Bola.com, Jakarta Siapa yang tak kenal Ronaldinho?. Sosok yang memiliki nama panggilan Dinho tersebut berstatus legenda berkat sepak terjang bersama Barcelona, Paris Saint-Germain sampai AC Milan.
Advertisement
Baca Juga
Sayang, punya nama besar tak membuatnya bisa merambah kompetisi yang dianggap paling glamor dan terbesar sejagad; premier league. Status terbaik bukan isapan jempol semata.
Publik dunia sudah mengakui kalau sejak bergulir pada 1992, Premiership punya 'cita rasa' berbeda. Mereka berhasil menjadi contoh nyata bagaimana mengubah sepak bola menjadi sebuah industri dan tontonan.
Gemerlap itu pula yang membuat banyak pesepak bola tergoda dengan tawaran klub-klub asal negeri Ratu Elizabeth tersebut. Selain ditonton 4,7 miliar di seluruh dunia, Premier League menjanjikan pendapatan tinggi.
Sejak awal, Premier League menjadi rumah bagi para pemain terbaik dunia. Kehadiran mereka menambah pesona dan kualitas Liga Inggris. Efek lurusnya adalah kekuatan belanja klub-klub peserta Liga Premier yang meningkat pesat.
Tapi, tak semua legenda lapangan hijau bisa merasakan karier kompetitif di Premier League. Selain Ronaldinho, ada lima pesepak bola lain yang tak sempat merasakan persaingan sengit di pentas Premiership:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kaka
Ricardo Izecson dos Santos Leite alias Kaka adalah pemain yang memiliki kualitas luar biasa. Nama besarnya di panggung sepak bola internasional sempat membuatnya meraih penghargaan bergengsi, yakni Ballon d'Or.
Penghargaan tersebut tergolong istimewa, karena menjadi orang terakhir sebelum dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Pada tahun 2007 tersebut, ia juga memetik trofi Pemain Terbaik Dunia versi FIFA. Daftar kemenangannya bertambah ketika ia memenangkan Piala Dunia bersama Brasil pada 2002.
Kaka memulai karier di Sao Paolo, dan pada 2003-2004 berkostum AC Milan. Bersama I Diavolo Rosso, ia berada 6 tahun, dengan koleksi 95 gol dari 270 pertandingan.
Di Italia pula, Kaka memenangkan Serie A, Liga Champions, Piala Super UEFA, Piala Dunia Antarkklub FIFA, dan Piala Super Italia. Pada musim panas 2009, Real Madrid datang menjemput. Sayang, Kaka tak mengalami masa keemasan seperti bersama AC Milan.
Pada September 2013, Kaka kembali ke AC Milan, lalu bergabung dengan Orlando City di panggung Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat , pada Januari 2015. Selama berada di negeri Paman Sam, ia bermain 75 partai dengan mencetak 24 gol dan 22 assist.
Satu yang mengejutkan, sampai pensiun dari lapangan hijau, tak satupun klub asal Premier League yang berhasil membawanya ke Britania Raya. Manchester City sempat mengajukan proposal pada 2009, namun Kaka enggan.
Advertisement
Andrea Pirlo
Publik tak bisa memungkiri Andrea Pirlo adalah legenda sepak bola di ranah Italia. Sepak terjang bersama AC Milan dan Juventus, telah menghadirkan beragam gelar juara.
Selain klub, ia juga sukses membawa Italia menjadi juara dunia 2006 di Jerman. Sebuah pencapaian yang lengkap sepanjang perjalaan Pirlo di tanah Eropa, sebelum ia memutuskan pindah ke Major Leagus Soccer (MLS), kompetisi sepak bola di Amerika Serikat (AS).
Bersama AC Milan, ia menghabiskan 10 musim dengan koleksi gelar Serie A sebanyak dua kali, Liga Champions (2), Piala Super Eropa (2), Piala Dunia Antarklub (10< Piala Super Italia dan Coppa Italia. Kala berkostum Juventus, ia juga mencetak banyak gelar.
Namun lagi-lagi, tak ada klub asal Premier League yang sanggup membawa sang playmaker ke Inggris. Manchester United sempat membuka wacana memanfaatkan Pirlo, namun mereka tak yakin 100 persen.
Xavi Hernandez
Sang jenderal. Itula julukan bagi Xavi Hernandez. Maestro area tengah ini menghabiskan nyaris seluruh karier profesionalnya bersama Barcelona. Ia menjadi satu di antara pemain tengah terhebat di dunia.
Beragam gelar menjadi koleksi Xavi, seperti 8 gelar La Liga, Copa Del Rey (3), Piala Super Spanyol (6), Piala Super Eropa (2), Piala Dunia Antarklub (2) dan Liga Champions (4).
Selain itu, Xavi menjadi persona penting kala Timnas Spanyol menjadi jawara Piala Dunia 2010 dan dua Piala Eropa, yakni edisi 2008 dan 2012. Xavi meninggalkan Barcelona pada akhir musim 2014-2015, lalu bergabung dengan klub asal Qatar, Al Sadd.
Langkah Xavi ke Premier League sempat terbuka. Kala itu, Louis van Gaal, yang notabene eks pelatih di Barcelona, mengajak Xavi ke Premier League. Van Gaal ingin Xavi berkostum Manchester United.
Sayang, hal itu tak pernah kesampaian. Walhasil, Xavi tak akan pernah muncul di panggung Premier League.
Advertisement
Andres Iniesta
Tandem sehati Xavi Hernandez. Ia adalah alumni akademi sepak bola milik Barcelona, La Masia. Secara statistik, Iniesta sudah bermain 674 pertandingan dan mencetak 57 gol bersama Barcelona.
Iniesta pernah merasakan ragam trofi juara, seperti La Liga (9), Copa Del Rey (6), Piala Super Spanyol (6), Piala Dunia Antarklub (3), Piala Super Eropa (2) dan Liga Champions (4).
Sekadar tambahan, Iniesta merasakan juara di pentas Piala Dunia 2010, plus dua trofi Euro; 2008 dan 2012. Iniesta hampir bergabung dengan Manchester United, saat David Moyes menjadi arsitek Setan Merah. Begitu juga dengan Manchester City, yang sudah mengajukan penawaran.
Pada akhirnya Iniesta tak memilih pergi, dan ingin setia di Camp Nou.
Zinedine Zidane
Satu lagi legenda sepak bola yang tak pernah menapakkan kakinya untuk berkarier di ranah Premier League; Zinedine Zidane. Ia lebih menapak panggung Ligue 1, Liga Italia Serie A dan 'finis' di La Liga bersama Real Madrid.
Keputusan tersebut tergolong mengejutkan, karena banyak klub-klub asal Premier League yang bersedia membayar mahal Zinedine Zidane. Manchester United, Manchester City, Newcastle United sampai Chelsea, pernah mengajukan penawaran.
Namun, Zinedine Zidane tak mengambil kesempatan berada di panggung Premier League.
Advertisement
Ronaldinho
Pemain yang sempat disebut sebagai 'pesulap' tersebut tak pernah menginjakkan kakinya di tanah kompetisi Inggris, terutama Premier League. Padahal, seabreg penawaran pernah ada di 'meja kerjanya'.
Sayang, godaan gaji besar dan berada di liga dengan ornamen industrialisasi yang kuat, gagal meluluhkan hati pria yang kini berusia 38 tahun tersebut. Dinho lebih gembira meniti karier di Liga Italia Serie A dan La liga, plus Liga Brasil tentunya.
Sedikit cerita, Ronaldinho bukan tanpa kans masuk ke Premier League. Namanya sempat digadang-gadang bakal menjadi pemain Manchester United ada musim panas 2003.
Sayang, pergerakan transfer yang bermaksud menggantikan peran David Beckham tersebut gagal. Ironis, karena Dinho tak jadi berkostum Manchester United hanya 48 jam dari deadline bursa transfer musim panas 2003. (Prisca Ananda).
Sumber: sportskeeda