Bola.com, Jakarta - Dunia sepak bola dibuat gempar dengan kabar soal pagelaran Liga Super Eropa (European Super League). Gagasan ini mengundang polemik dan mendapat banyak resistensi.
European Super League sejatinya adalah ide yang telah lama dicanangkan. Kompetisi tersebut rencananya akan diikuti oleh sejumlah klub papan atas Eropa dan pada Senin (19/4/2021) dini hari WIB, 12 tim menyatakan keikutsertaannya dalam ajang tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Semuanya berawal pada tahun 2009 ketika presiden Real Madrid, Florentino Perez, mengkritik penyelenggaraan Liga Champions secara terbuka.
"Kami sudah menyepakati European Super League terbaru yang menjamin bahwa yang terbaik akan selalu bermain melawan yang terbaik - itu tidak terjadi di Liga Champions," kata Perez kepada the Telegraph.
Mulanya, perkataan Perez tidak dianggap serius oleh berbagai kalangan. Perbincangan pun nampaknya dilakukan di bawah radar hingga pada tahun 2018, Football Leaks membocorkan kabar soal adanya obrolan terkait pagelaran European Super League.
Pada tahun 2020, Josep Maria Bartomeu membuat pernyataan yang mengejutkan seiring dengan pengunduran dirinya selaku Presiden Barcelona. Ia mengungkapkan kalau pihak klub menerima proposal untuk ikut European Super League.
Lalu baru-baru ini, New York Times melaporkan kalau ada 12 klub dari Inggris, Italia, dan Spanyol yang sepakat menggelar European Super League. Laporan tersebut kemudian ditanggapi oleh UEFA dan FIFA yang disertai dengan kecaman.
Dua induk organisasi sepak bola tersebut menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat dalam European Super League akan mendapatkan hukuman keras. Klub tidak diperkenankan ikut kompetisi domestik, sementara para pemainnya dilarang bergabung dengan timnas negara masing-masing untuk ambil bagian dalam ajang internasional.
Ancaman tersebut tidak memberikan pengaruh apapun. Para 12 klub pendiri European Super League malah merilis pernyataan soal keterlibataannya secara terbuka kepada publik selang beberapa jam setelah UEFA dan FIFA melantangkan sikap tegasnya.
Hal ini menegaskan kalau aksi yang dilakukan 12 klub raksasa tersebut merupakan bagian dari protes mereka ke UEFA, yang selama ini dianggap tak adil dalam pembagian uang pemasukan sponsorship Liga Champions dan Liga Europa.
European Super League, pada mulanya, hanya sebagai tandingan dari Liga Champions. Kompetisi ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kompetisi domestik dan digelar tengah pekan.
Akan tetapi, kompetisi ini juga mendapatkan penolakan dari pentas sepak bola domestik. Ajang sepak bola tertinggi di Inggris, Premier League, menunjukkan sikapnya secara tegas.
"Premier League mengutuk setiap proposal yang menyerang prinsip-prinsip kompetisi terbuka dan prestasi olahraga yang menjadi inti piramida sepak bola domestik dan Eropa," begitu bunyi pernyataan Premier League.
"Fans dari klub mana pun di Inggris dan seluruh Eropa saat ini dapat bermimpi bahwa tim mereka bisa naik ke puncak dan bermain melawan yang terbaik. Kami percaya bahwa konsep European Super League akan menghancurkan impian ini."
Federasi sepak bola Inggris, FA, juga telah menyatakan sikap. "FA sudah menyadari beberapa klub Inggris tertentu berencana untuk membentuk European Super League tertutup dengan klub Eropa lain."
"Sudah jelas bahwa itu akan merusak sepak bola Inggris dan Eropa pada semua tingkat dan akan menyerang prinsip kompetisi terbuka dan prestasi olahraga, yang di mana itu penting untuk olahraga kompetitif."
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Konsep Berbeda dengan Liga Champions
Lantas, apa itu European Super League?
European Super League adalah kompetisi eksklusif di antara klub-klub besar Eropa.
European Super League akan melibatkan 20 tim dengan 15 tim peserta tetap dan 5 tim dikualifikasi setiap tahun.
Enam klub raksasa Liga Inggris yakni Liverpool, Man Utd, Man City, Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur adalah 6 di antara 15 peserta tetap.
Seluruh tim peserta akan dibagi ke dalam 2 grup yang masing-masing berisi 10 tim.
Pertandingan kandang dan tandang akan dilakukan pada babak perempat final dan semifinal, sementara final akan dilangsungkan di tempat netral.
European Super League menawarkan hadiah yang lebih besar dibandingkan Liga Champions yakni 310 juta poundsterling, sedangkan Liga Champions hanya 100 juta poundsterling.
Format kandang-tandang juga akan digunakan dalam kompetisi tersebut sebagaimana liga di berbagai negara. Tiga tim teratas dari masing-masing grup boleh berpartisipasi di babak perempat final, dan dua slot yang tersisa oleh pemenang play-off dua leg antara penghuni peringkat empat dan lima dari masing-masing grup.
Babak knockout sendiri nantinya akan digelar dalam format dua leg kecuali final, yang dilangsungkan dalam satu laga di tempat netral.
Advertisement
Kontestan Liga Super Eropa
- Juventus
- Inter Milan
- AC Milan
- Barcelona
- Real Madrid
- Manchester United
- Manchester City
- Chelsea
- Arsenal
- Liverpool
- Tottenham
Perlawanan Klub ke PSSI
Gonjang-ganjing yang sedang terjadi di Eropa ternyata pernah terjadi di Indonesia, tentunya dengan skala lebih kecil. Di Indonesia pada 2011 pernah mencuat breakaway league berlabel Liga Primer Indonesia.
Kompetisi tandingan tersebut lahir sebagai bentuk perlawanan kepada Nurdin Halid yang menakhodai PSSI.
PSSI rezin Nurdin dianggap sarat KKN yang menghancurkan sepak bola Indonesia. LPI digagas pengusaha kaya raya Arifin Panigoto. LPI diselenggarakan oleh Konsorsium PT Liga Primer Indonesia yang tidak berafiliasi dengan PSSI.
Sejumlah klub anggota PSSI: PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, dan Arema Indonesia ikut serta di dalamnya.
Penyelenggaraan kompetisi satu ini dianggap haram oleh PSSI. Mereka menjatuhkan hukuman pembekuan keanggotaan ke klub-klub pembangkang.
Konflik ini melebar, mencuat dualisme klub. Persebaya, Persija, dan Arema yang ikut LPI dianggap klub abal-abal, karena klub dengan nama serupa ikut serta dalam Indonesia Super League (ISL) kompetisi resmi milik PSSI.
LPI mulai bergulir pada 8 Januari 2011 dan selesai pada bulan Mei 2011 setelah menyelesaikan putaran pertama kompetisi.
Seiring dengan kisruh di tubuh PSSI dan dibentuknya Komite Normalisasi (KN) PSSI oleh FIFA, KN kemudian memutuskan untuk mengakui secara resmi LPI sebagai liga yg berjalan di bawah pengawasan PSSI.
Kongres Luar Biasa PSSI secara resmi menunjuk Djohar Arifin sebagai Ketua Umum PSSI anyar menggantikan Nurdin Halid yang tak diperbolehkan lagi oleh FIFA memimpin organisasi tertinggi sepak bola Tanah Air.
LPI mulai bergulir pada 8 Januari 2011 dan selesai pada bulan Mei 2011 setelah menyelesaikan putaran pertama kompetisi.Karena sudah diakui secara resmi kemudian LPI berubah bentuk menjadi Indonesia Premier League (IPL) yang kemudian memutar kompetisi musim 2012.
Persoalan tak berhenti sampai di sana karena mayoritas klub ISL melakukan pemberontakan, menolak bermain di IPL. Mereka tetap memutar kompetisi ISL yang berbalik berstatus sebagai breakaway league.
Advertisement
Dualisme Klub Berkepanjangan
Klub-klub ISL membentuk organisasi Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang menjadi PSSI tandingan. KPSI dipimpin oleh La Nyalla Mattalitti, anggota Komite Eksekutif PSSI yang tak puas pada kepemimpinan Djohar Arifin sebagai nakhoda PSSI.
Konflik panjang ini membuat FIFA kembali campur tangan, mereka memaksa PSSI menggelar KLB pada Maret 2013, dengan agenda utama merombak kepengurusan PSSI.
Pada KLB tersebut PSSI kembali bersatu. Mencuat titik kompromi, dengan menempatkan Djohar Arifin sebagai ketua didampingi La Nyalla sebagai wakil. Dalam kongres tersebut diputuskan membubarkan IPL, dan mengembalikan ISL menjadi kompetisi resmi PSSI.
Riak-riak konflik masih mengiringi PSSI rekonsiliasi, masih ada dua klub yang terlibat dualisme yakni Persebaya dan Arema Indonesia.
Pada Kongres PSSI 2016 persoalan dualisme bisa terselesaikan, setelah PSSI yang dipimpin nakhoda baru Edy Rahmayadi mengakui Persebaya versi LPI sebagai Persebaya yang legal. Di sisi lain, PSSI membiarkan dua Arema hidup berdampingan.
Tim Singo Edan versi yayasan yang ikut serta di LPI, dipersilahkan ikut serta dalam kompetisi Liga 3. Sementara Arema FC yang menjadi loyalis ISL bermain di kompetisi baru PSSI berlabel Liga 1.
Akankah Liga Super Eropa bakal memicu konflik berkepanjangan antara UEFA dengan klub-klub kaya penggagasnya? Bisa jadi.
Sumber: Berbagai sumber
Â