Sukses


Laporan dari Jerman: Bundesliga dan Cara Memanusiakan Sepak Bola

 

Laporan Jurnalis Bola.com, Aditya Wicaksono, dari Dusseldorf, Jerman. JIKA bertanya tentang liga mana yang terbaik di dunia, sebagian besar penikmat sepak bola di Indonesia kiranya akan menjawab Premier League. Namun, jika menilik lebih dalam mengenai struktur dan operasional, Bundesliga jelas tidak kalah dari Premier League.

Pamor Bundesliga di Indonesia mungkin tidak setara dengan Premier League atau La Liga. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya stasiun televisi nasional yang menayangkan Bundesliga.

Tetapi, jika berbicara struktur dan operasional, Bundesliga mungkin menjadi liga yang terdepan. Sejak 2002, Bundesliga berusaha keras untuk mengubah citra liga mereka.

Menyadari kalau pembinaan usia muda sangat penting, Bundesliga pun membangun struktur dan operasional yang dianggap mampu mengantarkan sepak bola di negara tersebut menjadi yang terdepan. Saat itu, Jerman juga tengah bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006.

Ide yang sejalan dengan Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB), membuat proses perubahan berjalan lancar walaupun tidak membutuhkan waktu yang sebentar. Hasil paling nyata adalah ketika Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014.

Menjadi juara dunia tidak lantas membuat DFB dan DFL (Bundesliga) menghentikan programnya. Mereka semakin terpacu untuk membuat inovasi. Sejak inisiasi baru Bundesliga dimulai pada 2002, DFL telah mengeluarkan nilai investasi sebesar 1,39 miliar euro.

Sebagai gambaran, DFB dan DFL adalah dua organisasi yang berbeda. Namun, mereka masih dalam satu badan sepak bola Jerman.

DFB mengurusi tim nasional, piala domestik (DFB Pokal), sepak bola amatir, manajemen wasit dan sepak bola wanita, sedangkan DFL merupakan lembaga profesional yang mengatur operasional dan dari dua kasta teratas kompetisi sepak bola di Jerman (Bundesliga dan Bundesliga 2).

DFL sangat memerhatikan penggunaan teknologi dalam sepak bola. Mereka sudah menerapkan teknologi garis gawang dan aplikasi Video Assistant Referee (VAR) dalam pertandingan yang dilangsungkan.

Selain itu, pengerjaan untuk menayangkan pertandingan pun benar-benar diperhatikan. Saat ini, Bundesliga dapat dinikmati dengan televisi yang memiliki teknologi Ultra HD.

Namun, apakah semua hal tersebut disertai dengan nilai jual yang tinggi untuk keperluan penyiaran? Jawabannya adalah tidak. Bundesliga sangat menjunjung tinggi prinsip kalau 'Sepak bola tidak ada apa-apanya tanpa suporter'.

Sebagai bukti, harga tiket pertandingan Bundesliga adalah yang termurah di antara liga lainnya. Harga rata-rata tiket Bundesliga adala 26 euro. Harga tersebut masih jauh di bawah harga tiket rata-rata di Serie A Italia (58 euro), La Liga (58 euro) dan Premier League (62 euro),

Karena itu, mereka lebih memilih menjalin hubungan jangka panjang tanpa harus meraup keuntungan yang berlebih. Buat DFL, sustainability adalah target mutlak yang harus didapatkan sebagai bagian untuk melestarikan sepak bola Jerman dan memberikan hiburan yang layak bagi penikmat sepak bola secara global.

Karena itu, DFL Bundesliga memiliki tagline yang menggambarkan prinsip mereka dalam menjalankan kegiatan sepak bola, yaitu 'Football As It's Meant To Be'. Prinsip yang kiranya dapat kita artikan sebagai cara "memanusiakan" sepak bola. Nah, sekarang bagaimana dengan sepak bola di Indonesia?

Baca berita lainnya liputan khusus Bola.com di Jerman untuk mengikuti rangkaian acara Bundesliga Experience, di sini

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer