Bola.com, Jakarta - Lionel Messi adalah salah satu pemain terhebat dalam sejarah. Penampilannya untuk Barcelona menggaransi hal itu. Namun, anomali karier pemain berusia 32 tahun itu terjadi di level tim nasional. Ia tidak pernah sukses bersama Timnas Argentina.
Fakta menunjukkan bahwa Lionel Messi telah mengoleksi 68 gol dari 133 pertandingan di Tim Tango. Pemain asli Rosario tersebut adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa Argentina, namun pencapaian Messi seperti tak berarti, Los Albiceleste tak pernah juara di era sang pemain.
Baca Juga
Advertisement
Rasio gol Messi 0,51 di Argentina, dia mencetak gol untuk Argentina rata-rata satu setiap dua pertandingan dan ini jauh di bawah 0,85 gol/pertandingan saat dirinya bermain di Barcelona.
Dia hanya mencetak enam gol dari 19 pertandingan Piala Dunia dan belum memenangkan trofi utama bersama Argentina. Messi kalah di empat final bersama tim nasional dan ini sangat kontras dengan seabrek trofi di Barcelona. Total ia memenangkan 34 piala utama di sana.
Pertanyaan yang sama di antara para penggemar dan pakar adalah mengapa Lionel Messi tak dapat mentransfer kehebatannya dari level klub ke timnas. Ada sejumlah alasan yang masuk akal mengapa Messi berkinerja buruk di Timnas Argentina. Simak penjelasannya di bawah ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Argentina Minim Pemain Bagus
Beberapa tahun belakangan bisa dibilang Timnas Argentina kering pemain berkualitas.
Di sektor pertahanan, selain Walter Samuel dan Javier Zanetti, Argentina bisa dibilang tidak memproduksi bek kelas dunia selama 15 tahun terakhir.
Di sisi lain tim Tango hanya memiliki dua gelandang tengah level top dalam rentang waktu yang sama; Juan Roman Riquelme dan Javier Mascherano.
Bandingkan di saat bersamaan Belgia, Prancis, Jerman, Spanyol, Brasil, tak henti-henti memproduksi pemain top.
Lionel Messi menderita dengan situasi ini. Ia harus berjuang sendirian. Permainan Timnas Argentina bisa dibilang gampang ditebak karena hanya mengandalkan Messi seorang. Situasi beda terjadi di Barcelona. Ia bisa fokus di lini ofensif, karena di lini lain klub tersebut punya pemain berkualitas.
Advertisement
Pergantian Pelatih yang Terlalu Sering
Lionel Messi membuat debut klub resminya pada Oktober 2004 dan dalam 15 tahun di Barcelona, ia hanya ditangani enam pelatih saja. Rata-rata mereka bertahan selama tiga musim di Tim Catalan. Praktis hanya Tito Vilanova (yang secara tragis didiagnosis menderita kanker hanya satu tahun dalam masa jabatan manajerialnya) dan Gerardo Martino yang lengser lebih cepat karena dinilai gagal menyajikan prestasi.
Sebaliknya, selama 15 tahun bersama tim nasional, Messi telah dipimpin sembilan pelatih, mulai dari Jose Pekerman hingga Lionel Scaloni.
Yang mengejutkan, kesembilan pria yang melatih Messi di Timnas Argentina itu memiliki temperamen yang berbeda-beda.
Sebut saja Diego Maradona yang emosinya labil dan doyan ribut dengan pemain atau Alejandro Sabella yang dikenal santun dalam bertutur kata.
Masing-masing pelatih membawa pola bermain yang berbeda. Ia memakai pemain-pemain yang mendukung strateginya.
Perubahan ini membuat performa Timnas Argentina tak stabil. Tim Tango tidak pernah punya pondasi starting eleven yang bersifat tetap. Buat Messi ini amat mengganggu, karena ia harus beradaptasi dengan rekan baru setiap pelatih baru datang.
Tekanan Terlalu Tinggi
Adalah fakta sepak bola di Argentina hampir merupakan sebuah agama, suguhan permainan indah berbalut fanatisme jadi tontonan sehari-hari.
Kenyataannya selama 28 tahun, Argentina puasa trofi internasional.
Hingga hari ini, Diego Maradona dipuja sebagai dewa di negaranya karena kepahlawanannya membawa pulang Piala Dunia 1986 dan sejak itu, penggemar Argentina berharap munculnya juru selamat baru.
Kedatangan Messi seperti jawaban doa masyarakat Argentina. Ia diharapkan bisa menjadi Next Maradona.
Tekanan untuk mengembalikan trofi besar yang sudah lama ditunggu-tunggu dan menjadi sebuah pembenaran bagi rekan senegaranya, selalu tampak jelas terlihat saat Messi keluar dengan mengenakan kostum kebesaran Argentina.
Ia tidak memiliki kebebasan dan ketenangan seperti saat membela Barcelona. Bagus atau jeleknya hasil Argentina selalu dikaitkan dengan Messi. Sementara di Barcelona, tidak selalu demikian.
Sumber: Sportskeeda
Advertisement