Bola.com, Manchester - Satu di antara permasalahan yang tak kunjung usai di dunia sepak bola ialah tindakan rasialisme atau rasisme. Beberapa pesepak bola kerap menjadi korban tindakan rasialis saat berada di lapangan.
Dalam beberapa bulan terakhir, kasus rasisme masih kerap terjadi di Eropa, terutama Serie A. Kondisi tersebut ternyata menjadi perhatian mantan pemain Manchester City, Yaya Toure.
Baca Juga
Semangat Membara Bang Jay Idzes Menyambut Lanjutan R3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Maret 2025!
Marselino Ferdinan dan 3 Pemain Diaspora Timnas Indonesia yang Main Kinclong saat Taklukkan Arab Saudi: Petarung Tangguh
Pelatih Bahrain Mulai Ketar-ketir Jelang Lawan Timnas Indonesia: Sangat Sulit, Mental Harus Disiapkan!
Advertisement
Dilansir dari BBC, Jumat (20/11/2019), Yaya Toure berbicara dengan FIFA perihal rasisme karena hal tersebut sangat penting. Menurutnya fans sepak bola sekarang lebih bodoh ketimbang dahulu.
"Saya sudah mengobrol dengan FIFA karena ini adalah sesuatu yang sangat penting," kata Yaya Toure.
"Ini akan sulit karena cara untuk memenangkan kasus ini akan lama. Fans, orang-orang, sekarang terlihat lebih bodoh daripada sebelumnya
"Tentu saja mengejutkan karena kita berada pada 2019. Pada 2020, 2025 kita memiliki anak-anak yang datang, apa yang akan kita lakukan? Anda tidak bisa terus seperti itu," tambahnya.
Dalam beberapa bulan terakhir tindakan rasialisme banyak terjadi di sepak bola, teruma di Serie A. Rekan setim Toure di Manchester City, Mario Balotelli, mendapat perlakuan rasis dari suporter tuan rumah Hellas Verona November lalu.
Kemudian penyerang Inter Milan, Romelu Lukaku diteriaki suara monyet dari fans Cagliari. Tak sampai disitu, media lokal Italia, Corriere dello Sport, membuat headline yang berbau rasialisme jelang laga Inter Milan versus AS Roma dengan tajuk 'Black Friday' yang disertai foto Lukaku dan Chris Smalling.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kampanye Buruk Serie A
Serie A baru-baru ini berinisiatif memerangi kasus rasialisme yang terjadi di sepak bola Italia. Namun, kampanye yang dilakukan Serie A dinilai buruk.
Tak sedikit klub-klub Serie A hingga para pencinta sepak bola yang melontarkan kritikan karena kampanye yang buruk. Untuk memerangi tindakan rasialis, Serie A meluncurkan lukisan tiga monyet dengan warna berbeda karya Simone Fugazzotto.
Pemilihan monyet sebagai cara memerangi rasisme membuat banyak orang memberikan kritikan kepada Serie A. Meskipun sang pembuat lukisan tersebut sudah memberikan alasan mengapa memilih monyet sebagai simbol dalam memerangi rasisme di Serie A.
Fugazzotto menyebut ia ingin memberi tahu kalau semua orang pada dasarnya adalah monyet.
"Tugas seorang seniman adalah mengubah persepsi orang melalui karya seni. Tiga lukisan monyet ini menunjukkan kalau kita adalah makhluk yang kompleks, yang bsia saja sedih, senang, Katolik, Muslim, atau Budha. Tetapi pada akhirnya, bukan warna kulit yang menentukan segalanya," kata Fugazzotto.
"Jadi, ini merupakan metafora. Pada dasarnya kita semua adalah monyet. Kalau diperhatikan, ada monyet barat, monyet Asia, dan monyet hitam," tambahnya.
Sumber: BBC
Advertisement