Bola.com, Jakarta - Lionel Messi meraih Ballon d'Or 2021, Selasa (30/11/2021) dini hari WIB. Kritik dan kontroversi mengiringi penghargaan bergengsi yang diprakarsai media kenamaan Prancis bernama France Football itu.
Ini merupakan trofi ke-7 bagi Lionel Messi. Dia memegang rekor koleksi Ballon d'Or terbanyak, belum ada yang bisa mendekati torehan tersebut, bahkan diklaim tak akan terlewati lagi oleh siapapun.
Baca Juga
Advertisement
Robert Lewandowski berada di posisi kedua, disusul Jorginho di peringkat ketiga. Cristiano Ronaldo dan Mohamed Salah, menariknya, terlempar dari urutan lima besar.
Lewandowski tetap mendapatkan penghargaan berupa Striker of the Year. Agaknya, trofi tersebut diberikan tak lebih dari sekadar obat kekecewaan, sebab banyak yang merasa striker Bayern Munchen itu lebih layak meraih Ballon d'Or ketimbang Messi.
Secara individu, sulit menampik bahwa Messi memang berada di level tertinggi. Tapi kalau bicara pengaruhnya buat tim, sepanjang 2021 tak banyak yang berhasil digenggam pemain berjulukan La Pulga tersebut.
"Sangat sangat tidak layak," kata Toni Kroos dalam podcast-nya.
"Memang betul bahwa Messi dan Ronaldo adalah dua pemain terbaik sedekade ini, tapi Ballon d'Or 2021 harusnya buat orang lain."
"Makin sulit buat saya memercayai penghargaan dalam sepak bola. Messi memang satu di antara yang terbaik, tapi kita semua tahu siapa pemain yang paling bersinar tahun ini. Itu tidaklah sulit," tambah Iker Casillas.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Messi Sepakat Lewandowski Harus Punya Trofi Ballon d'Or
Tak cuma pelaku sepak bola saja, para netizen penikmat si kulit bundar pun banyak yang merasa kalau Robert Lewandowski dirampok. Banyak yang menilai bahwa Lewy, sapaan karibnya, lebih pantas mendapatkan Ballon d'Or.
Sama seperti Messi, Lewandowski pun terbilang konsisten, baik secara individu maupun tim. Musim kemarin saja, striker Timnas Polandia itu memecahkan rekor Gerd Muller dan juga Bundesliga dengan torehan 41 gol!
Messi, di sisi lain, juga tetap keluar sebagai top scorer Liga Spanyol. Namun ia gagal memberikan dampak signifikan buat Barcelona musim lalu.
Gagal di Liga Champions dan Liga Spanyol, Barcelona hanya sanggup memenangi Copa del Rey. Kemudian bersama Timnas Argentina, ia menjuarai Copa America.
Saat berbicara di venue Ballon d'Or 2021, Messi juga menuturkan bahwa Lewandowski layak mendapatkan gelar tersebut, setidaknya jika edisi sebelumnya tidak dibatalkan karena pandemi virus corona.
"Saya rasa Anda pantas mendapatkan Ballon d'Or. Tahun lalu semua orang pasti sepakat kalau Anda pemenangnya, dan saya rasa France Football harus memberikan trofi ini. Anda harus memiliki ini di rumah Anda," kata Messi.
Advertisement
Bagaimana Tata Cara Pemilihan Pemenang Ballon d'Or?
Pada Ballon d'Or 2021, Lionel Messi meraih poin tertinggi, hasil voting jurnalis dari 170 negara. Ia total mendapatkan 613 poin, unggul 33 poin dari Lewandowski di posisi kedua.
France Football selaku penggagas Ballon d'Or awalnya merilis 30 pemain terpilih. Ini murni dari tim redaksi atau editorial media Prancis tersebut.
Kemudian, jurnalis dari seluruh dunia diberikan hak voting kepada tiga pemain. Total poin akan diakumulasi sehingga akan keluar urutan pemain dari 1-30.
France Football lantas mengambil lima kandidat sesuai hasil voting tersebut, lalu dijejerkan dengan order of merit system, yang mana mengacu pada tiga hal, yakni performa individu dan tim, aspek talenta dan fairplay, serta penilaian pemain sepanjang kariernya.
Jurnalis terpilih kembali diberikan hak untuk memilih tiga pemain lagi dari top 5 berdasarkan perhitungan merit yang kompleks dari France Football itu tadi. Di sinilah pentingnya voting para jurnalis.
Mereka akan memilih tiga pemain secara berurutan. Artinya, pemain pilihan nomor satu akan mendapatkan poin lebih banyak. Pemain yang menempati urutan pertama yang dipilih juri akan mendapat 6 poin. Sedangkan pemain di peringkat kedua mendapat 4 poin, di peringkat ketiga 3 poin, peringkat keempat 2 poin, dan peringkat kelima 1 poin.
Absurd
Seperti disebutkan di awal, ada kontroversi yang mengiringi Ballon d'Or 2021. Dari order of merit saja ada ke-absurd-an yang menimbulkan tanda tanya besar.
Bandingkan dengan pemilihan MVP di NBA yang acuannya jelas. Gelar MVP akan diberikan kepada pemain yang berkontribusi besar terhadap timnya di musim reguler dalam satu musim liga bola basket Amerika berdasarkan data dan statistik. Kans meraih gelar MVP juga semakin besar jika timnya lolos ke fase playoff, apalagi sampai juara.
Karena Ballon d'Or bersifat 'dunia', tentu pemain di tim yang menjuarai Piala FA, akan sulit beradu dengan pemain di tim yang menenangi Piala Dunia, Eropa, atau Liga Champions misalnya.
Kriteria aspek talenta dan fairplay ini sangat bias sehingga sulit menentukannya. Di mana batasannya? Apakah mencetak gol dengan menggiring bola dari ujung lapangan ke gawang lawan lebih berkelas ketimbang penyelamatan kiper? Apakah menggocek empat lawan tapi tidak gol lebih oke daripada mencetak gol 'biasa' namun menentukan hasil akhir?
Lalu ada penilaian keseluruhan karier. Apa maksudnya? Tentu akan tidak bisa pemain di belahan dunia lain yang tidak pernah berlaga di Liga Champions bersanding dengan Cristiano Ronaldo yang langganan di sana. Value sebuah kompetisi jelas berbeda, tapi bukan berarti satu lebih canggih daripada yang lain.
Belum lagi tentang kans pemain yang bukan striker atau gelandang memenangi Ballon d'Or. France Football mengakalinya dengan menyediakan penghargaan Yashin Trophy agar kiper bisa meraih trofi. Biar adil?
Fabio Cannavaro menjadi satu-satunya nonstriker yang keluar sebagai peraih Ballon d'Or, tepatnya pada 2006. Lev Yashin, pada 1963, jadi satu-satunya kiper yang meraih penghargaan tersebut.
Advertisement
Kontroversi dan Luapan Kekecewaan Cristiano Ronaldo
View this post on Instagram
Media Jerman, Bild, tanpa ragu menyebut Ballon d'Or 2021 sebagai skandal. Lewat pemberitaannya, mereka mengklaim France Football tidak kompeten dalam pemilihan pemain.
"Kenapa Messi lagi? Lewandowski cuma kedua, Ronaldo bahkan jauh di belakang. Skandal pemilihan," tulisnya.
Indikasi lain adanya keanehan ini terletak pada Messi itu sendiri. Seperti diketahui, keberhasilan PSG merekrut Messi jadi berkah tersendiri buat Prancis. Ligue 1, kompetisi sepak bola antarklub tertinggi di Prancis, dilaporkan meraup untung besar setelah kehadiran Messi dari sisi hak siar televisi.
Mengacu pada kritikan Ronaldo yang menuduh France Football menggunakan namanya untuk mempromosikan Ballon d'Or dan France Football itu sendiri, segalanya jadi masuk akal. Bintang Manchester United itu menyebut Pascal Ferre, pemimpin redaksi France Football dan pendiri Ballon d'Or sebagai pembohong.
Pekan kemarin, Pascal Ferre dengan gamblang mengatakan bahwa ambisi Cristiano Ronaldo adalah meraih gelar Ballon d'Or sebanyak-banyaknya, melebihi pencapaian Lionel Messi.
Sekitar satu jam sebelum malam penganugerahan Ballon d'Or 2021, Cristiano Ronaldo buka suara.
"Saya ingin berbicara tentang pernyataan Pascal Ferre, di mana dia mengatakan bahwa satu-satunya ambisi saya adalah mengakhiri karier sepak bola saya dengan lebih banyak gelar daripada Lionel Messi, dan itu bohong."
Menurut Ronaldo, Ferre melakukan hal tersebut untuk mempromosikan Ballon d'Or.
"Pascal Ferre telah menggunakan nama saya untuk mempromosikan dirinya dan posisi di mana dia bekerja. Tidak dapat diterima bahwa orang yang dipercayakan untuk memberikan penghargaan bergengsi seperti itu menghina saya yang selalu menghormati sepak bola Prancis dan Ballon d'Or. Dan dia masih berbohong hari ini untuk membenarkan ketidakhadiran saya dalam acara tersebut."
Kan, bisa saja France Football 'mengagungkan' pemain Prancis ketimbang Messi. Seharusnya bisa, tapi satu dekade terakhir banyak pesepak bola asal Prancis yang justru sering dibombardir dengan pemberitaan miring.
Misalnya saja, Karim Benzema, terkait kasus pemerasan yang membuatnya ditolak masuk Timnas Prancis, yang jika bukan desakan dari publik mungkin tak akan berlaga di Euro 2020. Kemudian tuduhan bahwa Nicolas Anelka merusak atmosfer Timnas Prancis pada Piala Dunia 2010, yang baru-baru ini terbukti tidak benar.
Isu rasialisme menyangkut imigran dan 'orang asli' Prancis lebih sering disorot ketimbang penampilan para pemainnya.
Tak heran muncul banyak praduga bahwa Ballon d'Or, lewat jalur France Football, kembali dimenangi oleh Lionel Messi, pemain andalan PSG, tim kebanggaan Prancis. Apalagi mengetahui pengaruh luar biasa Messi dari sisi pamor dan hak siar Ligue 1.
Saking tidak ada lagi top 10 pemain asli Prancis, kecuali Benzema yang juga keturunan, makanya Messi saja sekalian walaupun bukan orang Prancis. Apakah langkah ini ditempuh supaya mengharumkan Liga Prancis, if not the France itself?