Bola.com, Turin - Tak ada senyum, juga tiada kegembiraan. Satu yang terlihat, wajah ingin menuntaskan musim secepat mungkin di rumah sendiri. Itulah yang menonjol usai Juventus kalah dari AS Roma, akhir pekan lalu.
Sinyal paling kentara berasal dari wajah Andrea Barzagli dan Claudio Marchisio. Bagaimana tidak, kans untuk 'istirahat' sejenak tiba-tiba saja menguap setelah kekalahan mengejutkan dari AS Roma. "Kami sudah berusaha, tapi tak masalah, karena akan tuntas di rumah sendiri," tegas Marchisio, usai pertandingan di Olimpico tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Janji yang menjadi kenyataan. Juventini seluruh dunia bergembira ria. Kali ini mereka jauh lebih siap, dan perayaan sangat meriah. Latarnya tak lain optimisme kemenangan karena 'hanya' bersua Crotone, tim yang berada di zona degradasi.
Sebelum pertandingan, bek Leonardo Bonucci sudah memberi tanda kalau mereka bakal bermain lebih dari 100 persen agar tugas cepat selesai. "Tak ada lagi kesalahan, dan kami tak akan menengok hasil tim lain karena Juventus tak bergantung dengan apa di luar sana," sebut Bonucci, merujuk pada AS Roma.
Bonucci seolah ingin menenangkan hati Juventini seantero dunia, tak hanya sekadar Italia semata. Maklum, sebelum partai kontra Crotone, AS Roma sudah mendekati terlebih dulu. Setelah menekuk Chievo Verona, AS Roma menekan Juventus di klasemen sementara.
Usai laga tersebut, AS Roma hanya berselisih satu poin dari Juventus. Artinya, andai Juventus menuai satu angka atau kalah dari Crotone, persaingan akan berakhir pada pekan terakhir. Imbasnya, bisa saja moralitas armada Juventus akan terkikis, dan arah angin berbalik menuju I Lupi.
Namun seperti ucapan Bonucci, pasukan Juventus tak ingin memperlambat lagi pesta juara mendapat scudetti untuk keenam kali secara beruntun. Lepas peluit kick-off babak pertama, Juventus langsung menggempur. Tak terlalu sulit, karena pada akhirnya Juventus sudah unggul 2-0 pada babak pertama, dan menyelesakan pertandingan dengan kemenangan 3-0.
Gol-gol dari Mario Mandzukic pada menit ke-12, Paulo Dybala (39') dan Alex Sandro (83') membuat pengejaran AS Roma menjadi sia-sia. Armada Serigala Ibukota tersebut tak sanggup lagi menggapai takhta Juventus.
Kini, Juventus mengoleksi enam trofi juara Liga Italia Serie A secara beruntun. Catatan tersebut terasa istimewa, karena diraih dengan penggantian pelatih di tengah jalan. Yup, Antonio Conte yang membuka scudetto pada 2011-2012, memberi tongkat estafet sempurna bagi Massimiliano Allegri.
Ragam catatan mengiringi keberhasilan Juventus meraih scudetti ke-33, atau scudetto ke-35 versi Juventini. Satu di antaranya adalah kemunculan enam pendekat luar biasa Juventus. Mereka adalah enam penggawa yang setia bersama Juventus, dan sudah merasakan enam scudetti, ditambah beberapa yang lain, dalam nuansa kebersamaan.
Enam orang yang mendapat sanjungan khusus adalah Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, Claudio Marchisio, Giorgio Chiellini, Stephan Lichtsteiner dan Leonardo Bonucci. Mereka adalah bagian tersisa dari para starter yang melakoni laga perdana Liga Italia Serie A 2011-2012 kontra Parma.
Enam pemain tersebut menjadi gambaran kekuatan wajah Juventus selama enam musim beruntun. Sebelum menuai manis, keenam penggawa tersebut sempat merasakan hasil akhir di posisi ketujuh klasemen musim sebelumnya, yang berimbang kegagalan ke zona Eropa.
Kala itu, aib mengarungi perjalanan Juventus karena gagal lolos ke Eropa. Kiper Gianluigi Buffon sampai memberi 'wejangan' terhadap seluruh juniornya. "Kita akan bangkit, dan percayalah kepada Conte karena dia tahu apa yang harus dikerjakan," sebut Gigi Buffon, kala itu.
Sebuah komentar panas, menampar sekaligus membawa energi baru bagi Juventus yang sedang terpuruk. Pelan namun pasti, Antonio Conte berhasil membungkam keraguan publik, sekaligus memberi pondasi kuat bagi permainan Juventus.
Enam pemain tersebut; Buffon, Andrea Barzagli, Claudio Marchisio, Giorgio Chiellini, Stephan Lichtsteiner dan Leonardo Bonucci, menjadi bagian tak terpisahkan dari skema variatif Antonio Conte maupun Massimiliano Allegri.
Mereka pernah tersisih, tapi bukan berarti karena penurunan kualitas. Faktor pengalaman dan imajinasi menjadi pelajaran berharga dari keenam pendekar tersebut. Selain itu, keberadaan enam tersebut menjadi gambaran filosofis tentang permainan Juventus yang sebenarnya, yakni sistem pertahanan yang mematikan.
Allegri, setahun lalu mengatakan, enam pemain tersebut menjadi palang tangguh yang membuat barisan aggresor lawan frustasi atau melemah. Sebaliknya, penampilan kokoh bak batu karang dari enam pemain tersebut, selalu memberi ruang untuk melakukan serangan balik.
Konsep permainan seperti itu pula yang beberapa kali terbukti berjalan bagus sepanjang musim ini. Contoh nyata adalah saat Juventus menyingkirkan Barcelona dan AS Monaco dari Liga Champions.
Kini, enam penggawa Juventus tersebut sudah memberi gelar bergengsi, yakni scudetto ke-6 secara beruntun. Mereka juga menjadi saksi kejayaan Juventus di level Piala Super Italia dan Coppa Italia.
Sumber: Juventus.com