Sukses


Liverpool dan Fase Menunggu Rindu 14 Tahun

ASA jutaan penggemar Liverpool di seluruh dunia untuk melihat tim kesayangan mereka mengangkat trofi kembali menguak. Selain gelar Premier League, fans Liverpool berharap bisa berpesta pora di pentas Liga Champions.

Uniknya, dua harapan tersebut saling beriringan, dan sama-sama sudah 'memastikan' ke fase final. Pada pentas domestik, Liverpool akan melakoni final akhir pekan ini. Sang pesaing berat The Reds adalah Manchester City, yang juga berstatus juara bertahan.

Setelah itu, Liverpool akan berjuang menggapai kemungkinan trofi berikutnya, yakni status jawara Liga Champions 2018-2019. Modal ke arah sana terbuka lebar setelah mereka mampu menenggelamkan kapal Barcelona, dini hari tadi WIB.

Pada pertemuan kedua di Stadion Anfield, Sadio Mane dkk unggul 4-0. Empat gol sumbangsih Divock Origi (7', 79') dan Georginio Wijnaldum (54', 56') memastikan mereka mendapat kursi di panggung final Liga Champions.

Hal tersebut terjadi setelah Liverpool unggul agregat 4-3. Hasil tersebut tergolong menakjubkan, karena pada perjumpaan pertama di Estadio Camp Nou, armada Jurgen Klopp membawa pulang 'oleh-oleh' tak mengenakkan, yakni kalah 0-3.

Namun, berkat kerja keras dan sokongan fans yang datang di Anfield, Liverpool mampu lolos dari lubang jarum. Manajer Liverpool, Jurgen Klopp menganggap kinerja anak buahnya layak diganjar dengan babak final, plus apresiasi dari seluruh elemen klub.

Klopp mengaku belum memikirkan apa yang akan disajikan pada laga final nanti. Maklum, ia masih berkonsentrasi menuju laga penentuan lainnya, yakni perebutan posisi teratas pada klasemen akhir Premiership.

Namun, publik bisa melihat performa Liverpool di pentas Liga Champions. Terakhir, Liverpool mengangkat trofi jawara turnamen antarklub paling bergengsi se-Eropa tersebut kala membekap AC Milan pada 2005.

 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 5 halaman

Aksi Heroik

Saat itu, aksi heroik menjadi ornamen utama. Pada pertandingan di Istanbul, Turki tersebut, Liverpool kebobolan tiga gol pada babak pertama. AC Milan mencetak gol melalui Paolo Maldini (1') dan dua gol Hernan Crespo (39', 44').

Pada paruh kedua, gol Steven Gerrard pada menit ke-54 dan Vladimir Smicer, dua menit berselang, menjadi pemicu kebangkitan laskar Rafael Benitez. Akhirnya, Xabi Alonso memastikan skor menjadi 3-3 melalui gol pada menit ke-60.

Pada adu tos-tosan, Liverpool mampu menjaga mental. Alhasil, mereka unggul 3-2 setelah tiga penendang AC Milan gagal, yakni Serginho, Andrea Pirlo dan Andriy Shevchenko.

Setelah kemenangan bersejarah pada 14 tahun silam, publik Liverpool berharap mereka bisa mengulangi lagi pencapaian istimewa tersebut. Sebenarnya, usaha dan kans sempat terbuka sejak prestasi tahun 2005 tersebut.

Sayang, pada dua kesempatan, Liverpool tak sanggup menjadi jawara. Kesempatan pertama datang pada 2007, bersua lawan yang dikalahkan mereka dua tahun sebelumnya.

Namun, kali ini hasilnya berbeda, Liverpool takluk di kota Athena, Yunani dengan skor 1-2. Dua gol dari bomber AC Milan, Filippo Inzaghi pada menit ke-45 dan 82', hanya bisa diibalas Dirk Kuyt, semenit jelang bubaran.

 

3 dari 5 halaman

Pelajaran Dari Tahun Lalu

Setelah itu, Liverpool kembali punya peluang, tepatnya tahun lalu. Lagi-lagi kegagalan menghampiri mereka kala bersua Real Madrid. Sempat menyamakan kedudukan berkat gol Sadio Mane pada menit ke-55, Liverpool pulang dengan tangan hampa setelah Real Madrid mencetak dua gol via Gareth Bale (64', 83'), sekaligus membuat El Real unggul 3-1. Sebelumnya, satu gol pembuka Si Putih datang via Karim Benzema (51').

Jika bisa flashback, para generasi muda era akhir '70-an dan awal '80-an, yang kini sudah pasti menjadi fans senior Liverpool, bakal selalu bergairah. Mereka bakal teringat dengan momentum bersejarah pertama saat menjadi jawara di level Eropa.

Kala itu, mereka mampu menyeruak di antara dominasi Bayern Munchen dan Ajax Amsterdam di kancah Eropa. Landasan awal tercetak pada musim 1976-1977. Setelah semusim sebelumnya menjadi jawara Liga Utama Inggris, Liverpool menggebrak, sekaligus melebarkan target ke zona Benua Biru.

Kerja keras yang membuahkan hasil. Langkah ke final menjadi sajian awal bagi Liverpool. Harapan meraih gelar Piala Champions terbuka ketika Terry McDermott menjebol jala Borussia Mönchengladbach pada menit ke-28.

Namun, keriuhan fans Liverpool di Stadion Olimpico, Roma, Italia tersebut, berganti 'kesenduan' ketika gelandang Gladbach, Allan Simonsen, menyamakan skor pada menit ke-52. Berbekal spirit ingin merasakan juara untuk kali pertama, Liverpool bangkit dan berhasil mencetak dua gol via Tommy Smith (64') dan penalti bek Phil Neal (82').

Gelar tersebut menjadi awal dari terkereknya nama besar Liverpool di Eropa. Semusim berikutnya, mereka membungkam Brugge dengan skor 1-0. Tiga tahun berselang, gilirang Real Madrid menjadi makanan mereka berkat lesakan gol bek kiri Alan Kennedy pada menit ke-82.

Kejayaan era '80-an ditutup Liverpool dengan kemenangan adu penalti kontra AS Roma pada final Piala Champions 1984. Maklum, setelah itu mereka tak bisa bangkit lagi, dan baru mengemas gelar 11 tahun berselang di Istanbul.

 

4 dari 5 halaman

Menunggu Realisasi Asa

Kini, publik Liverpool bakal terus menggantungkan asa agar tim kesayangan mereka belajar dari dua kegagalan terakhir di partai final Liga Champions. Apalagi, kans ke arah sana terbuka lebar jika melihat komparasi kekuatan dengan dua calon lawan, yakni Ajax Amsterdam atau Tottenham Hotspur.

Seperti yang telontar dari mulut pundit BBC, Alan Shearer, faktor pengalaman bakal menjadi senjata pamungkas Liverpool di laga final, siapapun lawan mereka. Prediksi yang bisa jadi benar, karena Ajax Amsterdam sudah lama tak berlaga di partai puncak Liga Champions.

Sementara itu, andai bersua Tottenham Hotspur, kubu Liverpool punya modal berharga. Yup, pada dua pertemuan di pentas Premier League, Liverpool selalu unggul dengan skor 2-1, baik di Anfield maupun di London Stadium.

So, apakah kerinduan 14 tahun Liverpudlian akan terobati?. Kita tunggu saja hasil akhir di Wanda Metropolitano, Madrid, Sabtu (1/6/2019).

 

5 dari 5 halaman

Catatan Penampilan Liverpool di Final Liga Champions

Catatan performa Liverpool di panggung final Liga / Piala Champions:

1977 - Vs Monchengladbach (Menang 3 - 1)

1978 - Vs Brugge (Menang 1 - 0)

1981 - Vs Real Madrid (Menang 1 - 0)

1984 - Vs AS Roma (Menang Adu Penalti 4 - 2 (1-1))

1985 - Vs Juventus (Kalah 0 - 1)

2005 - Vs AC Milan (Menang Adu Penalti 3 - 2 (3-3))

2007 - Vs AC Milan (Kalah 1 - 2)

2018 - Vs Real Madrid (Kalah 1-3)

Sumber: BBC, UEFA

Lebih Dekat

Video Populer

Foto Populer