Sukses


10 Playmaker Terbaik Era 1990-an: Ikonik, Gayanya Melekat Sampai Sekarang

Bola.com, Jakarta - Sepak bola era 1990-an meninggalkan cerita abadi, termasuk deretan bintang yang bersinar selama dekade tersebut.

Para bintang sepak bola pada masa itu masih terus dikenang sampai sekarang, dengan berbagai cerita menarik dan gaya yang unik. 

Menurut Planet Football, pepatah mengatakan bahwa striker memenangkan pertandingan sementara bek memenangkan gelar. Playmaker? Playmaker memenangkan hati.

Para gelandang di beberapa posisi ini akan mengisi lini yang cukup vital, termasuk posisi playmaker.

Posisi ini identik dengan satu pemain tengah yang menjadi tumpuan permainan. Dengan berada di belakang para penyerang, atau sedikit turun ke bawah, mereka akan membuka ruang dan membangun skema permainan tim.

Era 1990-an, ada 10 playmaker terbaik versi Planet Football. Siapa saja?

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 11 halaman

Dejan Savicevic

Legenda AC Milan yang memperkuat Timnas Yugoslavia dengan 56 caps selama 13 tahun. Dia menjadi kepala FA Montenegro selama 16 tahun.

 

3 dari 11 halaman

Abedi Pele

Dinobatkan sebagai Man of the Match di final Liga Champions 1993 bersama Marseille. Pele adalah playmaker yang bersanding dengan Rudi Voller, Alen Boksic, Chris Waddle, Jean-Pierre Papin dan Eric Cantona.

Juara Piala Afrika 1982 bersama Ghana, pensiun pada 1998. Dia dinobatkan sebagai pemain terbaik Afrika dalam tiga tahun berturut-turut pada awal 1990-an.

4 dari 11 halaman

Robert Prosinecki

Prosinecki dinobatkan sebagai pemain muda terbaik Piala Dunia 1990. Prosinecki juga menempati urutan keempat Pemain Terbaik Dunia pada tahun 1991.

Dari Red Star Belgrade, dia bergabung dengan Real Madrid, di mana dia tinggal selama tiga musim, dan Barcelona satu musim.

5 dari 11 halaman

Dennis Bergkamp

 

Dennis Bergkamp bermain di Arsenal pada periode 1995 hingga 2006. Dia berada pada generasi emas skuad The Gunners. Dia bermain satu tim dengan Thierry Henry dan kawan-kawan sebagai juru gedor Arsenal.

Dia berbakat dan terampil secara sensasional, tetapi itu semua dicapai melalui latihan dan komitmen.

6 dari 11 halaman

Rui Costa

 

Rui Costa, tidak pernah konsisten tetapi selalu mampu menjadi istimewa dan karenanya sangat layak ditonton. Tahun-tahun terbaiknya di AC Milan mungkin terjadi setelah akhir tahun 1990-an, tetapi kariernya di Fiorentina cukup menjadi alasan untuk memasukkannya dalam daftar ini.

7 dari 11 halaman

Paul Gascoigne

Gascoigne adalah seorang playmaker antik, menjadi pemain Inggris yang paling terampil. Tetapi pada akhir 1990-an karier dan hidupnya sudah terkoyak oleh efek ketidakdewasaan dan kecanduan.

8 dari 11 halaman

Gheorghe Hagi

Klak-blakan, kontroversial, dan sangat berbakat, tidak mengherankan jika Gheorghe Hagi dijuluki 'Maradona of the Carpathians'.

Gelandang asal Rumania itu kurang konsisten dibandingkan Maradona, tetapi tidak kalah mampu membuat Anda ternganga. Anda bisa memaafkan inkonsistensi dalam diri seorang pemain yang memiliki kemampuan passing dan visi yang paling indah.

9 dari 11 halaman

Roberto Baggio

Roberto Baggio mungkin adalah pemain yang membuat Italia kalah di Piala Dunia 1994 dengan penaltinya yang buruk, tetapi Il Divin Codino pantas mendapatkan reputasi yang jauh lebih baik dari itu.

10 dari 11 halaman

Zinedine Zidane

Kesuksesan Zidane datang menjelang akhir 1990-an dan seterusnya, termasuk Piala Dunia 1998, Euro 2000 dan seluruh jejaknya di Real Madrid Madrid.

“Dia adalah pemain spesial,” kata rekan setimnya di Juventus Edgar Davids pada tahun 1997.

“Dia menciptakan ruang di mana tidak ada ruang. Tidak peduli di mana dia mendapatkan bola atau bagaimana bola itu datang kepadanya, dia bisa keluar dari masalah.”

11 dari 11 halaman

Michael Laudrup

Pada 1989-1996, pemain terbaik Denmark adalah pesepak bola terbaik Eropa. Namun, dia tidak hanya gagal memenangkan Ballon d'Or, dia bahkan tidak pernah masuk tiga besar.

Pada awal 1990-an, Laudrup telah mencatatkan 58 caps untuk negaranya (dan mencetak 23 gol), memenangkan gelar Serie A bersama Juventus dan dua kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Denmark.

Empat gelar La Liga berturut-turut di Barcelona sebelum pindah ke Real Madrid dan segera memenangkan gelar di sana juga. Satu-satunya penyesalan adalah melewatkan Euro 1992 bersama Denmark.

Sumber: Planet Football

Sepak Bola Indonesia

Video Populer

Foto Populer