Sukses


Jalan Panjang Menuju Grande Inter Fase III

Pada ulang tahun ke-109, Inter Milan terus merajut impian untuk bisa kembali meraih gelar Grand Inter untuk kali ketiga.

"This wonderful night bestows us with the colours of our crest: black and azure against a gilded backdrop of stars. It shall be called International, because we are brothers of the world." — 9 Maret 1908, Milan

Bola.com - Sebuah impian dirajut pada 9 Maret 1908 oleh sekolompok orang Italia dan Swiss yang merasa kalau klub Milan Cricket and Football Club (sekarang AC Milan) terlalu didominasi para pemain Italia. Mereka berusaha mewujudkan sebuah klub yang bisa menjadi wadah bagi para pemain sepak bola dari seluruh dunia untuk mewujudkan impian mereka dan mengedepankan persatuan tanpa harus memandang suku, ras, budaya dan keyakinan.

Seorang seniman Italia bernama Giorgio Muggiani memiliki impian melihat dunia yang lebih nyaman tanpa peperangan dan menjunjung tinggi perdamaian. Muggiani yang merupakan bagian dari manajemen Milan Cricket and Football Club, kemudian mengajak koleganya yang berasal dari Italia dan Swiss untuk berpisah dari Milan CFC untuk membentuk klub baru.

Nama Football Club Internazionale kemudian dipilih sebagai identitas klub yang mau memberikan tempat bagi para pemain di seluruh dunia untuk menunjukkan kualitas mereka di pentas sepak bola Italia. Klub ini pun resmi didirikan pada 9 Maret 1908.

Dua tahun setelah berdiri (1910), Inter Milan meraih Scudetto untuk kali pertama sepanjang sejarah klub. Mereka bisa membuktikan walaupun diperkuat pemain yang berasal dari negara berbeda, mereka bisa menyingkirkan segala perbedaan dan meraih prestasi yang sensasional.

Pada tahun 1928 ketika Italia memasuki era fasisme, Internazionale dipaksa untuk mengubah nama mereka. Internazionale harus bergabung dengan klub Unione Sportiva Milanese dan berganti nama menjadi Societa Sportiva Ambrosiana. Setahun berselang, presiden klub kala itu, Oreste Simonotti, kembali mengubah nama klub menjadi AS Ambrosiana.

Walaupun berganti nama, jiwa intenasionalisme para suporter sangat kental. Mereka tetap memanggil klub tersebut dengan 'Inter'. Pada masa kepimpinan Ferdinando Pozzani, Inter kembali mengalami perubahan nama. Pozzani meresmikan nama baru klub sebagai AS Ambrosiana-Inter untuk memfasilitasi keinginan suporter.

Berakhirnya era fasisme setelah Perang Dunia II (1945) membuat klub kembali bisa menggunakan nama asli mereka, Internazionale. Hal tersebut sekaligus menjadi awal periode klub tersebut untuk berbicara banyak di level regional dan global.

Pada tahun 1955, seorang pengusaha di bidang perminyakan, Angelo Moratti, mengambil alih Inter Milan. Ia pun tercatat sebagai presiden klub yang membuat Inter Milan mendapat sebutan Grande Inter pada periode 1960-an.

 

 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Grande Inter Fase I

Lima tahun sejak mengambil Inter Milan, Angelo Moratti mempunyai impian untuk membuat nama klub tersebut harum di pentas internasional. Ia pun mendatangkan Helenio Herrera, pelatih asal Argentina yang mempunyai prestasi bagus bersama Barcelona.

Pada masa ini, Inter Milan menjelma menjadi satu di antara klub elite di Eropa. Prestasi klub beranjak meningkat pada setiap musimnya. Puncak kejayaan Inter Milan terjadi pada tahun 1964, ketika klub tersebut menyamai prestasi AC Milan dengan menjadi juara Piala Eropa (sekarang Liga Champions).

Tidak berhenti sampai di situ, Herrera kembali membawa Inter Milan menjadi juara Piala Eropa pada tahun berikutnya, menjadikan Inter Milan sebagai klub Italia pertama yang mampu menjuarai ajang tersebut dua kali berturut-turut.

Inter Milan juga mampu menguasai kompetisi domestik dengan merebut Scudetto tiga musim berturut-turut. Prestasi yang mereka raih membuat Inter Milan mendapat sebutan Grande Inter.

Setelah Angelo Moratti meletakkan jabatannya pada tahun 1968, prestasi klub mulai mengendur. Inter Milan baru bisa meraih Scudetto kembali pada 1971. Periode merupakan akhir dari sebutan Grande Inter.

3 dari 4 halaman

Grande Inter Fase II

Pada tahun 1995, Massimo Moratti yang merupakan anak dari Angelo Morati memiliki hasrat dan cinta yang sama dengan Inter Milan. Ia mengambil alih kursi presiden dari Ernesto Pellegrini dan memiliki target untuk melewati prestasi sang Ayah.

Moratti memimpin Inter Milan dengan cinta yang sangat tinggi, ia rela menyerahkan apa pun untuk melihat Inter Milan meraih prestasi. Namun Moratti hanya bisa menahan rasa kecewa ketika Inter Milan tidak kunjung meraih prestasi.

Triliunan uang yang sudah keluarkan untuk mendatangkan pemain bintang tidak kunjung membuahkan hasil. Ia pun menyerahkan kursi presiden klub kepada salah seorang legenda Inter, Giacinto Facchetti, pada 2004.

Pada musim 2005-06, skandal yang menimpa Juventus mendatangkan angin segar untuk Inter Milan. Mereka dinobatkan sebagai peraih Scudetto setelah pemimpin mereka terbukti melakukan pengaturan skor dan terlibat dalam perjudian.

Musim ini, sekaligus menjadi penanda bagi Inter Milan untuk kembali menyemat gelar Grande Inter. Di bawah tangan dingin Roberto Mancini, Inter Milan menjadi klub Italia yang paling konsisten dan mendominasi kompetisi Serie A.

Pada 2006, sakit yang menimpa Giacinto Facchetti memaksa Moratti turun gunung untuk kembali menjabat posisi presiden klub. Hasrat Moratti tidak pernah hilang, impian untuk menyamai prestasi sang ayah kembali terbuka.

Moratti mengerahkan seluruh waktunya untuk Inter Milan agar klub tersebut bisa merajai kompetisi Eropa. Penunjukkan Jose Mourinho sebagai pengganti Mancini pada tahun 2008 menjadi awal langkah Inter Milan untuk meraih gelar di kompetisi yang paling bergengsi di antara klub-klub Eropa, yaitu Liga Champions.

Pada musim 2009-10, impian Moratti untuk melihat Inter Milan merajai Eropa tercapai. Mourinho berhasil meracik skuat yang komplet dan kolektif dengan kehadiran Samuel Eto'o dan Wesley Sneijder.

Tidak hanya Liga Champions, Inter Milan juga menyabet gelar Serie A dan Coppa Italia pada musim yang sama. Hal tersebut menjadikan Inter Milan sebagai klub Italia pertama yang berhasil meraih treble winners.

Ketika kesuksesan sudah diraih, angin kencang pun kembali berhembus. Moratti yang sudah menggapai impian untuk menyamai prestasi sang ayah tidak lagi tampak antusias untuk memimpin Inter Milan.

Hengkangnya Jose Mourinho ke Real Madrid menjadi awal penurunan Inter Milan. Musim 2009-10 akhirnya berujung ironis, karena itu menjadi kali terakhir Inter Milan menjadi juara di liga domestik.

4 dari 4 halaman

Arah Baru Inter Milan

Tiga tahun setelah mengantarkan Inter Milan meraih treble winners, Massimo Moratti meletakkan jabatan sebagai presiden klub setelah ia melepas saham mayoritas klub ke konsorsium asal Indonesia, International Sports Capital yang dipimpin Erick Thohir, Handy Soetedjo dan Roeslan Roeslani.

Erick Thohir yang merupakan pebisnis di bidang media memang menunjukkan minat yang tinggi kepada olahraga. Selain Inter Milan, putra dari Teddy Thohir (co-owner Astra International) tersebut, juga memiliki saham di Philadelphia 76ers (klub basket NBA) dan DC United (klub MLS).

Erick Thohir mengambil alih kursi presiden Inter Milan pada 2013 dan menyatakan siap membangun klub tersebut agar kembali ke jalur juara dan mendapatkan reputasi di dunia global.

Hanya tiga tahun sejak memiliki saham mayoritas Inter Milan, Thohir membuat manuver mengejutkan. Ia melepas saham mayoritas tersebut ke Investor China, Suning Group.

Akuisisi tersebut sekaligus menjadi akhir dari koneksi Moratti dengan Inter Milan setelah ia memutuskan untuk melepas seluruh saham yang ia miliki.

Di tangan Suning Group dan Erick Thohir, Inter Milan mulai merancang jalan untuk kembali menuai prestasi. Inter Milan menghilangkan reputasi sebagai klub yang membeli pemain jadi dan berusaha menikmati proses untuk memoles pemain muda agar menjadi pemain bintang.

Saat ini, Inter Milan tengah merayakan hari lahir klub yang ke-109, perlahan tapi pasti dengan perencaan yang tepat dan matang, Inter Milan berusaha keras untuk mengejar impian klub. Berbekal pemain seperti Mauro Icardi dan Roberto Gagliardini, Inter Milan kembali menanam impian untuk menapaki jalur harapan agar menjadi klub yang terpandang di pentas Eropa dan dunia.

Buon Compleanno Inter, Che il Dio benedica sempre voi!

Pazza Inter Amala!

Selanjutnya: Grande Inter Fase I
Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer