Bola.com, Jakarta Lionel Messi menjatuhkan kabar sensasional awal pekan ini ketika meminta pergi dari Barcelona. Permintaan yang membikin syok itu dikirimkan Messi ke Barcelona melalui faksimili.
Selama ini, membayangkan Lionel Messi hengkang dari Barcelona seperti hal mustahil. La Pulga sangat identik dengan Blaugrana dan diramalkan pensiun di Camp Nou.
Baca Juga
Advertisement
Namun, kini kabar yang beredar bergulir liar. Publik menebak-nebak ke mana Messi akan melangkah setelah meninggalkan Barcelona.
Beberapa klub dikabarkan jadi calon destinasi pemenang enam gelar Ballon d'Or itu, antara lain PSG, Manchester City, Chesea, Inter Milan, Juventus, dan Manchester United.
Di antara deretan klub itu, Manchester City paling difavoritkan. Ada sosok Pep Guardiola di kursi manajer City. Semua orang tahu, Messi menikmati musim-musim kekajayaan ketika dipoles Guardiola di Barcelona pada periode 2008 hingga 2012.
Kompetisi Premier League berbeda karakter dengan La Liga. Jika jadi pindah ke Manchester City, Messi harus beradaptasi dengan kultur baru Premier League. Mampukah Messi melakukan adaptasi dengan mulus?
Sebelum Lionel Messi ada lima pemenang Ballon d'Or lain yang memutuskan mencicipi kerasnya Premier League. Siapa saja dan bagaimana pencapaian mereka? Berikut lima di antaranya, seperti dilansir Planet Football, Jumat (28/8/2020).
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
1. Andriy Shevchenko
Chelsea tampil superior ketika memenangi gelar Premier League dua musim beruntun pada periode pertama Jose Mourinho di Stamford Bridge antara 2004 hingga 2006.
Tak heran, ketika Chelsea mendatangkan Andriy Shevchenko, yang jadi ikon di AC Milan, pada 2006 maka para rival makin waspada. Bersama AC Milan, Sheva melesakkan 172 gol dalam 296 penampilan. Dia meraih gelar Ballon d'Or pada 2004.
Namun, striker mematikan asal Ukraina itu tak pernah menemukan performa terbaik di London Barat. Dia tak bisa beradaptasi dengan baik di bawah Mourinho maupun suksesornya Avram Grant.
Dia kemudian kembali ke AC Milan dengan status pinjaman dua tahun berselang. Pada 2009, Sheva pindah permanen ke klub masa mudanya, Dynamo Kiev.
Selama memperkuat Chelsea, Shevchenko mengemas 23 gol dalam 77 penampilan. Publik Inggris tak pernah melihat versi terbaik Sheva.
Advertisement
2. Michael Owen
Michael Owen menjadi satu-satunya pemain Inggris yang memenangi Ballon d'Or dalam 40 tahun terakhir. Dia meraihnya pada 2001 ketika menjadi bagian Liverpool yang memenangi treble, yaitu gelar Premier Leagua, Piala FA, dan Piala UEFA. Penampilan Owen sebagai youngster benar-benar mengundang decak kagum.
Namun, setelah itu dia gagal memenuhi ekspektasi tinggi ketika pindah ke Real Madrid. Owen akhirnya kembali ke Premier League dengan bergabung ke Newcastle United.
Gara-gara direcoki cedera, dia kehilangan kecepatannya yang brilian dan kurang bersinar bersama The Magpies.
Tetapi, Owen mencetak gol lumayan di Newcastle dengan melesakkan 30 gol dalam 79 penampilan, dan menjadi pemain yang cukup berguna saat bermain di Manchester United di bawah besutan Sir Alex Ferguson.
3. George Weah
George Weah menjadi pemain pertama dan satu-satunya asal Afrika yang memenangi Ballon d'or. Dia menikmati masa kejayaan bersama AC Milan dan mencapai puncaknya pada 1996, satu di antaranya ditandai dengan aksi solo brilian melawan Verona. Weah juga berkontribusi penting ketika AC Milan memenangi titel Serie A pada 1998 dan 1999.
Namun, pada masa-masa terakhirnya di Milan dihabiskan dengan dipinjamkan ke Chelsea selama setengah musim. Weah kemudian gabung Manchester City dengan status bebas transfer pada 2000.
Dia memenangi Piala FA bersama Chelsea, dengan mencetak dua gol menuju final dan menjadi starter saat kemenangan 1-0 atas Aston Villa pada final terakhir di stadion Wembley yang lama.
Namun, kiprahnya di City agak mengecewakan. Weah mencetak empat gol dalam sembilan laga, tapi kemudian dipinggirkan setelah tiga bulan karena berselisih dengan Joe Royle.
Advertisement
4. Ruud Gullit
Pemenang Ballon d'Or 1987, Ruud Gullit menikmati kejayaan, sebelum menikmati musim-musim terakhirnya sebagai pesepak bola di Chelsea dan melakukan transisi masuk manajemen tim.
Bersama AC Milan, Gullit menikmati tiga titel Serie A dan dua Piala Champions, serta menjadi kunci di skuad Arrigo Sacchi. Ia juga memenangi tiga gelar Eredivisie bersama Feyenoord dan PSV, serta juara Piala Eropa bersama Timnas Belanda pada 1998. Gullit menikmati trofi Coppa Italia di Sampdoria, kemudian pindah ke Chelsea pada 1995.
Performa awal Ruud Gullit di Chelsea tidak istimewa. Namun, Gullit perlahan beradaptasi untuk mendikte permainan dari tengah lapangan dan dinobatkan sebagai runner up pada pemilihan Pemain Terbaik Premier League pada 1996. Dia kemudian membawa Chelsea memenangi Piala FA saat menjadi manajer pada 1997.
5. Kevin Keegan
Pada 1980, Southampton membuat kejutan dengan merekrut pemenang Ballon d'Or saat itu Kevin Keegan dari Hamburg SV. Keegan pernah memenangi tiga gelar Liga Inggris dan Piala Champions bersama Liverpool.
Keegan meraih Ballon d'Or setelah membantu Hamburg memenangi Bundesliga pada 1979 dan mengantar klub itu ke final Piala Champions pada 1980, kalah 0-1 dari Nottingham Forest di Santiago Bernabeu.
Pada usia 29 tahun pada puncak kariernya, dia memutuskan balik ke Inggris bersama istri dan anaknya yang baru lahir, Laura. Saat itu Juventus dikabarkan tertarik meminangnya, tapi istrinya, Jean, memilih balik ke Inggris.
Selama dua musim Keegan di sana, Southampton finis keenam dan ketujuh di Liga Inggris. Namun, ia mencetak 30 gol pada musim 1981/1982 dan memenangi Sepatu Emas.
Sumber: Planet Football
Advertisement