Bola.com, Jakarta - Boikot sepak bola Inggris terhadap media sosial sebagai protes terhadap pelecehan rasialisme online diikuti oleh FIFA dan UEFA serta sejumlah olahraga lainnya. Liga Italia pun mengikut langkah serupa.
Boikot empat hari yang belum pernah terjadi sebelumnya dimulai Sabtu kemarin sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa platform seperti Twitter dan Facebook, yang juga memiliki Instagram, tidak berbuat cukup untuk memerangi rasialisme daring terhadap pemain sepak bola.
Advertisement
"FIFA mendukung inisiatif dari sepak bola Inggris untuk menyerukan diskriminasi dan pelecehan ofensif lainnya di media sosial," kata badan sepak bola dunia itu dalam sebuah pernyataan. "Hal seperti itu tidak memiliki tempat dalam sepak bola atau masyarakat secara umum dan kami sangat mengutuknya."
"Kami percaya bahwa pihak berwenang dan perusahaan media sosial harus mengambil langkah nyata dan efektif untuk mengakhiri praktik yang menjijikkan ini karena praktik ini semakin buruk sepanjang waktu dan sesuatu perlu dilakukan, dan dilakukan dengan cepat, untuk menghentikannya."
Minggu lalu presiden UEFA Aleksander Ceferin, di kongres tahunan organisasinya, mengeluarkan teguran keras. "Mereka adalah para pengecut yang bersembunyi di balik anonimitas mereka untuk memuntahkan ideologi berbahaya mereka."
"Membiarkan budaya kebencian tumbuh dengan impunitas adalah hal yang berbahaya, sangat berbahaya, tidak hanya untuk sepak bola, tapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan," katanya.
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Langkah Nyata Manchester United
Menjelang boikot, Manchester United menerbitkan statistik yang menyoroti skala masalahnya. United telah melakukan peninjauan mendalam terhadap aktivitas online dari September 2019 hingga Februari 2021 untuk memeriksa kata-kata kasar yang digunakan terhadap nama pemain atau nama akun dan menutupi komentar rasis, homofobik, dan kasar.
Analisis tersebut menemukan bahwa sejak September 2019, telah terjadi peningkatan yang mengejutkan sebesar 350% dalam pelecehan yang ditujukan kepada pemain klub, di mana 86% di antaranya terkait isu rasialisme.
"Kami telah aktif berkampanye melawan diskriminasi selama beberapa waktu melalui inisiatif All Red All Equal kami. Tingkat dukungan yang kami terima untuk pekerjaan ini dari para penggemar kami sangat membesarkan hati, tetapi angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun demikian, tingkat pelecehan yang diterima para pemain dan penggemar kami terus meningkat," kata Richard Arnold, Group Managing Director United.
Dalam olahraga lain, konfederasi Liga Rugby Eropa bergabung dengan mitra kelembagaan RFL, Liga Super, dan Piala Dunia Liga Rugbi 2021 bergabung dalam sesuatu yang dinamai media blackout ini.
Sumber: Inside World Football
Advertisement