Sukses


3 Klub Ini Jadi Korban Kecelakaan Pesawat

Jakarta - Awan gelap menggelayuti Leicester City. Bos The Foxes Vichai Srivaddhanaprabha meninggal akibat kecelakaan helikopter, Sabtu (29/10/2018). 

Tragedi ini terjadi di lapangan parkir, King Stadium. Srivaddhanaprabha datang untuk menyaksikan duel Leicester City melawan West Ham United dalam lanjutan Premier League 2018/19. Skor berakhir imbang 1-1 dan Srivaddhanaprabha berniat pulang saat helikopter jenis AgustaWestland AW169 yang ditumpanginya mengalami gangguan mesin. 

Sejumlah saksi mata melihat kalau baling-baling belakang bermasalah tidak lama setelah helikopter terbang. Tidak lama berselang, helikopter dengan nomor registrasi G-VSKP berputar-putar tak terkendali sebelum menubruk tanah di areal parkir King Stadium. 

Seluruh penumpang tewas akibat kejadian ini, termasuk Srivaddhanaprabha. Selain pengusaha 60 tahun itu, empat korban meninggal lainnya adalah staf Vichai, Nursara Suknamai dan Kaveporn Punpare, pilot Eric Swaffer, dan pilot kedua Izabela Roza Lechowicz.

Kepergian Vichai Srivaddhanaprabha tidak hanya menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan dan segenap klub The Foxes. Tragedi ini juga menambah panjang daftar insan sepak bola yang meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat terbang. Sebelumnya, insiden seperti ini bahkan pernah merenggut nyawa satu tim sekaligus. 

Berikut ini merupakan tiga tragedi pesawat jatuh yang juga menelan korban pesepakbola. 

 

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 4 halaman

Chapecoense

28 November 2016 menjadi momen kelabu bagi klub asal Brasil ini. Bukan karena kalah menyesakkan dalam sebuah laga, tapi karena klub yang identik dengan warna hijau itu kehilangan hampir seluruh skuat intinya dalam kecelakaan pesawat LaMia Flight 2933. 

Mereka termasuk dalam 77 korban meninggal dunia saat pesawat yang membawa mereka dari Santa Cruz de la Sierra, Bolivia menuju Medellín, Kolombia kecelakaan. Pesawat nahas tersebut kehabisan bahan bakar sebelum akhirnya menghantam pegunungan Cerro Gordo.

Saat kejadian, para pemain hendak bertanding melawan Atletico Nacional pada final Copa Sudamericana, kompetisi antarklub Amerika Latin yang setara dengan Liga Europa.  

Tiga pemain selamat dalam kejadian tersebut. Mereka adalah bek kiri, Alan Ruchel (18), kiper cadangan, Jakson Follmann (19), dan bek tengah Neeto. Follmann harus kehilangan satu kakinya akibat kejadian ini dan segera memutuskan pensiun dari sepak bola. 

Kiper utama, Danilo, juga masih hidup saat ditemukan tim penyelamat. Namun nyawanya tidak bisa diselamatkan. Dia tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. 

 

3 dari 4 halaman

Manchester United

Matt Busby merupakan salah satu manajer terbaik yang pernah dimiliki Manchester United (MU). Selama menangani Setan Merah, Busby sangat berkuasa. Dia menentukan sendiri pemain-pemain yang akan dibeli, pemain yang dilepas, dan turun melatih di lapangan. 

Busby menyukai pemain muda. Skuatnya kala itu dihuni pemain dengan rata-rata berusia 22 tahun. Itu sebabnya, para pemain di era Busby, akrab disebut sebagai Busby Babes. 

Pada tahun 1952 pasukan Busby berhasil menjuarai Divisi Utama Liga Inggris. Ini sekaligus menjadi gelar liga pertama Setan Merah setelah penantian panjang selama 41 tahun. Sejak saat itu, MU mulai di perhitungkan di kancah sepak bola domestik maupun internasional. 

Namun musibah menimpa Busby Babes pada 6 Februari 1958. Pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan di Munich, Jerman. Saat itu, para pemain MU berniat kembali usai bertemu dengan tim Yugoslovakia, Red Star Belgrade di Piala Eropa. 

Selain para pemain, pesawat nahas itu juga membawa suporter dan wartawan. Sebanyak 20 dari 44 penumpang dinyatakan tewas dalam kejadian ini, termasuk delapan pemain MU. Sementara 23 penumpang lainnya mengalami luka parah termasuk, Matt Busby. 

 

 

4 dari 4 halaman

Torino

1942-1949 menjadi era keemasan Torino. Dalam kurun waktu itu Tim asal kota Turin itu meraih lima gelar liga secara beruntun. Pada masa itu, Torino juga menjadi tulang punggung timnas Italia. Setidaknya 10 pemain tim berjuluk Il Toro itu berada di skuat Gli Azzurri. 

Namun masa keemasan ini juga diwarnai tragedi pilu. Pada 4 Mei 1949, pesawat FIAT G212 yang membawa skuat Torino menabrak dinding gereja Basilica of Superga yang berada di kota Turin. Saat itu, para pemain bersama sejumlah awak media baru saja kembali dari Lisbon usai menjalani laga persahabatan melawan SL Benfica. Tidak ada yang selamat dalam kejadian ini. Sebanyak 27 penumpang dan tiga awak kabin dinyatakan meninggal dunia. 

Dua hari setelah kejadian tersebut, Torino pun dinobatkan sebagai juara. Baik Torino maupun lawan-lawannya menurunkan pemain usia muda di empat pertandingan sisa. 

Jutaan warga turun ke jalananan kota Turin di hari pemakaman para korban. Akibat kejadian ini, timnas Italia sempat trauma bepergian naik pesawat. Karena itu, Gli Azzurri memutuskan bertolak ke Piala Dunia 1950 di Brasil dengan menggunakan kapal laut. 

 

Sumber: Liputan6.com

Video Populer

Foto Populer