Bola.com, Jakarta - Bertambah lagi pengusaha Indonesia yang terlibat dalam klub sepak bola dunia. Klub promosi Serie A 2022/2023, US Lecce, Jumat (27/5/2022) siang waktu Italia, mengumumkan konsorsium bentukan Boris Collardi, Pascal Picci, dan CEO Emtek, Alvin Sariaatmadja, resmi mengakuisisi 10 persen saham klub.
Pascal Picci dan Alvin Sariaatmadja adalah dua investor terbaru Lecce menyusul sukses klub berjulukan I Salentini ini promosi ke kasta tertinggi Liga Italia. Kedua pihak bekerja sama dengan Collardi, bankir asal Italia sekaligus kepala konsorsium.
Baca Juga
Advertisement
"Boris Francesco Jean Collardi, Pascal Picci, dan Alvin Sariaatmadja mengambil alih 10 persen kepemilikan klub, menyuntikkan likuiditas langsung ke kas klub," demikian laporan Lecce Prima.
Selain Alvin Sariaatmadja di Lecce, ini dia pengusaha Indonesia yang memiliki saham di klub luar negeri. Bola.com tetap mencantumkan nama-nama yang pernah memiliki saham, meski sekarang telah dilepas.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Batavia Sports Group (C.D. Polillas Ceuta)
Batavia Sports Group (BSG) menambah deretan pengusaha Indonesia yang menjadi pemilik klub luar negeri, melalui kerja sama ASIO dengan Batavia Pictures melalui bendera BSG.
Dengan begitu, Batavia Sports Group menjadi pemilik sah Polillas Ceuta dengan saham mayoritas dan menguasai seluruh elemen klub, termasuk skuad U-18.
Polillas Ceuta adalah tim kasta keempat Liga Spanyol. Memang terlihat semenjana. Namun, klub yang berada di ujung utara Pulau Afrika ini punya skuad U-18 yang kompetitif.
Skuad U-18 Polillas Ceuta berkompetisi di kasta tertinggi kompetisi U-18 di Negeri Matador bersaing dengan Sevilla, Real Betis, dan tim-tim La Liga lainnya.
Nama kompetisinya adalah Division de Honor Juvenil de Futbol.
Advertisement
Erick Thohir (DC United dan Inter Milan)
Erick Thohir sempat menggegerkan publik Tanah Air ketika mengakuisisi saham Inter Milan sebesar 70 persen yang sebelumnya dimiliki oleh Massimo Moratti.
Thohir membeli Inter Milan pada 2013. Menurut data dari Forbes, mantan petinggi Persib Bandung itu menggelontorkan dana mencapai 480 juta dolar AS (saat itu kurs masih Rp6,7 triliun).
Namun, kekuasaan Thohir hanya bertahan tiga tahun saja. Pada 2016, ia melepas 39 persen sahamnya ke Suning Group, perusahaan multinasional asal China.
Pada Januari 2019, Thohir menjual seluruh sahamnya yang tersisa 31 persen di Inter Milan kepada perusahaan asal Hong Kong Lion Rock. Haknya di La Beneamata pun sudah tidak ada lagi.
Sebelum membeli saham mayoritas Inter, Thohir juga sempat diakuisisi klub Major League Soccer (MLS) atau Liga Utama Amerika Serikat, DC United pada 2012. Thohir bersama rekannya, Jason Levien, membeli saham DC United sebesar 78 persen.
Kebersamaannya bersama DC United berakhir pada Agustus 2018. Semua sahamnya dipegang oleh Levien, sementara Thohir hanya berstatus co-president bersama Stephen Kaplan.
Yusuf Mansyur (Lechia Gdansk)
Lalu, ada Yusuf Mansur yang memiliki 10 persen saham milik Lechia Gdansk.
Yusuf Mansur, ustaz kondang Indonesia, melalui perusahaan financial technology (fintech) miliknya, Paytren juga memiliki sekira 10 persen saham Lechia Gdansk. Klub asal Polandia itu adalah tempat Egy Maulana Vikri menimba kariernya saat ini.
Disebut-sebut, Yusuf Mansur harus merogoh kocek sebesar 2,5 juta euro (Rp41 miliar) untuk memiliki saham minoritas di Gdansk. Ia membelinya pada 2018.
Advertisement
Hartono (Djarum Group) - Como 1907
Djarum Group, melalui SENT Entertainment LTD, menginvestasikan manuver bisnisnya dengan membeli klub Serie C, Como 1907. Dikutip dari Laprovincia di Como, perusahaan ini dikuasai oleh Robert Budi Hartono dan Michael Bambang.
Keduanya adalah pemilik Djarum dan masuk deretan orang paling kaya di Indonesia. Menurut kabar yang berhembus di Italia, Hartono dan Bambang sudah melakukan negosiasi sejak April 2019.
Suntikan dana dari duo Djarum itu tak lepas dari usaha Como yang tengah bangkit pada 2017 setelah dinyatakan bangkrut pada 2004. Padahal, pada musim 2002-2003, mereka sempat merasakan atmosfer Serie A.
Santini Group - Tranmere Rovers
Santini Group merupakan perusahaan Indonesia yang dimiliki oleh Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi. Ketiganya memutuskan untuk membeli saham klub League One, Tranmere Rovers pada 2019.
Dikutip dari laman resmi klub, meski tidak dijelaskan berapa besaran saham atau uang yang dikeluarkan untuk membeli Tranmere Rovers, Santini Group menguasai saham mayoritas klub Inggris tersebut.
Advertisement
Imam Arif - Leicester City
Juara Premier League 2015-2016, Leicester City juga pernah dimiliki oleh Imam Arif, seorang pengusaha Indonesia. Pada 2011, ia memiliki 20 persen saham klub.
Namun, usia kepemilikan tidak berlangsung lama. Hanya setahun, ia melepas seluruh sahamnya kepada pengusaha asal Thailand, Vichai Srivaddhanaprabha, yang juga pemilik King Power, sponsor utama Leicester.
Bakrie Group - CS Vise dan Brisbane Roar
Bakrie Group sempat menguasai klub asal Belgia, CS Vise pada 2011. Beberapa pesepak bola Indonesia seperti Alfin Tuasalamony, Syamsir Alam, Yericho Christiantoko, dan Yandi Sofyan pernah berguru di sana.
Namun, pada 13 Mei 2014, Bakrie Group menjual seluruh sahamnya kepada investor asal Inggris karena masalah finansial.
Bakrie Group menempatkan putra sulung Nirwan Dermawan Bakrie yakni Andika Nuraga Bakrie sebagai Presiden klub. Sedangkan posisi Wakil Presiden klub ditempati oleh Rahim Soekasah.
Selain Vise, Bakrie Group juga sempat mengakuisisi Brisbane Roar, klub asal Australia. Tim tersebut masih dipertahankan hingga saat ini.
"Sebetulnya waktu dibeli 2011 oleh Keluarga Bakrie, posisi saya direktur. Tapi kan saya sakit. Tapi terus terang saya tak mau terlalu banyak tampil di media. Karena, chairman-chairman lain juga begitu. Bukan seperti di sini," kata Rahim yang menjadi CEO Brisbane Roar.
"Jadi pemimpin klub, setiap hari harus wawancara. Tak mau saya. Jadi, ada CEO-kan. Kalau mau wawancara itu di sana, dengan pelatih atau manajer klub. Tak penting kami. Begitu tim jelek, kami yang kena semprot. Tapi kalau wawancara televisi, semua sama manajer klub. Nanti diipilih satu pemain pendamping. Tak pernah saya yang berbicara. Yang punya saham Brisbane Roar itu 100 persen Keluarga Bakrie," imbuhnya.
Advertisement
Sihar Sitorus - FC Verbroedering Dender
Tokoh sepak bola nasional, Sihar Sitorus pada Februari 2018 memberikan pernyataan mengejutkan seputar keberhasilannya membeli klub Eropa. Namun, ketika itu Sihar enggan menyebut secara spesifik nama dan liga di mana klub tersebut bermain.
Pada 23 Juni 2018, barulah Sihar Sitorus untuk pertama kalinya menyebut nama klub Belgia miliknya pada acara konferensi pers talent scouting bertajuk Bola.com From North Sumatra to Belgium di satu di antara hotel mewah di Medan.
Mantan anggota Komite Eksekutif PSSI itu mengaku membeli FC Verbroedering Dender, klub kasta ketiga di Liga Belgia itu karena sesuai dengan visi dan misinya memajukan sepak bola nasional.
"Pertama, saya melihatnya ini dari suatu proses rangkaian yang lengkap. Saya ingin mereka memiliki pembinaan usia muda yang baik, kompetisinya juga bagus, dan memiliki reputasi di liga-liga besar di luar Belgia," kata Sihar Sitorus kepada Bola.com di Medan, 24 Juni 2018.
"Kedua, mereka memiliki kebijakan imigrasi yang lebih kondusif, lebih menarik dari negara lain. Ketiga, mereka merupakan negara sepak bola," ucap Sihar Sitorus.
FC Verbroedering Dender menjuarai kasta ketiga Liga Belgia dan akan kembali ke liga profesional musim 2022/2023.