Bola.com, Jakarta - Hargailah orang tua. Mungkin kalimat itu paling tepat menggambarkan bagaimana Benfica seharusnya bersikap terhadap Bela Guttmann, sosok berjasa di balik kejayaaan klub. Sebab, kini mereka kualat setelah dikutuk tak akan pernah memenangi Liga Champions selama 100 tahun.
Benfica merupakan tim yang disegani pada era 1960-an. Klub asal Portugal yang pernah dibela Eusebio itu memenangi Liga Champions (dulu masih bernama Piala Champions) dua kali beruntun. Tepatnya pada 1961 dan 1962.
Baca Juga
Lewandowski Bocorkan Nasihatnya untuk Lamine Yamal: Tantangan Sesungguhnya Baru Akan Datang
Kepada Media Italia, Erick Thohir Berjanji Akan Terus Menaturalisasi Pemain Sambil Pembinaan Pemain Muda
Termasuk Timnas Indonesia, Ini Negara yang Sekarang Ada di Daftar Lolos ke Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia
Advertisement
Pada edisi 1961, Benfica mengalahkan raksasa Eropa, Barcelona dengan skor 3-2. Setahun berselang, giliran Real Madrid yang dihajar 5-3.
Sosok fenomenal di balik raihan prestasi tersebut adalah Bela Guttmann. Didapuk sebagai pelatih Benfica menyusul kariernya di sejumlah klub top dunia seperti Sao Paulo, FC Porto, dan AC Milan, pada akhir 1959, ia resmi melatih Benfica.
Sukses besar bersma Benfica membuat Bela Guttmann meminta manajemen klub untuk menaikkan gajinya. Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak.
Marah karena permintaan naik gajinya tidak diwujudkan, Guttmann memutuskan untuk pergi meninggalkan Benfica dan berlabuh di Penarol. Namun ada satu kutukan yang ditinggalkannya.
"Tak akan pernah bisa dalam 100 tahun, dari sekarang, Benfica kembali menjadi juara Eropa," kata Bela Guttmann.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Kutukan Tersebut Terjadi hingga Kini
Entah kebetulan atau tidak, kutukan Bela Guttmann terus menghantui Benfica. Sejak 1962, sudah delapan kali klub berlogo elang itu lolos ke final turnamen antarklub Eropa, delapan kali pula mereka kandas.
Terakhir, Benfica kalah di tangan Sevilla pada final Liga Europa. Itu menjadi kegagalan kedua beruntun, sekaligus yang kedelapan pada final turnamen antarklub Eropa, termasuk Liga Champions.
Pada era 1960-an, total lima kali Benfica lolos ke final Liga Champions (atau Piala Champions). Selain dua final yang dimenanginya, tiga lainnya berakhir dengan kekalahan.
Benfica tumbang 1-2 dari AC Milan pada 1963. Dua tahun berselang, atau pada 1965, kalah dari Inter Milan 0-1. Pada final 1968, Benfica babak belur dihajar Manchester United dengan skor 1-4.
Sumber: Bleacher Report
Advertisement