Bola.com, Jakarta - Mayoritas pesepak bola ingin melanjutkan kariernya sebagai pelatih setelah gantung sepatu. Bahkan tidak sedikit dari mereka memendam obesesi ingin melatih eks klub yang pernah dibelanya.
Saat ini, ada beberapa yang masuk kategori itu. Sebut saja Frank Lampard di Chelsea, Mikel Arteta di Arsenal, dan Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United.
Baca Juga
Advertisement
Ada juga Simone Inzaghi di Lazio dan Diego Simeone di Atletico Madrid, dan juga tentunya Zinedine Zidane di Real Madrid.
Saat masih menjadi pemain, sosok-sosok tersebut menorehkan berbagai prestasi bersama mantan klubnya. Namun, saat berganti peran menjadi pelatih tidak semuanya menuai kesuksesan.
Lampard, Solskjaer, maupun Arteta masih sulit diukur tingkat keberhasilannya saat menangani mantan klubnya. Mereka bisa disebut baru meniti awal karier.
Namun, ada juga pemain yang menuai kesuksesan besar ketika didaulat menjadi pelatih di mantan klubnya, satu di antaraya Zinedine Zidane.
Berikut ini Zinedine Zidane dan empat pelatih yang menuai keberhasilan saat menangani mantan klubnya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Hansi Flick
Hansi Flick pernah bermain untuk Bayern Munchen selama lima tahun, tepatnya pada 1985-1990. Saat itu, dia berposisi sebagai gelandang.
Ia menikmati periode yang cukup bergelimang gelar selama di Bayern. Selasa lima tahun di sana, Flick mengoleksi empat gelar Bundesliga dan satu titel DFB Pokal.
Setelah 29 tahun, Flick kembali ke Bayern Munchen sebagai pelatih. Pada 2019 ia didaulat menggantikan Niko Kovac sebagai pelatih Die Rotten.
Sepak terjang Flick bersama Bayern Munchen sangat gemilang. Dia berhasil mengantar Bayern meraih treble winners pada musim 2019/2020 dengan menyabet gelar Bundesliga, DFB Pokal, dan Liga Champions.
Advertisement
Zinedine Zidane
Zinedine Zidane hanya mempersembahkan satu gelar La Liga dan satu trofi Liga Champions selama lima musim di Real Madrid sebagai pemain. Dia kembali ke Los Blancos sebagai penasihat khusus pada November 2010 dan menjadi direktur olahraga kurang dari setahun berselang.
Zidane, yang pernah jadi asisten pelatih Carlo Ancelotti, kemudian ditunjuk sebagai manajer Real Madrid B pada 2014. Dua tahun berselang Zidane akhirnya diangkat jadi pelatih Real Madrid, menggantikan Rafael Benitez.
Selama membesut El Real, Zidane mempersembahkan tiga gelar Liga Champions secara beruntun. Dia kemudian mundur pada akhir musim 2017-2018.
Namun, Real Madrid kemudian mengalami krisis saat dipegang Julen Lopetegui dan Santiago Solari. Zidane akhirnya didaulat kembali menjadi pelatih Real Madrid pada Maret 2019.
Pada musim 2019-2020, Zidane mengantar Real Madrid menjuarai La Liga.
Pep Guardiola
Pep Guardiola punya trek rekor apik saat bermain untuk Barcelona. Bahkan, legenda Barcelona, Johan Cruyff, menganggap Guardiola sebagai salah satu gelandang terhebat di generasinya.
Selama berkarier sebagai pemain di Barca, Guardiola ikut mempersembahkan enam gelar La Liga, termasuk empat kali beruntun, pada periode 1990 hingga 1999. Ia juga mencicipi gelar Piala Champions dan empat trofi Piala Super Spanyol.
Saat kembali ke Barca sebagai pelatih, Guardiola juga menuai kesuksesan besar. Ia menangani Barcelona dari 2008-hingga 2012, dengan memenangi banyak gelar.
Dia menyabet tiga gelar La Liga, 2 trofi Liga Champions UEFA, 3 Piala Super Spanyol, 2 Piala Super UEFA, dan 2 Piala Dunia Antarklub FIFA.
Pep Guardiola saat ini menangani Manchester City.
Advertisement
Carlo Ancelotti
Carlo Ancelotti bermain di AC Milan selama lima tahun, tepatnya sejak 1987 hingga 1992. Dia dikenal sebagai gelandang yang tenang, tapi ulet dan kreatif.
Pada 2001 ia kembali ke AC Milan, tapi sebagai pelatih. Selama delapan tahun Ancelotti dipercaya menakhodai Rossoneri.
Era Ancelotti di AC Milan bergelimang kesuksesan. Dia membawa Rossoneri menyabet satu titel Serie A, 2 gelar Liga Champions, 2 Piala Super Eropa, satu trofi Super Coppa Italia, dan satu gelar Piala Dunia Antarklub.
Setelah itu Ancelotti mengembara ke berbagai klub besar seperti Chelsea, Bayern Munchen, Napoli, dan kini menangani Everton.
Johan Cruyff
Johan Cruyff adalah seorang jenius dan prestasinya yang luar biasa baik sebagai pemain maupun sebagai manajer berbicara sendiri. Dia adalah salah satu permata langka yang telah mendapat banyak pujian dengan mengubah cara permainan itu dimainkan.
Cruyff adalah orang yang membuat La Masia, akademi sepak bola terkenal yang menghasilkan legenda permainan seperti Xavi, Iniesta dan Messi, seperti sekarang ini. Cruyff adalah bakat generasi, memenangkan Ballon d'Or pada 3 kesempatan pada 1971, 1973 dan 1974.
Setelah pindah ke Barcelona pada 1973, ia bermain untuk klub tersebut hingga 1978 dan masing-masing memenangkan gelar La Liga dan Copa Del Rey. Setelah pensiun sebagai pemain pada tahun 1984, Cruyff kembali ke klub lamanya dalam kapasitas manajerial.
Johan Cruyff kembali ke Barcelona pada 1988 sebagai pelatih. Dia berhasil mengubah klub menjadi raksasa absolut. Dia memenangkan 11 gelar dalam 8 tahun di Barcelona yang termasuk 4 gelar La Liga berturut-turut dan satu trofi Liga Champions.
Sumber: Dari berbagai sumber
Advertisement