Bola.com, Jakarta - Nasib sial dialami Pierre-Emerick Aubameyang di Arsenal. Bomber asal Gabon itu dicopot jabatannya sebagai kapten tim lantaran bersikap indisipliner. Namun, dalam perjalanan sepak bola, cukup banyak pemain yang dicabut jabatannya sebagai kapten tim dengan penyebab yang berbeda.
Pierre-Emerick Aubameyang mendapatkan hukuman dari Arsenal lantaran berlaku tidak profesional. Mendapatkan izin untuk menemui ibunya di Prancis, Aubameyang tidak memenuhi permintaan klub untuk kembali sesuai dengan waktu yang telah diminta oleh klub.
Advertisement
Akhirnya Arsenal pun mengeluarkan sanksi, termasuk mencabut jabatannya sebagai kapten The Gunners, dan juga mengeluarkannya dari skuad untuk laga kontra West Ham United. Aubameyang seakan diasingkan dari timnya sendiri.
Namun, Aubameyang bukanlah pesepak bola pertama yang harus merasakan hukuman pencopotan ban kapten oleh tim. Sejumlah pesepak bola top lain juga pernah merasakannya. Bahkan dengan sejumlah alasan yang cukup menarik, termasuk perselingkuhan.
Siapa saja pesepak bola top yang pernah merasakan pencabutan ban kapten yang telah melingkar di lengannya?
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
John Terry (Timnas Inggris)
Satu yang paling diingat adalah John Terry, mantan bek Chelsea dan Timnas Inggris. John Terry tak hanya menjadi bek di kedua tim itu, tapi juga menjadi kapten.
John Terry adalah pemain yang dianggap paling berbakat di posisi bek tengah di Timnas Inggris maupun di Premier League. Ia dianggap konsisten memperlihatkan permainan apik bersama Chelsea maupun The Three Lions.
Namun, Terry kehilangan ban kapten dari lengannya pada 2010 menyusul adanya dugaan ia melakukan perselingkuhan dengan kekasih dari rekan setimnya.
Setelah sempat mendapatkan ban kapten lagi untuk Timnas Inggris, Terry kembali kehilangan lagi pada 2012 setelah sebuah insiden di mana ia dituduh melakukan pelecehan rasial.
Â
Advertisement
Samuel Eto'o (Timnas Kamerun)
Striker yang satu ini dianggap sebagai satu di antara penyerang terhebat di generasinya, di mana ia memiliki kemampuan mencetak gol yangg luar biasa bersama sejumlah klub berbeda di berbagai negara.
Samuel Eto'o juga mencetak 56 gol untuk tim nasionalnya dan membantu mereka dua kali menjuarai Piala Afrika dan meraih medali emas Olimpiade.
Namun, setelah performa buruk yang diperlihatkannya bersama Timnas Kamerun di Piala Dunia 2014 di Brasil, Eto'o digantikan oleh Stephane M'Bia. Pencabutan ban kapten itu memicu Eto'o akhirnya memutuskan untuk pensiun lebih cepat dari tim nasional.
Â
Neymar (Timnas Brasil)
Kontroversi tampaknya begitu lekat dengan penyerang Paris Saint-Germain (PSG) itu dan Copa America 2019 terbukti menjadi satu di antaranya.
Meski telah ditunjuk sebagai kapten tim hanya delapan bulan sebelumnya, pemain berusia 29 tahun itu digantikan oleh Dani Alves karena akibat dari beberapa masalah yang melibatkannya di luar lapangan.
Namun, Brasil tetap mengandalkan Neymar dalam beberapa tahun terakhir, di mana mantan pemain Barcelona itu memecahkan rekor yang dibuat Cristiano Ronaldo sebagai pencetak gol terbanyak nomor dua untuk tim nasional pada tahun lalu.
Â
Advertisement
Mauro Icardi (Inter Milan)
Hubungan antara Mauro Icardi dengan Inter Milan dan suporternya bisa digambarkan sebagai cinta dan benci. Penembak jitu itu membuat marah ultras klub menyusul hal kontroversial dalam otobiografinya yang diterbitkan pada 2016, di mana mereka menyerukan pemecatan sebagai kapten Nerazzurri.
Masalah tersebut segera hilang dan ia kembali menjadi kesayangan InterMilan. Namun, pada pertengahan musim 2018/2019, Icardi harus menyerahkan ban kapten karena sengketa kontrak baru.
Tentu saja itu menyebabkan kemarahan penggemar dan menimbulkan spekulasi mengenai masa depan sang striker. Akhirnya Mauro Icardi mengucapkan perpisahan kepada publik Giuseppe Meazza ketika bergabung bersama PSG dengan status pinjaman selama jendela transfer 2020.
Â
Granit Xhaka
Nasib Granit Xhaka di Arsenal sempat tidak cukup jelas sejak kepindahan besar dari Borussia Monchengladbach pada 2016. Dua musim pertama Xhaka bertepatan dengan tahun-tahun akhir Arsene Wenger di Arsenal, dan pada awal 2019/2020, suksesor manajer asal Prancis itu, Unai Emery, memberikan ban kapten kepada Xhaka setelah Laurent Koscielny pergi.
Namun, hanya dalam satu bulan menjadi kapten, hubungannya dengan para penggemar Arsenal mencapai titik didih dalam konfrontasi yang begitu terkenal di Emirates Stadium.
Dalam pertandingan melawan Crystal Palace pada Oktober 2020, wasit keempat memberikan isyarat Xhaka ditarik keluar lapangan, yang disambut dengan sorakan dari sebagian besar penggemar Arsenal, dan cemoohan berikutnya ketika sang gelandang berjalan ke pinggir lapangan.
Ia meresponsnya dengan sini sembari mengangkat lengannya, mengatupkan telinga dan melepas jersey Arsenal saat menuju langsung ke terowongan.
Setelah itu, Emery menyebut perilakunya sebagai sesuatu yang salah dan peran sebagai kapten dicabut, di mana kemudian Pierre-Emerick Aubameyang yang mendapatkan ban kapten tersebut.
Sumber: Squawka
Â
Advertisement