Sukses


Ayah Higuain Salahkan Presiden Real Madrid soal Transfer

Jakarta Duel Juventus Vs Real Madrid pada leg pertama perempat final Liga Champions di Allianz Stadium, Rabu (4/4/2018) ternyata mengungkit kembali cerita lama soal Gonzalo Higuain. Ayah Higuain, Jorge Higuain masih geram dengan Real Madrid yang menjual anaknya ke Napoli.

Dia tak ragu untuk menyalahkan Presiden Real Madrid, Florentino Perez atas kepergian anaknya ke Napoli. Padahal, Higuain saat itu masih ingin bertahan.

Real Madrid klub Eropa pertama yang dibela Higuain pada 2007. Dia sukses merebut tiga gelar La Liga bersama Los Blancos. Dia mencetak 107 dari 190 kali penampilan.

Meski begitu, Real Madrid tetap menjualnya pada 2013 ke Napoli. Bersama klub asal kota Naples itu, Higuain tetap tajam dengan mencetak 36 gol dari 35 pertandingan.

Ketajaman inilah yang membuat dia diboyong Juventus. Higuain pecahkan rekor transfer di Juventus usai dibeli seharga 90 juta euro.

 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Masih Sakit Hati

Kembali bertemunya Juventus dengan Real Madrid membuat ayah Higuain kembali terkenang penjualan anaknya itu. Kemenangan Juventus bakal membuat Jorge senang.

"Saya masih sakit hati dengan cara dia tinggalkan Real Madrid. Ini semua gara-gara presiden klub. Mungkin dia (Perez) tidak menyukainya," kata Jorge seperti dikutip Marca.

"Saya pikir Higuain bisa berbuat lebih dengan Benzema dan Ronaldo. Saat mereka menjadi trio, mereka pencetak gol yang hebat. Higuain harusnya bertahan lebih lama," ucapnya, menambahkan.

3 dari 3 halaman

Rasa Iri

Di luar masalah dengan Real Madrid, Higuain kerap dijadikan kambing hitam atas kegagalan tim yang dibelanya. Itu juga terjadi saat dia membela Argentina.

Jorge menyebut itu datang dari rasa iri beberapa wartawan saja.

"Saat kritik bersifat membangun, Anda bisa mendapatkan sesuatu yang positif. Pemain pasti tahu saat bermain buruk, mereka tak perlu diberi tahu," ujarnya.

"Wartawan terkadang punya otoritas untuk memboyong sekaligus memecat pemain dan pelatih. Mereka tak pernah tendang bola dan itu mengganggu mereka," katanya, menambahkan.

Sumber: Liputan6.com

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer