Bola.com, Jakarta - Rudiger Vollborn adalah Mr. Bayer Leverkusen. Bukan tanpa sebab ia mendapatkan julukan tersebut. Pria berusia 57 tahun sudah merasakan semuanya di klub Bundesliga itu.
Lahir dan tumbuh besar di Berlin, Ibu Kota Jerman, Rudiger Vollborn pernah menjadi supir bus hingga bekerja sebagai pekerja arsip di Bayer Leverkusen.
Baca Juga
Cara Timnas Indonesia Jaga Kans Lolos ke Piala Dunia 2026, Pengamat: Kejar 8 Poin di 4 Laga Tersisa
Jadwal Laga 3 Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Pada Akhir Pekan Ini, Ole Romeny Hadapi Calvin Verdonk
Pandit Malaysia Melihat Perkembangan Positif dari Marselino Ferdinan: Dia Terlihat Makin Matang
Advertisement
Jelasnya, berikut CV Rudiger Vollborn:
- Bermain di tim B
- Bekerja sebagai asisten administrasi di perusahaan sponsor Bayer Leverkusen
- Bermain sebagai kiper Bayer Leverkusen
- Mengangkat dua trofi prestisius sepanjang sejarah Bayer Leverkusen
- Menemukan bakat seorang kiper yang kelak menjadi kiper utama Bayer Leverkusen
- Bekerja sebagai pelatih akademi klub
- Menjadi pelatih kiper tim utama Bayer Leverkusen
- Menjadi liaison officer (LO) / tour guide Bayer Leverkusen
- Menjadi komentator di stasiun radio ofisial Bayer Leverkusen
- Bekerja sebagai pekerja arsip bersejarah Bayer Leverkusen
- Menjadi supir bus Bayer Leverkusen
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Suporter Borussia Monchengladbach
Rudiger Vollborn sejak kecil hobi membaca buku-buku mengenai sejarah. Itu juga yang membuat ia dipercaya merawat arsip Bayer Leverkusen dalam satu momen hidupnya.
Namun demikian, gairah utamanya ada pada sepak bola. Saat usianya 17 tahun, setelah bermain impresif bersama Timnas Jerman junior, tepatnya pada 1981, ia mengeluarkan jawaban polos saat diwawancara media lokal setempat, Kicker.
"Tim favorit saya adalah Borussia Monchengladbach," ujar Rudiger Vollborn.
Jawaban sederhana itu cukup logis. Sebab, meski diincar oleh Bayer Leverkusen, Rudiger Vollborn paham betul bahwa akan sulit kalau ia berseragam Die Werkself, julukan Leverkusen.
Saat itu, Bayer Leverkusen masih diperkuat dua kiper kawakan, yakni Hubert Makel dan Fred-Werner Bockholt. Bagi Rudiger Vollborn muda, tentu bakal sulit sekali merenut posisi utama. Padahal, ia digadang-gadang bakal menjadi kiper nomor satu Jerman.
Bayer Leverkusen kemudian memilih merekrut Uwe Greiner karena lama mendengar jawaban Rudiger Vollborn. Jurnalis Frank Lussem menanyakan mengapa tidak segera memberikan respons, jawaban yang ia dapat sungguh di luar dugaan.
"Saya sedang dalam perjalanan ke Berlin untuk menemui pacar saya," jawab Rudiger Vollborn.
Pada akhirnya, Rudiger Vollborn dan Frank Lussem berkawan baik. Suatu ketika, ia memberi tahu kepada Vollborn bahwa Bayer Leverkusen mengadakan trial, dan tanpa pikir panjang lagi, karena di sisi lain membutuhkan klub profesional juga, Vollborn ikut serta.
Pada saat trial, performa Rudiger Vollborn tidak begitu apik. Namun, karena ketika itu ada pemandu bakat dari tim lain, ditambah petinggi klub sengaja datang untuk menyaksikan langsung sesi trial, Bayer Leverkusen akhirnya tetap merekrutnya.
Advertisement
Mulai dari Tim B, Bekerja di Pabrik Obat, hingga Memegang Rekor Bermain
Karena performanya tidak meyakinkan, Rudiger Vollborn memulai kariernya di tim B. Ia bahkan beberapa kali ditempatkan di Bayer AG, sebuah perusahaan obat yang menjadi sponsor utama klub, sebagai asisten administrasi bisnis.
Debutnya di tim utama terjadi pada 13 Agustus 1983. Tidak tanggung-tanggung, lawannya adalah Bayern Munchen. Meski Bayer Leverkusen finis di tangga ketujuh, terbaik dari yang sudah-sudah, Rudiger Vollborn dianggap biasa saja. Ia bahkan mengalami pengurangan gaji hingga kontraknya habis pada 1985.
Akan tetapi, pelatih baru Erich Ribbeck masih menginginkan Rudiger Vollborn pada musim 1985-1986. Dari situ, performanya membaik. Puncaknya, pada akhir musim 1987-1988, Bayer Leverkusen bersua Espanyol pada laga final UEFA Cup.
Ia dianggap sebagai pahlawan berkat kecemerlangannya di bawah mistar gawang. Bahkan sebenarnya, ia sudah menjadi pahlawan sejak babak semifinal ketika berjumpa sesama tim Jerman, Bundesliga.
Lima tahun berselang, saat juara DFB Pokal, Rudiger Vollborn adalah satu-satunya pemain ketika mengangkat trofi UEFA Cup.
29 Mei 1999 menandakan kemesraannya bersama Bayer Leverkusen. Lawannya tak lain dan tak bukan, Bayern Munchen. Sepanjang kariernya, ia bermain sebanyak 401 di Bundesliga saja, yang menjadi rekor yang belum terpecahkan hingga kini.
Setelah pensiun, Rudiger Vollborn masih bekerja di Bayer Leverkusen. Seperti yang disebutkan tadi, mulai dari pelatih tim akademi, hingga supir bus klub.
Sumber: Berbagai sumber