Bola.com — Paris Saint-Germain (PSG) menggemparkan dunia sepak bola. Klub yang dulunya dipandang "sebelah mata", kini berupaya menancapkan taring di level tertinggi sepak bola. Perekrutan Neymar menjadi alasan utamanya.
Advertisement
Baca Juga
Sebelum era milenium, prestasi merupakan salah satu faktor utama minimnya atensi publik sepak bola terhadap PSG. Padahal, sebelumnya, PSG sempat merekrut bintang-bintang dunia, misalnya pemain legendaris tim nasional Liberia, George Weah, hingga eks bintang timnas Brasil, Ronaldinho.
Nama PSG mulai mencuat ke papan atas persepakbolaan setelah Qatar Sports Investments (QSI) mengakuisisi klub tersebut pada 2011. Kucuran dana tak terbatas dari sang pemilik membuat klub mendaratkan sejumlah pemain berlabel bintang.
Menurut data Transfermarkt, QSI telah menggelontorkan pundi-pundi uangnya sebanyak 938 juta euro (Rp 14,70 triliun) sejak periode transfer 2011 hingga saat ini.
Investor asal Timur Tengah itu rela merogoh koceknya sangat dalam karena memiliki ambisi dan tujuan utama, yakni menjadikan PSG sebagai kekuatan baru di era sepak bola modern.
Upaya tersebut membuahkan hasil, setidaknya di level domestik. Semenjak QSI mengambil alih saham utama, PSG tercatat mampu menjuarai Ligue 1 sebanyak empat kali. Apakah PSG berpuas diri?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Polemik Neymar
Kenyataannya tidak. Mampu menjadi klub papan atas di Prancis, PSG mengalihkan fokus ke level Eropa. Liga Champions jadi bidikan. Namun, meski memiliki skuat bertabur bintang, PSG masih kesulitan bersaing klub-klub papan atas lainnya, seperti Real Madrid, Barcelona, hingga Bayern Munchen.
Sepanjang keikutsertaan di ajang Liga Champions, prestasi terbaik PSG hanya menembus babak delapan besar. Fenomena yang dialami PSG sempat menjadi sorotan salah satu media asal Inggris, The Guardian. PSG dianggap kesulitan merajai pentas Eropa karena para pemainnya tidak memiliki mentalitas juara.
Manajemen PSG disinyalir telah menyadari kekurangan tersebut. Mereka mengambil langkah cepat dengan membajak pemain sekaliber Neymar dari Barcelona. Dana 222 juta euro (Rp 3,5 triliun) pun rela dikucurkan untuk membawa sang pemain.
Awalnya, PSG dianggap berpotensi melanggar peraturan Financial Fair Play jika merekrut Neymar. Namun, PSG cukup cerdik mencari celah peraturan tersebut. Menurut media-media Spanyol, PSG menggunakan pihak ketiga untuk menebus klausul pelepasan Neymar.
Pihak ketiga itu adalah perwakilan Neymar. Dengan demikian, Neymar menggunakan dana yang diberikan PSG untuk menebus klausul pelepasannya sendiri. Setelah itu, PSG kemudian memboyong eks pemain Santos itu, yang sejatinya telah berstatus sebagai "pemain bebas transfer".
Akan tetapi, langkah yang diambil PSG memantik polemik. Banyak pihak kontradiktif terhadap kebijakan Les Parisiens karena dianggap membuat persaingan dunia sepak bola menjadi tidak sehat.
Arsene Wenger merupakan salah satu tokoh penting yang mengernyitkan dahi terhadap saga transfer Neymar. Manajer Arsenal itu menganggap PSG telah membuat industri sepak bola semakin tidak rasional.
"Sekarang, nominal transfer lebih kepada gairah, kebanggaan, minat masyarakat, dan Anda tidak bisa merasionalisasikan hal itu lagi (dalam dunia sepak bola). Untuk pertama kalinya, kami melewati angka 100 juta euro pada 2014 (untuk merekrut pemain) dan satu tahun kemudian, kami menembus angka 200 juta euro," kata Wenger.
Menurut Wenger, "Ketika Anda berpikir, Trevor Francis adalah pemain pertama yang bernilai 1 juta euro (dalam sepak bola Inggris pada 1979) itu tidak masuk akal, Anda akan menyadari seberapa jauh kita sekarang dan seberapa besar sepak bola telah berubah. Hal ini, menurut saya, di luar perhitungan dan akal sehat."
Advertisement
Pasar Transfer
Jika menilik rekor transfer pemain sepanjang abad ke-21, pernyataan Arsene Wenger patut diamini. Sebelum Neymar, dunia sepak bola juga sempat dibuat gempar dengan nilai transfer-transfer para bintang, seperti Luis Figo, Zinedine Zidane, Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, hingga Paul Pogba.
Akan tetapi, persentase kenaikan nilai transfer kelima sosok itu tidaklah sebesar Neymar. Menurut data Transfermarkt, eskalasi peningkatan tertinggi hanya mencapai 28 persen. Cristiano Ronaldo adalah pemain yang mengklaim angka tersebut ketika diboyong Real Madrid pada 2009.
Akan tetapi, angka yang ditorehkan Cristiano Ronaldo hanya bertahan selama delapan tahun. Neymar mengukir persentase kenaikan nilai transfer yang jauh lebih tinggi dari CR7, yakni sebesar 111 persen!
Kenaikan itulah yang membuat proses transfer Neymar di luar batas toleran. Namun, Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi, menyikapi santai langkah kontroversial yang ditempuh klubnya. Dia yakin gelontoran dana yang telah dikeluarkan bakal menjadi surplus bagi Les Parisiens.
"Saat ini Neymar adalah pemain termahal sepanjang sejarah. Namun, dalam dua atau tiga tahun rekor itu mungkin akan runtuh. Saya yakin kami akan mendapat lebih banyak uang dari yang telah dibayarkan," ujar Nasser Al-Khelaifi
Meski menerima berbagai kritikan, kehadiran Neymar tentu akan membuat PSG mendapat banyak keuntungan. Bahkan bukan hanya dari hak komersil pemain, melainkan sisi politis di luar dunia sepak bola. Toh, Qatar saat ini sedang dilanda krisis politik di kawasan Timur Tengah.
Pada akhirnya, anggapan transfer Neymar tidak rasional adalah sebuah konsekuensi bagi seluruh pemangku kepentingan sepak bola dunia. Toh, banyak bukti, sepak bola tidak hanya bersinggungan dengan dunia olahraga semata. Kalau sudah begini, wajarlah jika sepak bola bisa membuat orang "gila".
Sumber: Berbagai sumber