ucap Ronald.
Kejadian yang menimpa Enrique dan De Boer, menguak fakta kalau para pelatih di Italia dituntut untuk memberikan hasil instan dalam waktu yang terbatas.
Berikut dua pelatih berbakat yang terusir dari Italia:
2
Luis Enrique
Luis Enrique mengawali kariernya sebagai pelatih dengan menangani Barcelona B pada 2008. Ia melanjutkan tugas Pep Guardiola yang diangkat menjadi pelatih tim utama. Enrique menunjukkan bakatnya dengan membawa Barcelona B promosi ke Segunda Division dua musim keduanya menangani klub tersebut.
Tidak berhenti di sana, Enrique pun sanggup membawa tim tersebut mengikuti babak play off promosi ke Primera Division meskipun tidak akan mendapat tiket promosi. Kecemerlangan yang ditunjukkan Enrique menarik minat dari AS Roma. Pada tahun 2011, Roma resmi mengangat Enrique sebagai allenatore mereka.
Tahun perdana Enrique di Italia tidak berjalan mulus. Ia hanya sanggup membawa Il Lupi finis di posisi kedelapan sehingga gagal tampil di kompetisi Eropa pada musim berikutnya. Tekanan yang meninggi dari manajemen dan suporter memaksa Enrique meletakkan jabatannya dan kembali ke Spanyol.
Setelah absen semusim dari dunia kepelatihan, Enrique kembali dan menangani Celta Vigo. Ia menghabiskan satu musim di klub tersebut sebelum akhirnya ditunjuk sebagai pelatih Barcelona pada 2014. Dua musim menangani Barcelona, pelatih berusia 46 tahun tersebut sudah mempersembahkan dua gelar La Liga dan satu trofi Liga Champions Eropa.
3
Diego Simeone
Diego Simeone memulai karier manajerial pada tahun 2006 dengan menangani klub Argentina, Racing Club. Simeone menangani tiga klub Argentina lainnya, yaitu Estudiantes, River Plate dan San Lorenzo sebelum hijrah ke Italia pada 2011 untuk menangani Catania.
Tugas utama Simeone kala itu adalah menghindarkan Catania dari jeratan degradasi. Simeone sukses mencapai target tersebut namun gagal mengamankan kontrak jangka panjang dengan Catania. Alhasil, ia kembali ke Argentina dan menangani Racing untuk kali kedua.
Pada Desember 2011, Simeone menerima pinangan Atletico Madrid. Pria berjuluk El Cholo tersebut diberi kesempatan untuk membangun Los Rojiblancos agar bisa bersaing di papan atas klasemen La Liga.
Kesabaran manajemen Atleti terhadap tindak tanduk Simeone membuahkan hasil. Pada musim perdananya, Simeone mempersembahkan gelar Liga Europa diikuti Piala Super Eropa. Puncak kesuksesan Simeone terjadi pada musim 2013-14 ketika membawa Los Rojiblancos menjadi finalis Liga Champions dan menjuarai La Liga dengan mematahkan dominasi Barcelona dan Real Madrid.
Sumber: Berbagai Sumber