Bola.com, Jakarta - Pesepak bola level elite di Eropa menikmati kehidupan glamour. Mengantungi gaji tinggi per pekan, mereka bisa beleha-leha membeli barang-barang mewah dan hidup nyaman dengan seabrek harta.
Namun, untuk sampai ke level itu dibutuhkan perjuangan, tidak semua orang berhasil melakukannya. Selain faktor bakat, keberuntungan juga memegang peranan penting sehingga seorang pesepak bola bisa bermain di klub-klub besar. Tak semua orang bisa menjadi Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo.
Baca Juga
Hasil Lengkap dan Klasemen Liga Inggris Malam Ini: Chelsea Dipecundangi Fulham, Man City Bermain Remis pada Boxing Day
Hasil Leg 1 Semifinal Piala AFF 2024: Vietnam Ngamuk di Singapura, Drama Gol Injury Time Menang Telak
BRI Liga 1: Ong Kim Swee Ungkap Posisi Krusial di Persis Solo yang Perlu Tambahan Pemain Baru di Bursa Transfer
Advertisement
Di level bawah sepak bola bukan pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Banyak pemain harus menjalani pekerjaan sambilan untuk bisa bertahan hidup.
Ada beberapa contoh pemain yang memiliki pekerjaan alternatif sebelum mereka naik kelas dan merasakan kesuksesan di puncak. Siapa saja mereka?
Video
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Charlie Austin
Charlie Austin memulai kariernya di sepak bola amatir pada tahun 2006 sebelum naik tingkat menjadi profesional tiga tahun kemudian.
Sebelum berkiprah di tim Championship, Swindon Austin adalah seorang tukang batu, meletakkan batu bata untuk mencari nafkah. Namun, kehidupan berubah menjadi lebih baik bagi pemain berusia 20 tahun itu.
Striker tersebut kemudian bermain di Liga Utama Inggris (dengan Queens Park Rangers, Southampton dan West Bromwich Albion). Dia juga berada di titik puncak untuk melakukan debutnya di Timnas Inggris, walau kariernya di level timnas tak panjang.
"Orang-orang bertanya kepada saya: 'Bisakah Anda menjelaskan bagaimana Anda melakukannya?' Tapi saya tidak bisa menjelaskannya," kata Austin.
"Saya dapat menjelaskan apa yang saya rasakan tetapi saya tidak dapat menjelaskan apa yang telah terjadi. Datang dari tempat saya dulu, hingga sekarang bisa bermain di level atas sepak bola Inggris ... apa yang dapat Anda katakan? Sungguh tidak dapat dipercaya," tutur pemain berusia 31 tahun itu.
Advertisement
Iain Dowie
Agak berbeda dengan pemain-pemain lain di daftar ini, Iain Dowie menjalani kehidupan yang nyaman di luar sepak bola. Salah satu striker beken di Liga Inggris tahun 1990-an. yang mencatatkan lebih dari 300 penampilan berbagai klub, adalah seorang ilmuwan rudal.
Sekarang 54 tahun, yang memulai karir bermainnya di Liga Amatir Inggris, dicari pemandu bakat asal Chelsea dan Sheffield United. Dia menolak pindah ke Sheffield karena dia ditawari kurang dari apa yang dia dapatkan dari pekerjaannya sebagai insinyur rudal.
Dowie bercerita soal hal ini di podcast "Quickly Kevin, Will He Score?:
"Chelsea, Doncaster, Sheffield United dan Luton ingin merekrut saya. Apa yang harus saya lakukan? Harry Bassett (manajer Sheffield United) menawarkan gaji kurang dari apa yang saya terima di tempat kerja. Saya adalah seorang insinyur rudal. Saya bersusah payah meraih gelar magister mekanik, kenapa saya harus bersusah-susah bermain sepak bola dengan bayaran kecil. Mohon maaf jika saya menolak tawaran mereka."
Peter Schmeichel
Peter Schmeichel, penjaga gawang Manchester United yang meraih treble bersejarah pada 1999, secara luas dianggap sebagai salah satu penjaga terbaik yang pernah menghiasi Premier League.
Tetapi jauh sebelum dia menjadi profesional, Schmeichel melakukan pekerjaan serabutan seperti bekerja di pabrik, membersihkan rumah orang tua, dan menjalankan tugas dengan Dana Margasatwa Dunia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pekerjaan sepak bola pertama sang kiper legendaris itu bersama tim bernama Hvidovre di negara asalnya, Denmark pada tahun 1984.
Dia kemudian bermain untuk Brondby, salah satu tim top di negaranya, sebelum raksasa Inggris Manchester United datang meminangnya pada tahun 1991. Dan setelah itu kehidupannya berubah draktis.
Di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, Schmeichel memenangkan lima gelar Liga Inggris, tiga Piala FA, dan satu Liga Champions di klub tersebut.
Advertisement
Miroslav Klose
Miroslav Klose adalah pencetak gol terbanyak sepanjang masa dalam sejarah Piala Dunia dan menjadi mencetak gol terbanyak untuk Jerman di pentas sepak bola internasional.
Dalam kariernya yang bertingkat untuk klub dan negara, pemain berusia 42 tahun itu memenangkan sebagian besar kompetisi utama yang dia ikuti. Tetapi Klose menjalani menjadi tukang kayu magang sebelum melakukan debut profesionalnya pada tahun 1998.
Klose, yang pindah dari Polandia ke Jerman pada usia delapan tahun, tidak berbicara sepatah kata pun dalam bahasa Jerman. Dia juga tidak yakin akan karier di sepak bola, karena anak-anak tetangga menolak untuk bermain dengannya.
Klose yang berusia 16 tahun telah lulus ujian pertukangan untuk menjadi 'pekerja harian', tetapi Tuhan punya rencana lain buat dirinya.
Untuk sementara waktu, Klose nyambi bermain sepak bola dan pertukangan di klubnya SG Blaubach-Diedelkopf. Ia kemudian memutuskan 100 persen sepak bola sebagai jalan hidupnya.
"Setelah beberapa bulan sebagai Journeyman, saya dipindahkan ke Homburg dan sejak saat itu di kepala saya hanya tentang sepak bola," katanya.
Jamie Vardy
Leicester City secara sensasional menjadi juara Premier League 2015-2016. Tak ada pengamat yang menjagokan mereka.
Kemenangan itu semakin mengesankan karena pasukan Claudio Ranieri, yang berada di peringkat luar 5000-1 di bursa taruhan untuk memenangkan kompetisi di awal musim, nyaris tidak berhasil lolos dari degradasi pada musim sebelumnya.
Kemenangan The Foxes ditulis oleh protagonis yang tidak terduga, Jamie Vardy, yang mencetak 24 gol liga.
Vardy, yang ditolak oleh Sheffield United saat berusia 16 tahun, dulu bekerja di pabrik serat karbon pada siang hari dan bermain sepak bola amatir membela Halifax Town pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan.
Pria berusia 34 tahun itu mengenang momen-momen susahnya.
"Saya bekerja sebagai teknisi serat karbon. Pekerjaan saya termasuk para pekerja yang membuat alat pendukung untuk penderita patah tulang. Kami bekerja keras dan terus mengangkat barang berat ratusan kali sehari. Pekerjaan itu benar-benar merusak punggung saya. Pada siang hari saya bekerja berjam-jam kemudian bermain sepak bola di malam hari. ”
Dia pindah ke Fleetwood, di mana eksploitasi mencetak golnya menarik perhatian tim Championship Leicester City.
The Foxes mengeluarkan duit 1 juta pounds pada tahun 2012 untuk mendaratkan Vardy. Apa yang terjadi selanjutnya adalah bak dongeng.
Setelah membantu Leicester City memenangkan Championship 2013-2014 Vardy mendapatkan hadiah yang lebih besar dua tahun kemudian ketika ia menjadi juara Liga Inggris. Baru-baru ini bersama klubnya sang striker memenangkan Piala FA 2020-2021.
Sumber: Sportskeeda
Advertisement