Bola.com, Jakarta - Masa depan gelandang Manchester United (MU), Paul Pogba, terus menggantung. Pemain asal Prancis itu akan kehabisan kontrak pada musim panas ini dan kini makin dekat dengan kemungkinan pergi dari Old Trafford, di mana rival sekota MU, Manchester City, berpotensi besar jadi pelabuhan barunya.
Sementara Manchester United masih berharap bisa memperpanjang masa bakti Paul Pogba di Old Trafford, sang pemain diyakini terbuka untuk bergabung bersama klub Premier League lainnya. Man City menjadi klub yang memiliki kemampuan finansial yang bagus untuk memenuhi permintaan gaji pemain yang membawa Prancis menjuarai Piala Dunia 2018 itu.
Baca Juga
Advertisement
Namun, jika benar-benar nantinya bergabung bersama Man. City, Paul Pogba bukanlah pemain pertama yang berganti klub yang merupakan rival bebuyutan. Sebelumnya, pemain asal Argentina, Carlos Tevez, juga meninggalkan Old Trafford dan bergabung bersama City pada 2009 lalu.
MU dan Man City memang bukan satu-satunya rivalitas besar dalam dunia sepak bola, di mana dramanya selalu menarik untuk disaksikan. Sejumlah pemain yang membela klub lain pun pernah melakukan perpindahan ke klub rival utamanya.
Seperti dilansir Mirror, berikut ini empat pemain yang pernah memutuskan untuk pindah klub dan bergabung bersama musuh bebuyutan, yang mungkin saja bakal dilakukan oleh Paul Pogba.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Carlos Tevez
Sebenarnya kepindahan pemain dari Manchester United dan kemudian berlabuh ke Manchester City cukup banyak. Sebelumnya ada Peter Schmeichel dan Andy Cole yang juga bergabung bersama Man City.
Namun, kepindahan yang sangat fenomenal adalah Carlos Tevez. Pemain asal Argentina itu gagal dipermanen oleh MU setelah peminjaman selama dua tahun dari West Ham United dan kemudian justru dicolong oleh Man City.
Kepergian Carlos Tevez ke Man City tampaknya benar-benar disesali oleh para penggemar MU. Pasalnya pemain asal Argentina itu kemudian meraih kesuksesan besar bersama rival MU itu dengan sejumlah gelar juara yang diraihnya, termasuk gelar juara Premier League 2011/2022, di mana City memenangkan persaingan dengan MU hingga laga terakhir.
Advertisement
Sol Campbell
Ada banyak penggemar Tottenham Hotspur yang hingga saat ini masih belum bisa memaafkan keputusan Sol Campbell, setelah lebih dari 20 tahun lalu meninggalkan klub untuk bergabung bersama rival sekota Spurs, Arsenal.
Campbell melakukan debutnya bersama Spurs saat masih remaja dan bermain lebih dari 300 pertandingan untuk The Lilywhites sambil memantapkan dirinya sebagai pemain Timnas Inggris. Namun, ketakutan muncul ketika ia membiarkan kontraknya habis pada 2001.
Pendukung Tottenham mulai memberikan masa-masa yang sulit bagi bek Inggris itu dalam waktu cepat, dan tak berhenti setelah ia pensiun, bahkan dalam sebuah acara dari pertunjukan pada musim panas lalu.
"Apakah Anda akan terus mengkhawatirkan saya ketika berusia 80 tahun?" tanya Campbell dalam film dokumenter talkSPORT.
"Saya berumur 25 saat itu dan sekarang saya berusia 36 tahun. Anda mungkin telah melakukan sesuatu ketika Anda berusia 25 atau 15, atau berapa pun. Ini menjadi tidak masuk akal sekarang, tolong move one," lanjutnya.
Johan Cruyff
Ada beberapa pemain yang mungkin mengharapkan kontrak baru terlepas dari di level mana karier mereka, dan Johan Cruyff di Ajax adalah satu di antaranya.
Legenda sepak bola Belanda itu kembali ke Amsterdam setelah berkarier di Spanyol dan Amerika Serikat, tapi memutuskan untuk bergabung bersama Feyenoord ketika tim asal Rotterdam itu jauh dari performa terbaiknya.
"Kepindahan Cruyff ke Feyenoord bisa dibandingkan dengan era modern seperti Lionel Messi jika bergabung bersama Real Madrid, atau lebih realistis, dalam sepak bola, Mohamed Salah meninggalkan Liverpool untuk Manchester United yang sedang kesulitan," ujar penulis The Guardian, Andy Bollen.
Dalam musim terakhir Cruyff bersama Ajax, ia memenangkan liga sementara Feyenoord finis terpaut beberapa poin saja. Namun, peran itu seperti terbalik pada musim 1983/1984.
"Ia datang ke Feyenoord untuk membalas dendam setelah mereka memperlakukan dirinya buruk di Ajax, timnya sendiri, dan berkata 'Oke, saya akan segera memperlihatkannya kepada Anda'," ujar legenda Belanda lainnya, Ruud Gullit.
Advertisement
Luis Figo
Bicara soal persaingan antarklub di Eropa, satu di antaranya yang paling besar adalah antara Real Madrid dan Barcelona di Spanyol.
Duel antara kedua tim bertajuk El Clasico, dipengaruhi oleh hal politis yang sudah bertahun-tahun terjadi antara Catalan dan Spanyol. Barcelona merupakan perwakilan Catalan, sementara Real Madrid adalah wakil kerajaan Spanyol.
Luis Figo menjadi pemanas rivalitas di antara kedua tim. Ia memutuskan untuk pindah dari Barcelona ke Real Madrid dan membuatnya dicap pengkhianat hingga saat ini.
"Saya datang ke Madrid untuk memenangkan lebih banyak gelar juara dan prestise. Kemudian tentu saja dalam hal keuangan yang lebih baik," ujar Luis Figo menjelaskan mengenai kepindahannya itu.
Ketika Luis Figo kemudian berhadapan dengan mantan klubnya pada 2002, kepala babi dilemparkan oleh penggemar ke lapangan ketika ia bersiap mengambil sepak pojok. Itut tentu menjadi cara untuk memperlihatkan rasa tidak puas.
"Fans Barcelona memuja Figo, dan karena mereka merasa sangat dekat dengannya, mereka tidak mengerti bagaimana dia bisa meninggalkan mereka dengan cara seperti itu," ujar mantan Presiden Barcelona, Joan Gaspart kepada BBC.
"Mereka menyampaikan ini kepadanya dalam reaksi mereka di stadion pada malam itu. Sampai hari ini, mereka masih merasa terpengaruh oleh hal tersebut," lanjut mantan Presiden Barcelona itu.
Sumber: Mirror