Sukses


Cerita Sedih Radja Nainggolan Diabaikan Sang Ayah

Jakarta Radja Nainggolan, pesepak bola berdarah Indonesia sangat terkenal di Benua Biru, khususnya Eropa. Dia merupakan pemain andalan AS Roma.

Namun siapa sangka, Radja Nainggolan punya kisah pilu sebelum meraih kesuksesan di Eropa. Diketahui, dia adalah putra dari Lizy Bogaerts, seorang Belgia beretnis Flandria beragama Katolik Roma yang membesarkannya bersama tiga saudara tirinya dan adik perempuan kembarnya.

Sedangkan, ayahnya Marianus Nainggolan, orang Indonesia berasal dari suku Batak, meninggalkan Radja Nainggolan ketika masih anak-anak. Hidup pria berusia 30 tahun itu kian menderita setelah ibunya meninggal dunia pada 2010.

Dikuti dari VTM, sebelum meninggal, Lizy bekerja selama 10 jam per hari untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sementara ayahnya, entah pergi ke mana.

"Saat itu ada tiga orang yang tinggal di rumah kami. Ayah saya sudah meninggalkan kami. Ibu saya harus membayar banyak hutang. Dia mendapat gaji 1.300 euro dengan bekerja 10 jam per hari," kata Radja Nainggolan.

"Kami bisa makan makanan yang sama tiga kali dalam sepekan. Kami juga pernah hidup sebulan tanpa listrik," papar mantan pemain Cagliari tersebut.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 3 halaman

Diabaikan

Pada 2014, Radja sempat mengunjungi Indonesia. Dia mencari ayahnya dan mencoba memaafkan Marianus.

Namun, bukan kasih sayang yang didapat Radja Nainggolan dari ayahnya. Perlakuan tak sopan malah diterima pemain yang memilih membela Timnas Belgia tersebut.

"Saya pulang ke Indonesia empat tahun lalu. Saya ingin memberikan ayah kesempatan sekali lagi. Saya ingin bisa memaafkannya. Tapi dia mengabaikan saya dan malah meminta uang kepada saya," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Sempat Frustrasi di Italia

Saat pertama kali datang ke Italia pada 2006, Radja Nainggolan membela Piacenza. Pada tahun pertamanya di Italia, dia mengaku sempat frustrasi.

"Saya sempat tak mau pergi ke Italia. Saya ingin pulang ke Belgia setelah enam bulan berada di Italia, tapi kakak saya meyakinkan saya untuk bertahan. Saya mendapat gaji 1.400 euro per bulan di Pescara dan saya bisa mengirimkan 500 euro kepada ibu saya setiap bulannya," pungkasnya.

Simak video pilihan berikut ini:

Video Populer

Foto Populer