WAJAHNYA menyiratkan gurat ketegasan. Nyaris tanpa senyum, baik saat di lapangan, di luar arena ataupun kala melatih anak asuhnya. Situasi itu pula yang sudah terbiasa dirasakan para pendukung Ajax Amsterdam dalam 1,5 tahun terakhir.
Ekspresi itu pula yang selalu terlihat ketika kamera menyorot ke arah sosok bernama Erik ten Hag. Terkini, itu pula yang 'bisa dinikmati' kala Ajax Amsterdam bertandang ke markas Real Madrid, Stadion Santiago Bernabeu, pada Leg 2 Babak 16 Besar Liga Champions 2018-2019, Rabu (6/3/2019) dini hari WIB.
Baca Juga
Advertisement
Tongkrongan Erik ten Hag terlihat 'kejam'. Bahkan, saat anak asuhnya melakukan sesi pemanasan, tak ada semburat senyum. Hal yang wajar jika dirunut apa yang terjadi dua pekan lalu kala anak asuhnya takluk 1-2 di rumah sendiri, Johan Cruyff Arena.
Media asal Belanda, de Telegraaf sempat menurunkan fakta kalau Erik ten Hag ingin melepas dua pertandingan di Eredivisie demi memersiapkan laga tandang ke Madrid. Uniknya, rencana tersebut gagal total, karena Dusan Tadic dkk justru mengamuk di liga domestik.
Pada dua laga terakhir sebelum melawat ke Bernabeu, Ajax Amsterdam justru berpesta, yakni melesakkan 10 gol. Korban keganasan Ajax adalah NAC Breda (5-0) dan ADO Den Haag (1-5).
Kala itu, agresivitas Ajax sudah terlihat, terutama dari Dusan Tadic, Donny Van de Beek, David Neres sampai Kasper Dolberg. Nama-nama itu pula yang menjadi cerminan permainan memesona Ajax Amsterdam di markas Real Madrid, dini hari tadi WIB.
Â
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Ekspresi di Lapangan
Yup, secara mengejutkan, transisi ala Erik ten Hag berhasil membuat Real Madrid kalang kabut. Tim tamu bermain seolah tak ada beban kekalahan pada pertemuan pertama. Sebaliknya, kesan 'nothing to lose' membuat Dusan Tadic dkk bebas berkreasi di altar Bernabeu, sesuatu yang justru mampu menyayat hati Madridistas.
Sayatan pertama yang mengiris Madridistas terjadi begitu cepat, yakni menit ke-7. Hakim Ziyech sukses mengelabui barisan pertahanan lawan dan menceploskan bola ke gawang Real Madrid. Belum sempat bangkit, Real Madr kembali dikejutkan dengan gol kedua Ajax Amsterdam via David Nerez pada menit ke-18.
Pada dua gol tersebut, Erik ten Hag sempat bereaksi dan melakukan selebrasi; melompat dengan mengepalkan tangan ke udara. Namun, itu tak berlangsung lama, karena Erik ten Hag kembali mengeraskan kulit wajah pertanda anak asuhnya wajib bertarung lagi.
Ia tak sungkan berteriak dari pinggir lapangan jika ada yang tak beres dengan anak asuhnya ketika ditekan Luka Modric dkk. Hasilnya, mereka selamat alias tak kebobolan sampai babak pertama selesai.
Masuk babak kedua, Erik ten Hag kembali memasang wajah 'sangar'. Rumus yang menawan, karena Dusan Tadic mencetak gol ketiga Ajax pada menit ke-62. Sayang, setelah itu mereka seperti mengendurkan komposisi permainan, sehingga harus kebobolan via aksi gelandang Real Madrid, Marco Asensio pada menit ke-70.
Sadar tak boleh memberi angin, armada Erik ten Hag membuat kegembiraan para fan Real Madrid hanya berlangsung sesaat. Tak lebih dari dua menit dari gol Asensio, tuan rumah kembali terkejut. Kali ini Lasse Schone sukses mengirim bola ke dalam gawang Thibaut Courtois.
Â
Advertisement
Faktor Ketenangan
Situasi tersebut membuat Erik ten Hag tenang. Pada 10 menit sisa waktu babak kedua, Erik ten Hag masih terlihat tegang, namun semuanya berakhir dengan kegembiraan. Ajax, untuk kali pertama dalam satu dekade terakhir, berhasil melewati adangan Real Madrid.
Mereka juga masuk menjadi tim ketiga yang mampu mencetak empat gol atau lebih di Bernabeu pada laga Liga Champions. Selain itu, Ajax juga menjadi tim kedua yang mampu menyingkirkan Real Madrid dari fase knock-out liga eropa ketika harus mengalami kekalahan di rumah sendiri pada pertemuan pertama.
Keberhasilan membawa Ajax Amsterdam menyingkirkan Real Madrid, membuat nama Erik ten Hag melonjak. Ia pun masih dalam daftar 'trending searches' sebuah mesin pencari. Bagi Erik ten Hag, momen sekarang menjadi buah kerja keras selama bertahun-tahun.
Di balik semua itu, sosok Erik ten Hag ternyata tak bisa lepas dari seorang Pep Guardiola. Gara-gara Pep Guardiola juga, metode pelatihan Erik ten Hag mendapat dukungan dari jajaran manajemen Ajax Amsterdam. Maklum, kehadirannya di markas Ajax Amsterdam sempat mendapat penolakan, karena ia dianggap bukan keluarga besar Ajax Amsterdam.
Namun, kekhawatiran tersebut sudah terbukti tak benar. Erik ten Hag mengakui membawa nafas Pep Guardiola ke Ajax Amsterdam, dengan sedikit kreasi perubahan.
Â
Karier
Erik ten Hag mengawali karier kepelatihan saat berada di Belanda. Kala itu, ia bekerja untuk Fred Rutten, baik di FC Twente ataupun PSV. Namun, lonjakan terbesarnya adalah ketika memutuskan pindah ke Jerman, dan menjadi pelatih kepala tim cadangan Bayern Munchen.
Di tempat inilah, ia menyerap seluruh ilmu dari Pep Guardiola. "Setiap hari saya bekerja dengan Guardiola, dan dia sungguh menjadi inspirasiku. Tak heran jika polaku nyaris sama dengannya," ujar Erik ten Hag, beberapa waktu lalu.
Ia mulai berani mandiri pada musim panas 2015, saat menerima tawaran sebagai pelatih FC Utrecht. Saat itu, Utrecht dalam kondisi tak stabil. Semua berubah di tangan Erik ten Hag, karena mantan klubnya tersebut bisa menembus Eropa.
Erik ten Hag mengakui, satu yang paling diserap dari Pep Guardiola adalah formasi. Ia memiliki favorit 4-4-2 dengan model diamond. Namun, ketika berada di Ajax. ia rela 'menerima saran' Pep Guardiola untuk menggunakan 5-3-2.
Â
Advertisement
Jejak Pep Guardiola
Menurut Erik ten Hag, pola tersebut bukan berarti bertahan. Justru sebaliknya, bakal sangat 'powerfull', terutama jika bisa memaksimalkan peran dua full-back. Itu pula yang membuat Real Madrid berulang kali merasakan sengatan dari sektor sayap.
Format itu pula yang membuat Ajax tampil agresif sepanjang musim ini, dengan sumber gol merata. Di level Eredivisie, Erik ten Hag membuat Dusan Tadic tampil tajam (16 gol), Hakim Ziyech (14 gol), Kasper Dolberg (10 gol) dan Klaas-Jan Huntelaar (10 gol).
Sementara itu, di pentas Liga Champions, Dusan Tadic tampil konsisten dengan 8 gol, lalu Klaas-Jan Huntelaar (4 gol), Nicolás Tagliafico (3 gol) dan Hakim Ziyech (3 gol). Walhasil, sebenarnya tak kaget jika Ajax mampu memborbardir jala Real Madrid dengan lima gol pada dua pertemuan.
Kini, Erik ten Hag bakal membawa pasukan muda Ajax Amsterdam terus memantik atensi publik. Apalagi, melaju ke babak perempat final menjadi catatan khusus bagi Ajax, sesuatu yang sudah ditunggu sejak nyaris 2 dekade terakhir.
Sumber: de Telegraaf, fussballstadt.com