Bola.com, Jakarta - Penantian Inter Milan selama lebih dari satu dekade meraih trofi Serie A akan segera berakhir. Adapun rival sekota Inter, AC Milan mengalami nasib berbeda. Sempat dijagokan bakal menjadi kampiun, kini Milan mulai kendor. Alamak, kok bisa berbalik begitu ya.
Il Biscione menjadi penguasa Liga Italia pada periode 2005 sampai 2010. Inter Milan yang kala itu dimiliki taipan asal Italia, Massimo Moratti, berhasil merengkuh lima Scudetto secara beruntun.
Baca Juga
Advertisement
Akan tetapi, satu titel juara yakni musim 2005-2006 merupakan "pemberian". Pasalnya, Inter merengkuh trofi pada musim tersebut setelah sang juara, Juventus, dijatuhi sanksi terlempar ke Serie B akibat terlibat skandal pengaturan skor, Calciopoli.
Selepas itu, penampilan Inter Milan perlahan mulai menurun. Selain karena bangkitnya Juventus yang berhasil keluar dari jurang Serie B, Inter juga ditinggal sang presiden, Massimo Moratti.
Moratti memutuskan untuk menjual saham mayoritasnya di Inter Milan pada 1 Agustus 2012. Setelah gagal mencapai kesepakatan dengan konsorsium asal China, saham mayoritas Inter akhirnya dibeli International Sports Capital HK Ltd. yang dipimpin pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir, pada 15 Oktober 2013.
Kehadiran Erick Thohir di Inter Milan menimbulkan euforia bagi masyarakat Indonesia, terutama Interisti. Bahkan, seorang teman penulis yang merupakan pendukung Inter Milan garis keras, yakin Erick akan membawa tim kesayangannya kembali juara.
"Mantap nih Erick Thohir, pasti Inter bakal dibawa juara sama doi," ujar sang Interisti dengan rasa percaya diri yang terbilang lebay.
Namun nyatanya, prestasi Inter Milan tak kunjung membaik bersama Erick Thohir. Pencapaian terbaik skuad Biru-Hitam di bawah kuasa Erick Thohir hanya lah peringkat keempat di klasemen akhir Serie A musim 2015-2016.
Pada 6 Juni 2016, Erick memutuskan untuk menjual seluruh asetnya di Inter Milan kepada Suning Holdings Group, perusahaan asal China yang memiliki total kekayaan hingga triliunan rupiah. Di bawah pemilik baru dan suntikan dana segar dari China membuat Inter Milan bertekad untuk kembali berjaya di Serie A dan Eropa.
Namun, awal era baru Inter bersama Suning Holdings Group tak langsung berjalan mulus. I Nerazzurri masih kesulitan bersaing memperebutkan titel juara, baik di kompetisi domestik ataupun Eropa.
Hingga akhirnya, direksi Inter Milan yang dipimpin Steven Zhang menunjuk Antonio Conte sebagai pelatih pada musim panas 2019. Conte yang sukses mengembalikan hegemoni Juventus di Serie A setelah sempat terlempar ke Serie B, diharapkan mampu mengulangi prestasi serupa bersama Inter Milan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Antonio Conte Perlihatkan Magis di Inter Milan
Kehadiran Conte perlahan membawa perubahan di Inter, mulai dari formasi, gaya bermain, hingga skuad yang dimiliki. Pada musim perdana bersama Inter Milan, Antonio Conte mampu membuat timnya bersaing ketat dengan Juventus dalam merengkuh titel juara Serie A 2019/2020.
Selain di kompetisi dalam negeri, Inter juga tampil moncer di Liga Europa. Sayangnya, I Nerazzurri gagal meraih satu pun titel juara pada musim lalu.
Mereka harus mengakui keunggulan Juventus yang merengkuh trofi juara Serie A yang kesembilan secara beruntun. Adapun di Liga Europa, Inter Milan menyerah 2-3 dari Sevilla pada partai final.
Memasuki periode kedua sebagai pelatih Inter Milan, Antonio Conte melakukan pembenahan. Conte mendatangkan pemain-pemain yang sesuai dengan taktik dan gaya bermainnya pada bursa transfer musim panas tahun lalu, mulai dari Achraf Hakimi, Matteo Darmian, hingga Arturo Vidal.
Kehadiran nama-nama baru membawa dampak positif buat Inter Milan. Meski kandas di Liga Champions dan Coppa Italia, Inter tampil gacor di Serie A. Mereka tak terkalahkan dalam 17 laga terakhir di Liga Italia, dengan perincian 13 kemenangan dan empat hasil imbang.
Torehan tersebut membuat Il Biscione kini nyaman berada di puncak klasemen sementara Serie A dengan nilai 79. Mereka unggul hingga 11 poin atas Atalanta yang berada di peringkat kedua.
Dengan pertandingan musim ini yang menyisakan lima laga lagi, Inter Milan hanya membutuhkan satu kemenangan untuk meraih trofi Serie A yang ke-19. Andai berhasil mengalahkan Crotone di Stadio Ezio Scida, Sabtu (1/5/2021) malam WIB, Inter akan merengkuh gelar juara perdana di era kepemimpinan Steven Zhang.
"Kami telah bekerja keras dalam dua tahun terakhir, tidak hanya dari sudut pandang sepak bola saja. Kami juga sangat fokus dalam segi mental, karena sudah sejak lama sejak Inter tampil begitu kompetitif," ujar Antonio Conte.
"Kami memiliki musim lalu yang baik saat kami mencapai final Liga Europa dan mengakhiri klasemen liga di peringkat kedua, dan kami memiliki kesempatan yang sama pada musim ini. Kami begitu dekat dengan tujuan terpenting kami (menjuarai Serie A)," lanjut Conte.
Advertisement
Upaya AC Milan Bangkit Pasca-Era Silvio Berlusconi
Sama seperti Inter Milan, AC Milan juga mengalami periode sulit dalam 10 tahun terakhir. Sejak ditinggal sang presiden yang kaya raya, Silvio Berlusconi, pada 2008, Milan kesulitan bersaing meraih trofi juara.
Konflik kepemilikan saham klub sedikit banyak memengaruhi penampilan I Rossoneri di lapangan. Mulai dari Fininvest, lalu beralih ke Sino-Europe Sports Investment Management Changxing Co., lantas dijual ke Rossoneri Sport Investment Lux, dan kini sepenuhnya dikuasai oleh Elliott Management Corporation sejak 2018
Di bawah kendali Elliott Management Corporation, AC Milan mencoba untuk bangkit dari tidur panjangnya. Milan terakhir kali merengkuh trofi juara bergengsi adalah Serie A musim 2010/2011.
Namun, berbeda dengan Inter Milan yang mampu merekrut pelatih papan atas, AC Milan hanya bisa menunjuk allenatore "kelas dua". I Rossoneri sempat diasuh Gennaro Gattuso (2017-2019), Marco Giampaolo (2019), dan kini Stefano Pioli.
Ketika Milan menunjuk Pioli, penolakan pun muncul, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Bahkan, tagar #PioliOut menggema di jagat Twitter, sebelum sang pria resmi diumumkan sebagai pelatih I Rossoneri.
Sikap skeptis pendukung AC Milan seakan mendapat dukungan dari semesta. AC Milan tampil kurang meyakinkan pada awal kepemimpinan Pioli. Dalam 11 pertandingan perdana di Serie A, Stefano Pioli hanya mampu membawa Milan meraih tiga kemenangan, empat hasil imbang, dan menelan empat kekalahan.
Hasil tersebut membuat AC Milan terdampar di peringkat ke-12 klasemen Serie A musim lalu. Milan mendulang 22 poin hasil dari 18 laga, tertinggal hingga 23 angka dari Inter Milan yang menghuni puncak klasemen.
Namun, perlahan Pioli berhasil mendongkrak performa AC Milan. Pioli sukses membawa Milan menorehkan catatan tak terkalahkan dalam 12 laga terakhir di Serie A musim lalu.
Torehan tersebut membuat AC Milan yang sebelumnya terdampar di peringkat 14 klasemen Serie A berhasil finis di urutan keenam dengan nilai 66. Milan tertinggal 17 poin dari Juventus yang bercokol di peringkat teratas.
Anomali AC Milan
Memasuki musim 2020-2021, I Rossoneri tampil gacor. Bermaterikan pemain muda dan senior, AC Milan tak terkalahkan dalam 10 laga perdana di Serie A, dengan perincian delapan kemenangan dan dua hasil imbang.
Torehan tersebut membuat Milan bercokol di puncak klasemen Serie A dengan nilai 26. Il Diavolo Rosso unggul lima poin atas Napoli yang berada di peringkat kedua.
Tren bagus itu pun terus berlanjut hingga paruh musim. AC Milan menyandang status sebagai Campione d'Inverno atau juara musim dingin dengan koleksi 43 poin, hasil dari 13 kemenangan, empat hasil imbang, dan menelan satu kekalahan.
Namun selepas itu, AC Milan seperti kehabisan bensin. Badai cedera yang menghantam sejumlah pilar penting, termasuk Zlatan Ibrahimovic membuat Il Diavolo Rosso hanya meraih tujuh kemenangan, dua hasil imbang, dan menelan enam kekalahan dari 15 laga terakhir.
AC Milan pun bagaikan mengalami anomali. Sempat digadang-gadang menjadi kandidat juara, Milan kini terlempar ke posisi lima klasemen sementara Serie A dengan nilai 66. Milan tertinggal hingga 13 poin dari Inter Milan yang kukuh menghuni puncak klasemen.
Milanisti yang sempat menepuk dada menyusul hasil bagus yang didapat AC Milan kembali harus masuk ke gua. Penulis yang juga mendukung dan mengidolai Milan sejak dua dekade terakhir lagi-lagi mendapat cemoohan, karena menjagokan klub medioker.
"Hahaha... AC Milan udah kehabisan bensin, awal musim doang yang bagus. Sekarang udah loyo dan terlempar dari empat besar. Udah ikut aja Liga Santri," cemooh seorang rekan sejawat penulis.
Sedih? Pasti. Sebagai fan berat AC Milan, penulis ingin melihat I Rossoneri kembali berjaya, setelah ratusan purnama hanya bisa jadi penonton Juventus menguasai Serie A. Walau begitu tetap harus sportif, kesuksesan Inter Milan tetap harus diapresiasi. AC Milan... Usaha lagi ya musim depan. Saya dan jutaan suporter kalian tetap setia mendukung.
Sumber: Berbagai sumber
Advertisement